Zayn masih menatap Bella heran. Ia sungguh penasaran dengan maksud Bella berkata demikian kepada Ara. Sebenarnya ia sangatlah tahu kalau Bella memang menyukainya, cuma ini sudah melebihi batas buat Zayn atas ucapan Bella yang mengaku sebagai kekasihnya.
Bella masih tetap memandangi Zayn dengan senyum termanis. Sama sekali tak ada rasa bersalah di dirinya, seakan ia sudah puas membuat ara menyingkir dari perhatian Zayn ke depannya.
"Eehm.... Kita udah nyampek mana tadi ya?" Bella membuka kembali lembaran demi lembaran buku yang ia pegang, setelah merasa puas memandangi Zayn yang tak pernah membosankan menurutnya.
Zayn menutup buku yang di pegang Bella, ia meraihnya lalu, "Apa maksud lo ngaku-ngaku kita pacaran sama Ara?" Ucapnya penuh penekanan.
"Karena gue suka sama lo. Lo tau itu kan?" Bella kembali meraih buku yang di pegang Zayn, ia kembali di sibukkan mencari halaman isi buku tersebut yang sempat ia diskusikan bersama zayn sebelum kedatangan Ara tadi.
"Gue gak suka cara lo tadi, Bel." Zayn berucap membuat Bella kembali menatapnya serius.
"Gue tau lo suka sama gue, gue juga suka sama lo. Tapi cuma sebatas teman!"
Bella tersenyum pias menatap Zayn, entah ini sudah penolakan ke berapa kalinya dari Zayn. Bella tak peduli itu, bahkan ia semakin terobsesi untuk bisa menaklukkan hati Zayn dan memilikinya seutuhnya.
"Apa ini karena Ara?" tanyanya kemudian.
Zayn terdiam sejenak. Memang tadi ia tidak bisa menyangkal apa-apa setelah mendengar pengakuan Bella kepada Ara, hingga sampai Ara pergi. Ia pun heran dengan dirinya yang tiba-tiba tak bisa berucap apa-apa kepada Ara. Ia merasa bersalah atas perkataannya kepada Ara tempo hari, yang membuatnya merasa seperti pemberi harapan palsu kepada Ara.
Bella memasang senyum sinisnya mendapati Zayn yang hanya tediam. "Hebat ya dia, baru beberapa hari aja udah bisa masuk kepikiran lo. Apa gue sepintaspun gak pernah ada di pikiran lo, Zayn?"
"Jangan sangkut pautkan Ara dalam permasalahan kita. Dari awal sudah jelas kalo gue tetep suka sama lo sebatas teman. Gue yakin lo pasti tau, sesuatu hal yang di paksakan itu gak enak, lo berhak bahagia sama yang lain, Bel."
"Tapi gue cuma mau lo, Zayn."
"Bella..." Zayn meraih pundak Bella, mengusapnya lembut. "Jangan sampe gue berubah gak suka karena sikap lo ini, lo paham kan?" ucapnya lalu bergegas pergi meninggalkan Bella seorang diri.
Bella menghentakkan kakinya. Kesal, marah, bercampur aduk yang ia rasa. Zayn masih tetap dengan keputusannya di awal yang menganggapnya hanya sebatas teman, dan ia tetap dengan pendiriannya yang akan terus mengejar cinta Zayn sampai kapanpun.
*
Ara duduk merenung seorang diri masih di area taman kampus samping perpustakaan. Kecewa, hanya itu yang ia rasa. Menyesal, ia juga merasakan itu, karena jika saja ia tidak menyukai Zayn, ia tidak akan merasakan sakit seperti saat ini.
"Hei, my Queen..." Sapaan lembut dari seorang pria di belakangnya membuat Ara menyeka air matanya yang entah sejak kapan membendung.
Ara menoleh. "Keanu?"
Keanu tesenyum lalu kemudian duduk di samping Ara.
"Apa kabar?" sapa Keanu sembari mengulurkan tangannya yang kemudian di sambut oleh Ara.
"Sepertinya lo lagi gak baik-baik aja ya?" Keanu mencermati mata Ara yang sendu.
Ara berusaha tersenyum. Lalu ia mengucek-ngucek matanya sambil berkilah, "Ini mata gue barusan perih, kena debu." Sangkalnya berusaha meyakini Keanu.
Keanu, dia adalah teman cowok satu SMA dengan Ara. Keanu juga anak dari rekan bisnis orang tua Ara.
"Lo kok bisa tiba-tiba di sini, gak jadi kuliah di Bandung?"
Keanu menggelengkan kepalanya. "Ada yang harus gue perjuangin di sini, ngedapetin cinta lo." Keanu sedikit mengerlingkan matanya di kalimat terakhirnya.
Ara hanya tersenyum geli mendengarnya. Memang dari dulu Keanu naksir dengan Ara, bahkan sudah dua kali ia mengutarakan cintanya sewaktu di sekolah dulu namun Ara selalu menolaknya.
"Eehm... Sorry, Ken, gue tinggal dulu, entar lagi gue ada kelas." Ara beranjak berdiri namun di cegah oleh Keanu yang memegang tangannya.
"Setelah ini kita keluar yuk, jalan-jalan kemana gitu yang bikin happy."
"Gue mau langsung pulang, Ken, sorry ya...."
"Ayolah, pliis..." Keanu mengatupkan kedua tangannya kepada Ara.
"Tapi beneran gue lagi gak mood keluar hari ini."
Seketika Keanu menunjukkan gelang yang di pakainya, gelang pemberian Ara saat Keanu ulang tahun dua tahun lalu.
"Lo lihat ini, bagaimanapun lo berusaha menolak gue, tapi lo gak bisa melepas ikatan ini. Gelang ini ibarat pengikat antara gue dan lo."
Ara tertawa kecil. "Ngaco' lo."
"Udah kucel gitu masih aja lo pake."
"Itu tandanya gue setia cintanya ma lo."
"Bullshit!" Ara kembali terkekeh dengar perkataan Keanu.
"Jadi gimana?"
"Tetep gak bisa, Keanu."
"Kalo jadi pacar gue, masih gak bisa?"
"Udah ah, entar gue telat masuk kelas."
Ara pergi meninggalkan Keanu. Senyum di wajahnya kembali mengembang, ternyata kedatangan keanu selalu tepat. Dari dulu Keanu selalu ada tiap kali Ara sedih, meski kadang ketika Ara senang ia nyaris tak menghiraukan keberadaan Keanu di sekitarnya.
Meski kedatangan Keanu yang tiba-tiba cukup membuatnya bertanya-tanya, dan sempat membuatnya merasa bebas dari pengejaran Keanu setelah kelulusan sekolah kemarin, namun kali ini ia sedikit terhibur dengan rayuan Keanu yang selamanya tak akan menancap di hati Ara.
"Lama amat, untung masih gak telat." Sisil menyapa Ara yang sudah duduk di kursi yang bersebelahan dengannya.
"Masih mampir-mampir dulu tadi." Ara tersengal-sengal mengatur nafasnya, efek tergesa-gesa takut telat mengikuti kelas di jam pertama ia kuliah.
"Ngobrolin apa aja sama do'i?" Sisil mulai kepo.
Ara terdiam, tidak mungkin ia menceritakan apa yang sudah ia ketahui tentang Zayn. Bukan karena sedang ada di kelas, tapi lebih ke hati Ara yang belum siap untuk menceritakannya.
Sembilan puluh menit berlalu, dosen pembimbing mata kuliah hari ini menyudahi kelasnya. Ara dan Sisil sudah mulai mengemasi buku yang sudah ia pelajari ke dalam tasnya. Mereka sepakat hari ini akan langsung pulang karena dosen tadi memberi tugas makalah di hari pertama masuk kelas.
"Hai my Queen...." Sapaan Keanu yang menunggu Ara di depan kelasnya mengagetkan Ara dan Sisil.
"Ada apa lagi, Ken?" Ara menyapanya jengah.
"Gue butuh jawaban nih." Keanu berkata santai sambil menyilangkan tangannya.
"Jawaban apa? Yang mana?"
"Tentang lo mau gak jadi pacar gue."
Kali ini Sisil yang tertawa. Mahluk seperti Keanu, yang tidak di harapkan datang lagi di kehidupan Ara, kini muncul lagi masih dengan misinya. Mengejar cinta Ara.
"GAK MAU!" Ara menolaknya tegas.
Keanu hanya tersenyum mendapat penolakan Ara untuk yang ketiga kalinya. Entah terbuat dari apa hati Keanu itu, ia masih bisa tersenyum meski keadaan tak sesuai dengan harapannya.
"Gue akan tanya lagi besok dan besok. Sampai lo mau jadi pacar gue."
Keanu pergi.
"Jadi lagi dilema nih, antara Zayn atau Keanu?" Sisil menggoda Ara yang hanya terdiam memandangi Keanu yang sudah hilang dari pandangannya.
Ara memilih diam tak merespon godaan Sisil terhadapnya. Sisil menaruh curiga dengan perubahan Ara setelah menemui Zayn tadi, karena terlihat jelas dari sorot mata Ara yang tak lagi bersemangat ketika membahas tentang Zayn.
Dan mereka pun akhirnya berjalan menyusuri koridor Kampus, menuntun langkahnya menuju tempat parkir untuk segera pulang.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Utiyem
kok aku mesakne ya karo keanu ning kene🤣🤣🤣 padahal pas ning cinta sok dingin.
2023-09-18
1
Utiyem
iki ken ken e cinta???🤣🤣🤣 halo keenn gimana punya restoran dan reno
2023-09-18
1
Yani Cuhayanih
Keanu akhirnya aku ketemu sama lo gk nyangka masih tetep tengil ..
2023-01-02
1