Anisa Sang Pendosa

Anisa Sang Pendosa

1. Kepergianmu dan Kehamilanku

Anisa masih tertunduk. Sementara ibunya berbicara dengan mantan besan.

"Mana mungkin Faisal melakukan itu," lirih bunda Rosmawati orang tua Faisal. Derai air mata terus mengalir dari matanya.

"Dia tidak mungkin melakukan perbuatan sehina itu," sambung bunda Rosmawati masih dengan derai air mata.

"Tadinya aku juga tidak percaya Bu, tapi itulah yang dikatakan Anisa," bela ibu Maesaroh, orang tua Anisa.

Anisa masih tertunduk tapi suara isakan menandakan ada air mata.

"Katakan Nisa!" titah Maesaroh.

Tangan Anisa mengusap air bening dari mata dan hidungnya. Mulutnya kaku untuk mengucapkan kata.

"Katakan Nisa!" bentak Maesaroh sambil mengguncang bahu kanan Anisa.

"Maaf Bun...," lirih Anisa suaranya terdengar parau, mulutnya bergetar melontarkan kata dan tidak mampu melanjutkan ucapannya.

"Katakan dengan jelas Nak," pinta Syamsuddin dengan lembut dan suara tenang karena Anisa belum juga melanjutkan ucapannya.

"Aku hamil anak mas Faisal," jawab Anisa, giginya gemeretak mengucapkan kalimat itu.

"Astaghfirullah haladhim..., benar itu Nak?"

Anisa mengangguk pelan.

Syamsuddin mengempaskan napasnya dengan kasar. Bibirnya keluh untuk mengatakan barang sepatah katapun hanya hatinya tak henti mengucap istighfar karena elu hatinya terlalu sakit mendengar ucapan Anisa.

Anisa, Rosmawati, dan Maesaroh masih menangisi hal itu.

"Bagaimana bisa begini? Astaghfirullah haladhim... Makam Faisal belum juga kering mengapa menambah luka untuknya," gumam Syamsuddin.

Syamsuddin terlihat memegang dadanya. Jantungnya nampak terpompa begitu cepat. Bukan karena aktifitas, tapi amarah yang berkecamuk di dalam dadanya. Rasa kecewa, tidak percaya, iba, semua menyatu menyesakkan rongga dadanya.

Anisa sesenggukan, linangan air mata belum juga surut dari pelupuknya.

"Usia kehamilan kamu berapa bulan Nis?" Tanya Rosmawati air matanya dia seka agar bicaranya jelas.

Anisa menggeleng.

"Kamu belum cek ke bidan?"

Anisa mengangguk.

"Haid kamu telat berapa hari?"

"Lima belas hari dari jadwal haid," lirih Anisa.

Rosmawati mengempas napas dan meraup muka dengan kasar.

"Apa benar i-itu anak Faisal?" Tanya Rosmawati mulutnya gemetar melontarkan kalimat itu.

Anisa langsung mengangkat wajahnya menatap Rosmawati kemudian menundukkan kembali. Dia sangat terkejut mendengar pertanyaan dari mantan calon mertuanya.

"I-iya Bun," lirih Anisa.

"Kenapa bisa Nisa," tubuh Rosmawati semakin gemetar.

Anisa kembali terisak, air matanya mengalir kembali. Giginya menggigit bibir bawah menahan tangis namun air matanya lolos begitu saja.

"Kapan kamu melakukanya Nisa?"

"Nisa!" Suara Rosmawati meninggi.

Syamsuddin mengelus bahu sang istri agar tenang.

"Sa-satu hari sebelum Mas Faisal meninggal," jawab Anisa terbata.

"Astaghfirullah haladhim...," keluh Rosmawati. Air matanya kembali mengaliri pipinya. Tangan kanan memukul pelan dadanya. Ada yang benar-benar menyesakkan dada.

...****************...

Anisa masih terdiam di kamar. Sejak dua hari bertemu dengan Bunda Rosmawati dan Pak Syamsudin bebannya bertambah berat. Beban psikologis tentunya yang dia hadapi. Beribu pertanyaan tanpa sebuah jawaban berkecamuk membulat dalam otaknya.

Apalah daya seorang Anisa. Dia hanya gadis kampung yang baru lulus dari sekolah menengah. Gadis yang baru berusia 18 tahun. Tidak punya pengalaman apapun selain menjahit dengan ibunya. Angan masa depan yang ada di pikirannya hanya akan menikah dengan pujaan hati Faisal Mubarok Syamsuddin. Tepat dua bulan setelah kelulusannya.

Hari dan tanggal sudah ditentukan. Bahkan persiapan undangan, dekor, dan tenda pernikahan sudah dipesan jauh hari. Tapi, takdir tidak ada yang tahu. Semua atas kehendak Sang Khalik. Rencana yang sudah disusun matang malah berakhir di pemakaman.

Flashback on

Waktu itu Faisal sedang membenahi atap rumah yang bocor. Kebetulan satu hari sebelumnya hujan begitu deras. Plafon yang ada di ruang tengah ternyata bocor. Faisal dengan gesit naik ke atap rumah namun apes menimpa Faisal, ada kabel listrik yang bocor. Tanpa sengaja Faisal menginjak kabel yang melintang di antara kayu atap. Faisal sempat minta tolong namun suara itu tidak terdengar oleh Syamsuddin, orang tua Faisal yang sedang membantu membenarkan atap bocor itu. Posisi Kyai Syamsuddin saat itu di bawah, mengambil genteng pengganti.

bug

Tiba-tiba saja ada suara benda jatuh dari atap.

Syamsudin seketika teriak minta tolong mendapati anaknya yang sudah setengah gosong jatuh dari atap rumah. Bunda Rosmawati yang kala itu ada di dapur langsung ke luar ke halaman samping.

"Astaghfirullah haladhim...Faisal...Nak...," teriak Rosmawati menghambur ke arah anaknya yang sudah tergeletak di bawah.

Tangisnya langsung pecah mendapati anaknya seperti itu.

"Faisal...duh ya Allah...anakku Faisal kenapa. Faisal...," tangan itu mengguncang bahu anaknya namun si anak tetap diam tanpa suara. Rosmawati langsung mendekap anaknya kala menyadari tidak ada sahutan dari mulut anaknya.

Tetangga mulai berbondong-bondong melihat tragedi itu. Banyak argumen dari mereka melihat tragedi yang menimpa Faisal.

"Astaghfirullah haladhim...ya Allah Nak...Malang sekali nasib kamu."

"Astaghfirullah haladhim...itu Faisal kenapa jatuh tapi sampai setengah gosong seperti itu?

"Ya Allah...lebih baik panggil polisi untuk menyelidiki kasus ini."

"Kita bawa ke dalam saja Pak...," ajak salah satu warga disusul warga lain membantu mengangkat tubuh Faisal masuk ke dalam.

"Innalilahi wa innalilahi rojiun," ucap Pak Salam setelah meraba denyut nadi Faisal.

"Innalilahi wa innalilahi rojiun," serempak yang menyaksikan mengucapnya.

Rosmawati semakin menangis histeris, "Faisal...Nak, bangun...," Rosmawati mengguncang bahu Faisal.

"Bun, air matanya nanti jatuh di Faisal. Kasihan Faisalnya," ucap Rokhimah tetangga Rosmawati sambil merangkul bahu Rosmawati agar menjauh dari tubuh Faisal.

Syamsuddin juga tidak kalah shock. Tubuhnya masih mematung di dekat pintu tengah. Menatap tubuh kaku Faisal yang mulai diurus selayaknya mayat seorang muslim.

Mata mayit dipejamkan, melemaskan seluruh persendian agar tidak mengeras dan meletakkan sesuatu di atas perutnya agar tidak mengembung dan menutup mayit dengan kain.

Ada cairan bening yang tiba-tiba mengalir ke pipi keriputannya. Tangan kanannya bergerak menghapus air mata. Namun suara isakan tidak dapat dia tutupi walaupun tangannnya menutup mulut itu.

"Faisal," ucapnya lirih dan tubuhnya beringsut terduduk lemas di ambang pintu tengah.

"Astaghfirullah haladhim...Pak Kyai, Pak..."

Suara itu saling bersahutan terdengar meremang di telinga Syamsudin hingga tubuhnya terasa ringan dan tiba-tiba sudah direbahkan di ranjang tidur.

"Pak...Bapak..., bangun Pak...," suara itu masih terdengar remang ditelinga Syamsuddin dan ada tangan yang menepuk pipinya. Namun masih juga dirasa remang oleh kyai Syamsuddin.

"Istighfar Pak...," ajakan itu mulai terdengar jelas dan mata Kyai Syamsuddin lamat-lamat terbuka. Wajah sendu istrinya terlihat pertama kali dan tubuh wanita itu langsung menghambur memeluknya.

Isakan kedua orang tua Faisal saling bersahutan menambah lara bagi yang menyaksikan. Tak terkecuali wanita yang baru mengetahui kabar duka itu. Wanita yang kini mematung menatap tubuh yang tertutup kain.

Anisa mendekat, masih membisu hanya isak yang tertahan di mulutnya. Tangan kanannya membuka kain penutup itu dan tangan kirinya membekap mulutnya sendiri agar isakan yang keluar dari mulutnya tidak keras.

"Innalillahi wa innailaihi rojiun...Mas Faisal," lirih Anisa menahan elu hati yang begitu sakit, dadanya berdegup begitu kencang seakan lepas ritmenya.

"Mas Faisal...," teriak Anisa tak kuat menahan isakan dan air matanya sudah mengalir bebas di pipi.

Terpopuler

Comments

MIZI ZESHIKUMEZI

MIZI ZESHIKUMEZI

owo

2023-07-17

0

Becky D'lafonte

Becky D'lafonte

menarik, lanjut...

2023-07-07

0

Regita Regita

Regita Regita

sepertinya seru nih...cus..langsung baca.

2022-09-06

0

lihat semua
Episodes
1 1. Kepergianmu dan Kehamilanku
2 2. Pergi untuk Selamanya
3 3. Hamil di Luar Nikah
4 4. Menikah dengan Pengganti
5 5. Boyong ke Rumah Orang Asing tapi Suami Anisa
6 6. Berakting Selayaknya Suami Istri
7 7. Bertemu dengan Kekasih
8 8. Bakso Paku
9 Bab 9 Cabe-cabean dan Ayang Beb
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Flashback Tragedi itu
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Terungkapnya Misteri Kehamilan Anisa
29 Tragedi Pisang Kupas
30 Pilih Aku atau Dia?
31 Bertemu dengan Calon Mertua
32 Meminta Izin Datang ke Pesta Ulang tahun
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 pengumuman
90 Bab 89
91 Bab 90
92 Bab 91
93 Bab 92
94 Bab 93
95 Bab 94
96 Bab 95
97 Bab 96
98 Bab 97
99 Bab 98
100 Bab 99
101 Bab 100
102 Bab 101
103 Bab 102
104 Bab 103
105 Bab 104
106 Bab 105
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Extra Bab 1
126 Extra Bab 2
127 Extra Bab 3
128 Datang menyapa
129 novel baru
130 kembali datang
Episodes

Updated 130 Episodes

1
1. Kepergianmu dan Kehamilanku
2
2. Pergi untuk Selamanya
3
3. Hamil di Luar Nikah
4
4. Menikah dengan Pengganti
5
5. Boyong ke Rumah Orang Asing tapi Suami Anisa
6
6. Berakting Selayaknya Suami Istri
7
7. Bertemu dengan Kekasih
8
8. Bakso Paku
9
Bab 9 Cabe-cabean dan Ayang Beb
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Flashback Tragedi itu
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Terungkapnya Misteri Kehamilan Anisa
29
Tragedi Pisang Kupas
30
Pilih Aku atau Dia?
31
Bertemu dengan Calon Mertua
32
Meminta Izin Datang ke Pesta Ulang tahun
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
pengumuman
90
Bab 89
91
Bab 90
92
Bab 91
93
Bab 92
94
Bab 93
95
Bab 94
96
Bab 95
97
Bab 96
98
Bab 97
99
Bab 98
100
Bab 99
101
Bab 100
102
Bab 101
103
Bab 102
104
Bab 103
105
Bab 104
106
Bab 105
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Extra Bab 1
126
Extra Bab 2
127
Extra Bab 3
128
Datang menyapa
129
novel baru
130
kembali datang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!