3. Hamil di Luar Nikah

Waktu sudah menunjukkan pukul 13.00. Setelah menunaikan salat Zuhur dan makan siang di kantin mereka kembali duduk di kursi tunggu.

"Astaghfirullah haladhim...sudah setengah hari kita menunggu di sini tapi kok ya belum juga dapat panggilan," keluh bunda Rosmawati.

Maesaroh tersenyum kecil menepuk pelan paha Rosmawati, "Itu makanya saya malas sekali Mbak kalau periksa di poli rumah sakit. Pasti lama sekali. Sudah sakit tambah sakit karena harus mengantri lama."

Rosmawati mengangguk. Matanya menatap ke depan, tiba-tiba teringat dengan Nurul.

"Ya Allah...aku pasrah apa yang akan terjadi nanti. Hamba tahu, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan pasti akan tercium pula. Serapat-rapatnya berita ini disembunyikan pasti akan terdengar pula, cepat atau lambat. Nak Faisal...mengapa seperti ini akhir dari hidup kamu nak? Benarkah kamu melakukan ini semua?" batin bunda Rosmawati bermonolog. Kedua tangan dia tangkupkan ke wajah. Sejenak sambil memejamkan mata melepas penat yang hinggap di diri.

"Nomor antrian 30, masuk ke poli kandungan," panggilan dari soundscape menggema.

Anisa bangkit dari duduk disusul ibu Maesaroh dan bunda Rosmawati.

"Kenapa Dek?" tanya ibu dokter begitu Anisa masuk.

"Telat haid Dok," jawab Anisa.

"Sudah berapa lama?" tanya ibu dokter sambil mengukur tensi setelah itu menempelkan stetoskop di dada dan perut Anisa.

"Dua minggu."

"Haid terakhir tanggal berapa?"

"Lima belas November."

"Itu Haid awal atau sudah suci haid?" telusur ibu dokter.

"Suci haid Dok," jawab Anisa.

"O...haid awal Dek, bukan haid akhir."

Anisa mengangguk, "Tanggal 8 November Dok," ujar Anisa.

Dokter masih meraba perut Anisa.

"Kita USG ya...," pinta Dokter setelah memberi gel pelumas di perut Anisa.

Transducer itu bergerak di atas perut Anisa terkadang sedikit menekan agar terlihat lebih jelas hasil USG-nya.

"Itu, yang kecil seperti kecebong, itu janinnya." terang ibu dokter.

Semua mata terarah pada layar USG.

Ada senyum di wajah Anisa, walaupun sisi hatinya keluh dengan apa yang dia lihat.

Dokter mengelap gel yang ada di perut Anisa kemudian menutup perut itu. Kaki dokter melangkah di kursi kerjanya kemudian menulis hasil pemeriksaan.

Anisa sudah duduk di depan meja kerja dokter.

"Selamat ya...Usia kehamilan Nyonya Anisa masuk 6 minggu. Silahkan periksakan ke bidan atau pun ke dokter kandungan satu bulan setelah ini. Jaga asupan gizi ibu dan bayi. Porsi makan ditambah dengan menu yang mengandung banyak gizi. Silahkan tebus obat di bagian obat," terang dokter.

"Ya Dok, terima kasih atas sarannya. Kalau boleh tanya, kenapa masuk 6 minggu padahal belum ada sebulan me...," tanya bunda Rosmawati namun keluh untuk melanjutkan ucapannya.

"Belum satu bulan menikah?" dokter melanjutkan ucapan bunda Rosmawati dengan asal. "Begini Bu, hitungan usia kehamilan itu terhitung dari hari pertama haid terakhir atau biasa kami menyebutnya HPHT bukan berdasarkan kapan dia melakukan hubungan suami istri," terang dokter.

Bunda Rosmawati menganggukkan kepala, "Ya Bu...," jawabnya kemudian."Ada yang ingin kalian tanyakan lagi?" tawar ibu dokter.

"Saya rasa cukup Dok. Terima kasih atas penjelasannya. Kami permisi," pamit bunda Rosmawati disusul Anisa dan ibu Maesaroh.

...****************...

Sepuluh hari telah berlalu sejak pemeriksaan di rumah sakit. Anisa sudah menunjukkan perubahan pada pola makannya. Porsi makannya bertambah jadi tubuh yang memang masih tahap perkembangan semakin terlihat berisi.

Indra penciuman juga semakin sensitif. Bau tidak enak sedikit saja perutnya mual. Namun tidak untuk bau-bauan harum, dia sangat menyukainya. Bahkan kamar yang biasanya tidak diberi pewangi dia minta pada ibunya untuk diberi pewangi. Baju yang hanya dicuci menggunakan deterjen dia tambah dengan konsentrat pewangi.

Maesaroh menatap lekat wajah Anisa, tatapannya tidak sedikitpun berkedip menatap Anisa yang sedang menyetrika baju.

"Nak, sudah istirakhat saja. Nanti biar ibu yang menyelesaikan," ucap ibu Maesaroh.

"Satu lagi Bu, ibu teruskan saja menjahit," tolak Anisa.

"Kalau capek sudahan ya," pinta ibu Maesaroh merasa khawatir dengan Anisa karena sejak pagi dia belum berhenti membantunya menyelesaikan pekerjaan rumah.

"Ya Bu," jawab Anisa.

Sementara di rumah kyai Syamsuddin...

"Tidak Bunda! Aku sudah punya kekasih," tolak Panji setelah lama berdebat dengan bundanya.

Bunda Rosmawati terlihat diam. Kini air matanya menitik.

"Bunda mohon Nak," ucap bunda Rosmawati dengan suara parau.

Panji mengempaskan napas dengan kasar menatap bundanya yang sudah melinangkan air mata ada rasa iba menggelayut.

"Kenapa dia bisa hamil Bun? Setahu aku, Faisal anak yang soleh, rajin ibadah. Atau mungkin ini hanya akal-akalan itu anak. Mengapa bunda langsung percaya begitu saja?" cecar Panji.

"Sebenarnya bunda juga merasa aneh. Faisal maupun Anisa, keduanya anak yang penurut dan rajin ibadah tapi mengapa mata batin mereka bisa tertutup setan yang laknat sampai melakukan perbuatan laknat pula," keluh bunda Rosmawati.

"Apa kita lakukan tes DNA saja?"

"Jangan Bun, setahu aku kalau tes DNA sebaiknya dilakukan setelah anak lahir, kalau tetap dilakukan di saat hamil itu bisa mengancam keselamatan bayi" terang Panji.

Rosmawati tersenyum mendengar pendapat dari Panji artinya dia mau mendengarkan ucapannya dan yang terpenting mengkhawatir akan janin yang kemungkinan besar adalah keponakannya.

"Bagaimana kamu setuju kan?" bunda Rosmawati memastikan.

"Tidak Bun," mantap Panji.

"Bun-bunda tidak pernah meminta apapun dari kamu Ji, baru kali ini bunda meminta...," memelas bunda Rosmawati dengan suara yang semakin parau.

"Bunda tidak tahu harus berbuat apa," sambung bunda Rosmawati dengan air mata yang masih mengalir di pipi.

Panji meraup wajahnya dengan kasar. Batinnya benar-benar bergejolak dengan permintaan yang dilontarkan bundanya. Memang benar, sejak kecil hingga tumbuh dewasa bunda Rosmawati tidak pernah sekalipun minta apa-apa pada Panji.

Sejak umur 3 tahun, ayah kandung Panji meninggal dunia. Kyai Syamsuddin adalah orang tua sambung untuk Panji. Bunda Rosmawati memilih untuk menikah lagi dengan kyai Syamsuddin. Akhirnya mereka diboyong ke kampung hidup secara sederhana jauh dari hiruk pikuk kota besar. Namun, semenjak masuk sekolah menengah pertama, Panji diasuh oleh omanya. Orang tua dari ayahnya. Berat yang bunda Rosmawati rasakan namun harus merelakannya. Demi cita-cita panji juga karena Omanya yang datang degan memohon agar sisa hidupnya ditemani cucu satu-satunya karena kebetulan mantan suami bunda Rosmawati adalah anak tunggal.

Panji hidup di bawah asuhan oma yang idealis, suka mengatur, diktator, dan pengawasan yang luar biasa. Hidup serba berkecukup dengan harta yang melimpah namun jauh dari agama. Itu yang selama ini dijalani Panji. Padahal sedari dini, sejak dia hidup dengan Kyai Syamsuddin dia sudah diajarkan ilmu agama. Namun inilah Panji Darmawan dewasa, sudah berbaur dengan lingkungan yang berbeda. Pria 29 tahun yang tumbuh menjadi bos dingin, irit kata, di mata para bawahan.

Panji sekali menatap bundanya. Entah harus menyampaikan kalimat penolakan seperti apalagi karena bibirnya keluh berucap.

"Nak...," panggil bunda Rosmawati. Si empunya nama pun menoleh menatap lekat wajah yang masih terlihat muda walaupun usia sudah setengah baya.

Tangan Panji meraba pipi bundanya menghapus sisa air mata. Wajah itu kini sayu di dera kesedihan yang teramat.

"Bunda mohon sayang," ucap bunda Rosmawati dengan suara parau dan terbata.

Panji terdiam. pikirannya masih mencerna ucapan bunda Rosmawati. Ada dorongan yang menyekat kuat otaknya untuk mengatakan iya. Namun sisi hati juga keluh karena wajah sang kekasih tiba-tiba tersenyum menyapanya.

Terpopuler

Comments

Elvira Juned

Elvira Juned

Gk adil bagi Panji menikah dgn Anisa utk menutup aib sama aja mereka sekeluarga menipu semua org, dan memakaikan BIN atau BINTI utk anaknya Faisal dan Anisa kelak

2023-09-07

0

mega keyna

mega keyna

umur bukan kita yg nentukan tp allah,dan kapan pun bisa di ambilnya, mkanya jgn mentang2 besok mau nikah trs berbuat maksit,itu dosa,kl udh kyk gini mau bilang apa menyesal jg ngk guna,,,,

2022-05-20

0

Eden Cristop

Eden Cristop

dasar fausal bejat, mampusss anisa

2022-04-15

1

lihat semua
Episodes
1 1. Kepergianmu dan Kehamilanku
2 2. Pergi untuk Selamanya
3 3. Hamil di Luar Nikah
4 4. Menikah dengan Pengganti
5 5. Boyong ke Rumah Orang Asing tapi Suami Anisa
6 6. Berakting Selayaknya Suami Istri
7 7. Bertemu dengan Kekasih
8 8. Bakso Paku
9 Bab 9 Cabe-cabean dan Ayang Beb
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Flashback Tragedi itu
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Terungkapnya Misteri Kehamilan Anisa
29 Tragedi Pisang Kupas
30 Pilih Aku atau Dia?
31 Bertemu dengan Calon Mertua
32 Meminta Izin Datang ke Pesta Ulang tahun
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 pengumuman
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Extra Bab 1
126 Extra Bab 2
127 Extra Bab 3
128 Datang menyapa
129 novel baru
130 kembali datang
Episodes

Updated 130 Episodes

1
1. Kepergianmu dan Kehamilanku
2
2. Pergi untuk Selamanya
3
3. Hamil di Luar Nikah
4
4. Menikah dengan Pengganti
5
5. Boyong ke Rumah Orang Asing tapi Suami Anisa
6
6. Berakting Selayaknya Suami Istri
7
7. Bertemu dengan Kekasih
8
8. Bakso Paku
9
Bab 9 Cabe-cabean dan Ayang Beb
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Flashback Tragedi itu
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Terungkapnya Misteri Kehamilan Anisa
29
Tragedi Pisang Kupas
30
Pilih Aku atau Dia?
31
Bertemu dengan Calon Mertua
32
Meminta Izin Datang ke Pesta Ulang tahun
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
pengumuman
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Extra Bab 1
126
Extra Bab 2
127
Extra Bab 3
128
Datang menyapa
129
novel baru
130
kembali datang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!