Zayn masih tak beranjak dari tempatnya. Semenjak kepergian Ara dan Keanu tadi, seakan telah membuatnya malas beraktifitas. Entah kenapa setelah melihat Ara yang menggandeng lengan Keanu tadi ia merasa ada suatu getaran yang entah di hatinya.
Ada sesuatu yang hilang yang ia rasa saat ini. Sesuatu yang diam-diam ia rindukan tentang curi-curi pandang Ara terhadapnya. Tentang segala cara gadis itu untuk bisa mencuri perhatiannya. Zayn merindukan semua itu.
Berulang kali Zayn mencoba menepis perasaan entah itu terhadap Ara, meski kenyataannya tak semudah itu untuk menyangkal sesuatu yang diam-diam membuat Zayn semakin tertarik untuk lebih mengenalinya.
Zayn masih mengingat betul perkataan terakhirnya di malam terakhir ospek itu kepada Ara. Sama sekali ia tak pernah menyesali telah berkata demikian terhadap Ara yang kini terkesan berpaling menghindarinya. Kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dan Bella beberapa waktu lalu itu, yang membuat Ara menjauh darinya.
Seandainya ia tidak besar gengsi untuk menjelaskan yang sebenarnya saat itu terhadap Ara, mungkin tidak akan terjadi seperti saat ini. Merasakan perasaan yang sulit di jelaskan, tiap kali melihat Ara semakin dekat dengan Keanu.
"Woiiyy!" Tommy menjentikkan jarinya di depan Zayn yang terus mengaduk-ngaduk es Lemon tea yang sudah tidak dingin.
Zayn terkesiap dengan kedatangan Tommy yang entah sejak kapan sudah duduk di depannya.
"Ngelamun teruuuss," godanya sambil menenggak habis minuman es Lemon tea milik Zayn tanpa sungkan.
Zayn tak merespon apa-apa. Untuk bercerita tentang apa yang ia rasa saat ini kepada Tommy, gengsinya masih terlalu tinggi. Meski sebenarnya sahabatnya itu telah mendukungnya dari awal, ia hanya tidak siap saja jika sahabatnya itu akan menggodanya nanti. Karena ia sangat tahu betul, Tommy adalah tipekal orang yang mudah lepas kontrol untuk menggoda dirinya tanpa melihat situasi dan keadaan.
"Gimana, masih ada revisi lagi?" Zayn menanyai Tommy yang baru saja selesai diskusi dengan dosen pembimbing skripsinya.
"Sedikit lagi." Tommy memasang mimik lelah. Lebih tepatnya hampir merasakan frustasi, karena berulang-ulang terkena revisi oleh dosen pembimbing skripsinya.
"Keluar yuk," ajak Tommy kemudian.
Zayn menautkan alisnya. "Kemana?"
"Nonton."
"Ogah!" Zayn langsung menolaknya.
"Iiissh..." Tommy memicingkan sudut bibirnya sambil celingak celinguk ke arah sekitar.
"Zayn, kita nonton, tapi gue mau ngajak dia." Tommy memandang ke arah Sisil yang asyik mengobrol dengan teman wanitanya.
"Tapi Ara kemana ya?" Ujarnya yang tidak melihat Ara di dekat Sisil.
"Udah pulang duluan tadi."
Tommy langsung menatap heran Zayn.
"Kita ngafe aja dah, males gue mau nonton berdua ma lo. Gak ada ceweknya gak seru," kilahnya mengalihkan tatapan aneh Tommy terhadapnya.
"Ehem..... ehem..... bau-bau aroma kepingin punya cewek nih." Lagi-lagi Tommy menggoda Zayn yang terkejut mendengar ucapan Zayn yang begitu jarang membahas cewek sebelumnya.
"Mau gak?" Zayn berdiri sambil merapikan gulungan lengan kemejanya.
"Ayuk ah!" Tommy beranjak yang kemudian di ikuti Zayn yang berjalan sejajar dengannya.
"Zayn, mang benar ya lo jadian sama Bella?" Tanya Tommy di sela-sela langkah mereka yang menuntunnya ke tempat parkiran.
Berita tentang Zayn dan Bella sudah banyak tersebar di lingkungan Kampus, tapi Tommy baru mendengarnya tadi pagi sebelum ia masuk ke ruangan dosen pembimbing skripsinya. Sebenarnya ia sangat tidak berharap berita itu fakta, karena ia benar-benar tidak rela jika Zayn harus benar-benar jadian dengan Bella.
"GOSIP!" Zayn langsung menyangkalnya.
"Oooh....." Tommy tersenyum kecil mendengarnya.
Andai Zayn tahu bahwa sebenarnya Bella adalah mantan kekasih Tommy semasa SMA dulu, meski hanya bertahan seminggu lamanya. Tapi Tommy dan Bella sama-sama merahasiakan hal itu, meski tanpa kesepakatan sebelumnya.
Mungkin lebih baik Zayn tidak mengetahuinya saja, karena perasaan cinta seseorang tidak mudah di tebak akan jatuh ke siapa. Jika di kemudian hari Zayn memilih Bella itu hak dia.
Perasaan tidak rela Tommy itu murni bukan karena belum move on dari Bella, tapi ia sangat tahu betul watak Bella yang posesive, yang akan membuat hubungan terasa terkekang dan tidak nyaman. Seperti yang pernah ia rasakan dulu ketika menjalin hubungan dengan Bella.
*
"Kok cuma di lihatin aja makanannya?" Keanu menyapa Ara yang sedari tadi hanya memandangi makanan yang tersaji di depannya.
"Eh," Ara terkesiap yang kemudian langsung menyendok Spaghetti ke dalam mulutnya.
"Apa mau pesan makanan yang lain aja, gue pesenin ya?" tawar Keanu kepada Ara yang menganggap Ara kurang suka dengan makanannya.
Ara menggelengkan kepalanya. "Ini udah cukup kok."
Rencana nonton yang tiba-tiba di urungkan oleh Ara, membawa mereka memilih ngafe di tempat tak jauh dari gedung bioskop yang mereka tuju tadi.
Keanu tak pernah bosan terus memandangi wajah gadis yang duduk di depannya itu. Gadis itu tadi bersemangat ketika di ajak nonton, tapi semangat itu ketika berada di kantin saja. Karena setelah mereka berada di dalam mobil, mimik ara berubah lagi. Ia lebih banyak diam dan melamun.
Entah apa yang tengah di pikirkannya Keanu tidak terlalu mempedulikan itu. Ia sudah cukup senang bisa mengajak Ara keluar hanya berdua saja dengannya. Sesuatu hal yang sulit ia wujudkan dulu ketika masa SMA, kini sudah terwujud.
"Eh, itu kak Zayn ya?" Keanu memandang ke arah pintu masuk yang di ikuti pula oleh Ara.
Jlebb.
Ara memandang tak percaya. Seseorang yang sebisa mungkin ingin ia hindari, kenapa semakin mudah di temui di manapun. Batinnya mulai berkecamuk dengan keadaan yang tak ia harapkan.
Ara menatap lekat pada Keanu. "Lo kenal sama dia?" Tanyanya hati-hati, takut ketahuan oleh Keanu tentang perubahan suasana hatinya semenjak kedatangan Zayn.
"Baru tadi itu, gue denger-denger dari temen kalo otak dia briliant, makanya gue deketin,vgue ajak diskusi. Eh, ternyata dianya gak pelit ilmu." Keanu menjelaskan yang di respon senyum sumringah Ara mendengarnya.
"Ayok gue kenalin lo sama dia. orangnya ramah kok, asyik buat temen ngobrol." Keanu menarik tangan Ara yang kemudian ditolak langsung oleh Ara melalui gelengan kepalanya.
Ramah? Asyik buat ngobrol? Mungkin iya bagi kaum cowok, tapi tidak sependapat dengan apa yang Ara alami. Zayn itu cuek, dingin, pelit bicara, susah di tebak, datar, itu setahunya. Meski tahu demikian tetap saja tak membuatnya berhenti menyukainya yang semakin kesini semakin sulit untuk membuang perasaan itu.
Ara mencuri-curi pandang ke arah Zayn dan Tommy duduk. Sebenarnya ia tidak mau jika harus ketahuan oleh Zayn tentang keberadaannya saat ini, tapi di sisi lain ia kembali penasaran untuk melanjutkan misinya untuk memancing tatapan dingin Zayn kepadanya yang sampai sekarang membuatnya penasaran. Meski harus memanfaatkan cowok yang duduk tersenyum memandangnya tanpa jemu, KEANU.
"Ehm, Ken, gue ke toilet dulu ya."
Keanu hanya mengangguk. Lantas ia memilih bergabung dengan Zayn dan Tommy setelah Ara berpamitan untuk ke toilet.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Utiyem
aduh ken2 kok mesakne yak🤣🤣🤣
2023-09-18
1
Utiyem
wa iki. apakah tomy dan bella berjodoh di masa depan???
2023-09-18
1
Yani Cuhayanih
Ara malu2 meong pdhal masih kepo sama Zayn
2023-01-02
0