"Zayn."
Bella memanggil Zayn yang tengah berlari kecil mencari keberadaannya di ruang UGD rumah sakit swasta tempat Bella di rawat.
Gadis itu tersenyum begitu senang menyambut kedatangan Zayn yang benar-benar datang menemuinya, setelah memberi tahu keadaannya pada Zayn beberapa menit lalu.
Zayn terlihat begitu panik. "Kenapa bisa begini, Bel?" tanyanya begitu mendapati telapak kaki kanan Bella terbungkus kain perban.
"Tadi itu gue lagi nyetir sendiri, trus mobil gue di srempet sama mobil orang yang lagi mabok. Gue gak terima dong, trus abis itu gue keluar mo minta tanggung jawabnya, malah kaki gue yang terkilir. Jadilah begini." Bella menjelaskan kronologi kejadiannya yang menyebabkan dirinya bisa berada di rumah sakit ini.
Zayn menarik nafas lega. Untunglah tidak begitu parah, hanya terkilir saja. "Lo kesini di anter siapa tadi?" tanyanya setelah menyadari di sekitar Bella tak ada satu pihak keluargapun yang mendampingi Bella.
Bella hanya menggelengkan kepalanya, kemudian sebisa mungkin memasang mimik melas di wajahnya agar Zayn prihatin dengan keadaannya.
"Mama papa lagi di luar kota, trus di sini gue gak punya saudara yang dekat. Gue gak tahu harus ngubungin siapa, makanya gue nelpon ke lo." Bella memanjakan nada suaranya sambil tangan itu melingkar sempurna memeluk pinggul Zayn yang berdiri tepat disampingnya.
"Okey, gue anter lo pulang ya?" Zayn berusaha melepas tangan Bella yang semakin posesive dalam pelukannya.
"Bel." Zayn memanggil gadis itu yang kemudian wajahnya mendongak menatap Zayn.
"Gue urus administrasi lo dulu ya." Pamitnya sambil kembali berusaha melepas tangan Bella yang pada akhirnya mau terlepas juga.
"Tadi sudah ada yang ngurus."
"Siapa?"
"Ehm, suster tadi yang bantu urusin administrasinya." Bella menjawabnya sedikit ragu, dan Zayn menyadari perubahan mimik wajah Bella itu. Cuma ia tidak mau mencurigai lebih mendalam mengingat Bella dalam kondisi seperti ini.
"Oke, gue anter lo pulang," tawarnya lagi.
Bella pun mengangguk dan kemudian Zayn membantu Bella untuk duduk di kursi roda yang akan membawa gadis itu sampai di parkiran mobil.
Tiga puluh lima menit perjalanan akhirnya Zayn tiba di halaman rumah Bella yang cukup luas. Zayn mengitari mobilnya bermaksud membukakan pintu untuk Bella.
"Makasih." Bella kembali memasang senyum termanisnya yang hanya ia persembahkan untuk Zayn.
Zayn merespon dengan senyum singkatnya. Kemudian ia langsung membopong tubuh Bella dalam dekapannya, membawa gadis itu masuk ke dalam rumahnya yang benar-benar sepi. Hanya tinggal seorang security dan seorang pekerja ART di rumah tersebut.
Bella tersenyum sangat puas. Kali ini ia tak akan membuang kesempatan langka ini untuk bisa merayu Zayn agar jatuh dalam cintanya.
Perlahan Zayn meletakkan tubuh Bella di sofa panjang, di ruang keluarga milik Bella. Gadis itu langsung menarik tangan Zayn yang berencana segera pergi untuk pulang.
"Ada apa?" Zayn menanyainya yang kemudian terduduk di samping Bella setelah ditarik oleh Bella.
"Jangan pulang, pliiiss... temenin gue dulu." Bella mengatupkan kedua tangannya pada Zayn.
"Ini udah petang, Bel," tolaknya sambil melihat jam yang bertengger di pergelangan tangannya yang menunjukkan angka tujuh.
"Masih gak terlalu malem kan?"
Zayn menggelengkan kepalanya, tetap dengan keputusannya. "Lo udah ada ART yang ngejagain. Lagian gue juga mesti ngembalikan mobilnya Tommy, gue pulang ya."
Bella sok ngambek. Wajahnya ia tekuk sedemikian kusutnya. "Memang gak ada yang peduliin gue. Andai gue ada keluarga yang lain, gue juga gak akan ngemis-ngemis gini minta di temanin lo," cerocosnya yang berhasil membuat Zayn merasa tidak enak dan serba salah.
"Gue besok kesini lagi." Ucapnya yang membuat tatapan Bella kembali semangat.
"Janji?"
Zayn menganggukkan kepalanya, dan kemudian benar-benar bisa pergi dari rumah Bella.
Bella tersenyum puas dan licik. Gadis itu sudah menyusun strategi yang akan di lancarkannya besok ketika Zayn datang berkunjung lagi.
"Lo udah foto yg tadi itu kan?" Tanyanya dengan seseorang yang ia hubungi lewat sambungan ponselnya. Terpasang raut kesenangan pada Bella setelah mendapat jawaban yang sesuai dengan kemauannya dari seseorang yang ia hubungi itu.
"Zayn, Lo harus jadi milik gue bagaimanapun caranya!"
*
"Sisil....." Ara merengek-rengek tak jelas pada Sisil.
"Ada apa sih, Ra?" Sisil menyahutnya sedikit malas, sedang tangannya masih di sibukkan menggulir keyboard laptop yang ia pegang.
"Gue mau curhat nih."
"Ehm, trus?"
"Ya lo dengerin gue." Ara menatap Sisil yang masih berkutat dengan laptopnya. Menyadari pandangan Ara kepadanya, akhirnya Sisil menyudahi tugas yang sedang ia kerjakan.
"Curhat masalah siapa dulu nih? Zayn? Keanu?"
"Kak Zayn." Ara menyahut tanpa gairah.
Tak menunggu lama Ara menceritakan semua yang telah ia lewati seharian ini bersama Zayn kepada Sisil.
"Mungkin sekarang memang belum pacaran, tapi siapa tahu sebenarnya Zayn juga punya rasa cuma masih gak menyadarinya."
Sisil menyimpulkan sendiri arti dari inti cerita Ara mengenai tingkah Zayn kepada Bella.
Ara menggulung-gulungkan badannya di atas ranjang milik Sisil. "Gak ada kesimpulan yang lain apa?"
Sisil hanya menggelengkan kepalanya entah.
"kenapa gak move on aja coba, ketimbang lo nyiksa-nyiksa diri sama perasaan lo."
"Dia adalah my first love, Sil."
"Iya tahu. Kalo menurut gue itu terserah lo sih. Mau bertahan dengan perasaan lo sama Zayn, atau milih mencoba hubungan baru sama Keanu."
Ara membulatkan matanya sempurna kepada Sisil. Keanu? Gue jadian sama Keanu? Gak mungkin! Ara begidik ngeri sendiri dengan apa yang sempat melintas dibenaknya.
Ponsel Ara berkedip, menandakan ada panggilan masuk. "Iya, Pi." Ara menyahut sapaan Haris yang menghubunginya secara video call.
"Kamu gak mau pulang?"
"Ehm, Ara malam ini nginep di rumah Sisil mau ngerjain tugas kelompok, belum kelar nih, Pi, boleh ya?"
"Baiklah. Kamu jangan terlalu malam tidurnya." Haris menyudahi panggilannya.
Ara merentangkan kedua tangannya di atas ranjang tidur Sisil yang cukup luas buat mereka berdua. Ia memandang ke langit-langit kamar Sisil, terbayang sosok Zayn yang melintas. Hingga ia terpejam pun bayangan pria itu turut menjelma di alam mimpinya. Jikalau ia masih belum bisa memiliki Zayn secara nyata, paling tidak mimpi itu cukup menjadi pengganti bagi Ara yang selamanya akan selalu menyukai Zayn.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Utiyem
bela sewa paparazi. wes kono ngurusi lady bunga ae bel2. loh, salah cerita🤣🤣🤣🤣
2023-09-18
1
Yani Cuhayanih
Ratu drama Bela aaah semoga Zayn gk sampe kena jebakanya
2023-01-02
1
Ufuk Timur
Aduh Zayn, ,jangan sampe besok terjebak sm permainan Bela
2022-01-26
1