Malam terakhir penutupan kegiatan ospek.
Malam ini suasananya begitu berbeda. Pantulan sinar oleh sebab api unggun yang menyala terang membuat suasana malam terasa hangat.
Seluruh mahasiswa peserta kegiatan ospek duduk rapih mengelilingi api unggun yang menyala terang di tengah-tengah lapangan Kampus tersebut.
Suara tepukan tangan terdengar kompak ketika sang ketua panitia ospek, yaitu Zayn mengakhiri beberapa sambutan penutupnya tadi.
Acara ospek ini sudah resmi berakhir, namun tidak dengan hiburannya. Beberapa di antara mahasiswa baru itu mulai menampilkan berbagai keahliannya. Ada yang pintar melawak, gemar membaca puisi, dan segala macam tampilan bakat yang mengundang gelak tawa karena merasa benar-benar terhibur.
Alunan petikan gitar dari beberapa mahasiswa yang turut memeriahkan seakan menambah syahdunya malam yang semilir.
Seluruh mahasiswa sangat bereuforia. Seakan terlepas sudah dari masa-masa yang tidak boleh jaim, penuh hal-hal konyol dan cukup melelahkan,namun penuh kenangan.
"Semuanya perhatian!"
Semua seketika terdiam ketika Tommy bersuara.
"Malam ini ada satu tampilan dari salah satu teman kita yang akan menampilkan bakatnya di seni drama."
Tommy diam sejenak, memberi jeda akan pembicaraannya sehingga menyita perhatian para mahasiswa yang penasaran akan perkataannya itu.
"Dia sangat pintar berakting, juga pintar mengelabuhi seniornya, aktingnya sangat apik."
Sekilas mata Tommy melirik ke arah Ara yang duduk tak jauh dari pandangannya.
"Penasaran gak kalian?"
Tommy semakin melirik tajam kepada Ara.
Ara yang mengetahui tatapan Tommy yang aneh itu langsung berubah pias.
Pintar akting? Mengelabuhi senior?
Glekk !
Tetiba Ara berubah panik. Mungkinkah tadi siang Tommy juga sudah tahu kalau dirinya hanya berpura-pura pingsan? Aahh...... Ara sudah tidak tahu lagi dengan apa yang harus ia hadapi setelah ini. Ia hanya bisa merutuki dirinya sendiri yang bertingkah gegabah.
Tommy menyeringai licik memandangi Ara yang mulai gelisah. "Lo kira gue gak tau kalo tadi lo cuma pura-pura pingsan?" Umpatnya dalam hati.
Tommy memang sudah tahu kalau tadi siang Ara hanya berpura-pura pingsan. Tepatnya ketika matanya yang awas itu menangkap pergerakan tangan Ara yang bergerak menyentuh Sisil. Tapi ia hanya memilih diam, karena ia sudah merencanakan sesuatu hal malam ini khusus buat ara.
"Lo!" Tommy menunjuk tepat ke arah Ara. Semua mata tertuju padanya, tak terkecuali Zayn.
"Ayo maju!"
Tommy tersenyum devil. Dan mau tak mau Ara tetap maju, berdiri di tengah-tengah mahasiswa yang menyorot serius menatapnya.
"Udah syukur lo gak gue hukum. Cuma main akting aja, bisa kan?"
Tommy setengah berbisik kepada Ara yang sudah berdiri tepat di sampingnya.
Ara hanya diam. Ia sangat malas untuk menyahuti perkataan Tommy. Sumpah! setelah ini ia tak mau lagi berurusan dengan Tommy. Baginya Tommy adalah seorang pembawa sial di kehidupan Ara.
"Ehm.... temanya apa ya yang asyik buat malam ini?"
"Percintaan, Kak." Salah satu mahasiswa mengusulkan tema drama yang akan di lakoni Ara malam ini.
"Bagus tuh." Mahasiswa yang lainnya menyetujui juga.
"Oke! Kali ini lo harus akting percintaan sesuai permintaan mereka," kata Tommy langsung setuju dengan usulan konyol dari mereka.
Suara tepukan tangan terdengar meriah dari mahasiswa yang menyaksikan, namun seperti terdengar suara kutukan di telinga Ara.
Ara sudah pasrah. Ia ingin mengakhiri malam ini dengan segera.
Tommy tersenyum puas. Lantas ia menunjuk ke arah Zayn. "Lo tembak dia. Lo bayangin kalo lo lagi nembak dia, mencurahkan segala isi hati lo ke dia. Gampang kan?"
Deg. Deg. Deg.
Seketika jantung Ara berdetak lebih kencang. Peluhnya yang menetes terasa dingin. Matanya turut menatap Zayn yang masih tak bergeming dari tempatnya.
Tak luput sorot mata Bella yang menatap Ara sinis. Begitu nyata kalau ia benar-benar tidak menyukai Ara. Bella yang sedari tadi memang duduk berdampingan dengan Zayn, berusaha mencegah Zayn dengan memegang lengannya agar ia menolak saja dengan permainan Tommy malam ini. Tapi nyatanya Zayn tetap memilih maju mengikuti alur permainan Tommy yang penuh kejutan.
"Oke! Silahkan berakting seperti yang gue bilang tadi."
Tommy kemudian pergi. Menyisakan Ara dan Zayn yang berdiri menjadi sorotan seluruh mahasiswa yang menanti akting Ara.
Ara mulai memberanikan diri menatap Zayn. Mata itu begitu menyejukkan namun membuat lemah bagi Ara yang memang menyukainya.
Ara menggigit bibir ranumnya. Ia bingung harus mulai dari mana. Seandainya ia tak memiliki rasa dengan sosok yang berdiri di depannya ini, mungkin akan lebih mudah aktingnya.
Ara pun mulai menggaruk-nggaruk tengkuknya yang tak gatal. Hembusan nafas berulang-ulang keluar dari mulutnya, mencoba untuk menetralkan alur nafasnya yang tak karuan.
Dan Zayn tetap setia menunggu Ara memulai aktingnya. Ia pun turut memandangi Ara. Sebenarnya gadis itu manis dan menggemaskan. Tubuhnya yang mungil dengan rambut terurai menggelombang, alisnya yang natural dan tertata rapih tanpa tambahan ukiran pensil alis, bibirnya yang merah ranum membuat siapapun kaum cowok ingin menyesapnya nikmat, dan--
"Mikirin apa sih gue!" Zayn merutuki hati dan otaknya yang seketika terbawa perasaan oleh kecantikan Ara malam ini.
Suasana berubah hening. Mereka pun hanya saling menatap. Mungkin masih berusaha membangun chemistry di antara mereka.
Padahal yang sebenarnya yang Ara rasakan adalah perasaan takut. Takut kalau saja matanya yang tak bisa berbohong akan tertangkap jelas oleh Zayn nanti.
Tak berbeda dengan Zayn. Sebisa mungkin ia mengatur mimik wajah setenang mungkin di hadapan Ara. Ada rasa yang tiba-tiba entah, cukup mengganggu konsentrasinya malam ini.
"Bisa di mulai?"
Tommy menyapa mereka tak sabar, karena hanya mendapati mereka yang saling tatap.
Ara dan Zayn sama-sama menoleh ke arah Tommy, dan.....
"ACTION!!!"
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Utiyem
hedeeehh jadi ingat jaman ospek. disuruh ngajak kencan cowok bau🤣🤣🤣. asem aku sampai memohon mohon
2023-09-17
1
Yani Cuhayanih
Tariiik semongko Ara jgn malu2in akoh awas lo..tak pelototin....
2023-01-02
0
leeshuho
Seru!!!!!thor!!!!!!!
2022-04-10
1