"Kak,"
Zayn kembali menatap lekat Ara tanpa menyahut apa-apa.
"Ehem..... ehem......" Tommy kembali berdeham, tapi itu tak mempengaruhi posisi Zayn saat ini.
Perlahan Zayn mengaitkan kemejanya yang ia lepas dan mengikatnya tepat di pinggul seksi Aurora.
Gadis itu terhenyak kaget mendapati perlakuan Zayn. Ia hanya terdiam tak mampu berkata apa-apa lagi.
"Di celana kamu ada noda merah," bisik zayn lirih yang hanya bisa di dengar oleh Ara.
Mulut Ara menganga ketika mendengarnya dan kemudian menutup seluruh wajahnya dengan tangannya. Rasanya sangatlah malu bahkan lebih dari sekedar malu lagi.
Kenapa harus datang sekarang? Kenapa harus di depan Zayn? Kenapa? Kenapa? Ara merutuki tamu bulanannya yang tidak bisa di ajak kompromi dengan keadaan.
Zayn membuka tangan Ara yang menutupi wajah ayunya itu. "Kamu gak usah malu, sepertinya Tommy gak tau kalo kamu lagi--"
"Ssstt....." Ara menempelkan jari telunjuknya tepat di bibir Zayn, memintanya untuk tidak melanjutkan perkataan yang akan membuat dirinya semakin malu.
Zayn terdiam. Bukan karena mulutnya terkunci oleh jari telunjuk Ara, ia terdiam setelah mencium aroma Lip balm cherry dari bibir Ara yang membuatnya kesulitan menelan salivanya.
Bibir mungil itu begitu menggoda naluri kelakian Zayn untuk bisa menyesapnya nikmat.
"Zayn, gue cabut!" Tommy memilih pergi setelah merasa dirinya tidak di anggap keberadaannya oleh mereka.
"Tom!"
Tommy menoleh ke arah Zayn yang melempar kunci motornya, yang kemudian juga di balas olehnya yang juga melempar kunci mobilnya kepada Zayn. Mereka sudah terbiasa saling bertukar kendaraan jika memang saling membutuhkan.
"Aku antar kamu pulang." Zayn berucap setelah memastikan Tommy sudah pergi dari area cafe tersebut.
Ara mengangguk yang kemudian mengekori langkah Zayn yang akan mengantarnya pulang.
Suasana di dalam mobil kembali hening. Hanya terdengar deru mesin mobil yang melaju dengan santai.
Ara tak pernah bosan untuk mencuri pandang kepada Zayn yang begitu tenang di balik kemudinya. Pria itu sangat fokus mengarahkan pandangannya ke setiap sudut jalan.
Zayn menyadari akan curi-curi pandang Ara kepadanya. Ia pun menyembunyikan senyum bahagianya kepada alam yang seakan sedang mendukungnya.
"Ehem....." Zayn berdeham sambil memegang tenggorokannya yang tak kenapa-napa.
"Kak Zayn haus?" Ara menanyainya yang kemudian matanya di sibukkan mencari air mineral yang barangkali tersedia di mobil Tommy.
"Nggak." Zayn menyahut singkat dan lembut.
"Ehm, Kak. Makasih ya soal yang tadi. Sumpah, gak kebayang deh kalo sampe banyak orang yang tau."
Zayn hanya menanggapi perkataan Ara dengan senyum khasnya yang manis.
"Itu berarti tadi kamu lagi PMS?"
"Dari mana kak Zayn tau?"
"Wajah kamu tadi pucet banget, adikku juga sering gitu kalo lagi mau dapet."
Ara membulatkan matanya tak percaya, mendengar pengakuan Zayn yang ternyata memperhatikannya sedemikian detail tadi. Diam-diam ara tersenyum sumringah, mendapati kenyataan bahwa Zayn tak secuek seperti yang ia ketahui sebelumnya.
"Arah rumahku bukan lewat sini, Kak."
"Kita ke Mall dulu bentar."
"Ooh....."
"Berapa ukurannya?"
Ara lantas mengerutkan keningnya tak paham. "Ukuran apa?"
"Celana kamu." Zayn menjawabnya tanpa menoleh ke arah Ara yang kembali menganga tak percaya mendengar ucapan Zayn.
"Apa?!!"
Zayn menghentikan laju mobilnya setelah ia memasuki area parkir Mall yang ia tuju.
Sebenarnya Zayn tak mau berbuat demikian.Ia hanya merasa kasihan saja melihat Ara tetap memakai celananya yang kotor yang akan membuatnya tak nyaman. Ia pun juga merasa risih tadi ketika menyaksikan sendiri noda merah itu nampak kentara di celana warna dusty milik Ara.
"Kak Zayn yakin?"
Zayn tak menyahut apa-apa, ia pun sebenarnya tidak begitu yakin.
"Kamu yakin mau pake celana kotor itu?" Zayn menatap tepat ke bagian intim Ara yang langsung ditutupi oleh Ara dengan kedua tangannya.
"Kak Zayn jangan mesum ya!"
"Gak mesum, cuma risih," ujarnya di sela-sela tawa kecilnya mendapati Ara yang ketakutan dengan tatapan nakalnya.
Ting... ting...
Sebuah pesan masuk lewat ponsel Ara.
"Kamu chat berapa ukurannya, aku ke dalam sambil nyari minuman."
Ara menatap heran kepada Zayn yang mengirim pesan kepadanya. Dari mana ia bisa mendapatkan nomer telponnya? Pria itu mengerlingkan matanya sebelum akhirnya pergi masuk ke dalam Mall, meninggalkan Ara seorang diri menunggu di mobil.
Ara terkekeh geli ketika selesai mengirim pesan kepada Zayn yang kembali menanyai ukuran celananya. Bukan hanya itu, bahkan merk pembalut juga turut ia kirim di pesan tersebut.
"Rasain lo!" ucapnya di tengah tawanya yang membuat perutnya terasa sakit karena geli.
Zayn membulatkan matanya dengan sempurna begitu membaca pesan masuk dari Ara. Ia sungguh tak percaya Ara akan mengirim pesan seperti itu. Niat hati yang semula murni karena kasihan ingin membantu, kini berubah dirinya yang harus menanggung malu. Karena tidak sedikit orang yang menatapnya heran melihat dirinya berbelanja pakaian intim milik perempuan.
"Aurora!" kecamnya kesal.
Namun meski demikian ia tak akan menyesali pernah berbuat hal konyol seperti sekarang, selama Tommy tidak mengetahuinya. Bisa menjadi topik hangat seantero kampus kalau sampai sahabatnya itu memergoki dirinya yang sedang mengantre di kasir yang juga menatapnya sambil menahan tawa. SIALAN!!!
"Udah dapet yang aku pesan?" Tanya Ara ketika Zayn sudah kembali duduk di belakang kemudinya dengan wajah merah tak ubahnya kepiting rebus.
Zayn melempar 'benda kramat milik wanita' itu tepat di atas pangkuan Ara. "Sengaja ya mau bikin aku malu?" Wajah Zayn terlihat amat kesal.
Ara tersenyum menatapnya, bahkan senyum itu semakin melebar ketika mendapati pesanannya yang ternyata sesuai dengan permintaannya.
"Kan kak Zayn sendiri yang nantangin, aku cuma nurutin. Salah?"
Zayn menggaruk-garuk kepalanya frustasi. Sumpah, ini benar-benar pengalaman pertama dan akan menjadi yang terakhir. Zayn tak mau lagi mengulangi perbuatan konyol tersebut.
"Ehm, Kak, aku ke toilet dulu ya."
Ara membuka pintu mobilnya, lantas ia kembali menatap ke arah Zayn yang hanya terdiam.
"Jangan ngambek dong, Kak Zayn calon suami idaman loh. Sumpah, perempuan itu senang loh kalo dapat calon yang gak gengsi belanjain kebutuhan intim perempuan." Jelasnya berusaha mengembalikan senyum indah Zayn.
"Iya calon istri." Zayn menjawabnya enteng sambil tersenyum lebar pada Ara.
Ara terkesiap mendengarnya. Ini pasti gombalan Zayn untuk menggodanya. Ronanya tiba-tiba bersemu merah, diam-diam ia mengamini ucapan Zayn itu agar kelak bisa menjadi kenyataan.
Zayn senyum-senyum sendiri mengingat kejadian barusan. Ada rasa bahagia yang tersimpan di sudut hatinya ketika bisa ngobrol berdua saja dengan Ara. Gadis itu memang lain dari beberapa gadis yang pernah Zayn kenali sebelumnya. Seakan ada magnet yang begitu kuat untuk memikat hati Zayn untuk mengenalinya lebih dari sekedar teman biasa.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Utiyem
zayn yang bilang, aku yang meleleh🤣🤣🤣
2023-09-18
2
Yani Cuhayanih
Pembalut aku saluuut padamu bisa mendekatkan Zayn dan Ara.aku tepok jidat dech thor
2023-01-02
0
Mom FA
sudahbaku fav tor , nyucil dulu ya🤗
2022-02-07
1