Zayn melangkah menuju arah kantin Kampus di ikuti oleh Ara di belakangnya. Sedang mahasiswa yang lain dan juga team panitia ospek kembali melanjutkan kegiatan tadi yang tertunda.
Zayn membimbing Ara untuk duduk di meja kosong yang di pilihnya, kemudian pergi meninggalkan Ara menuju stand nasi rames.
Tatapan Ara terus-terusan memandangi tubuh Zayn yang sudah berganti mengantre di stand minuman jus buah.
Ara mulai tersenyum sendiri, membayangkan seandainya ia menjadi kekasih Zayn saat ini, tentunya ia akan menjadi wanita paling beruntung karena berhasil memikat hati Zayn yang di kenal sulit terpikat dengan hati perempuan manapun.
Ara mengalihkan pandangannya ke yang lain setelah melihat Zayn berjalan menuju ke arahnya. Kedua tangan Zayn membawa nampan berisi sepiring nasi rames dan segelas jus melon susu.
"Habisin ya, pelan-pelan aja makannya."
Spontan Ara membulatkan kedua bola matanya begitu melihat porsi makan yang di pesan Zayn.
"Kak Zayn mau aku gendut?" Tanyanya tak percaya dengan hidangan yang menurutnya cukup untuk dua orang.
Zayn menggeleng sambil tersenyum." Biar kamu gak kelaparan lagi."
Ucapannya itu membuat Ara seketika menunduk. Ia tak tahu lagi harus kemana ia akan menyembunyikan wajahnya yang malu.
"Sudah, ayo di makan. Gak usah terburu-buru. Setelah ini kamu boleh gak ikut kegiatan dulu, simpen tenaganya buat hukuman entar malem."
Glekk.
Ara menatap wajah Zayn, tak percaya dengan apa yang di ucapkannya barusan. Ternyata di balik perhatiannya, Zayn sama saja dengan Tommy.
Wajahnya yang semula di pasang sok manis di depan Zayn, kini berubah merengut menatap Zayn. Melihatnya, membuat Zayn merasa gemas dengan mood Ara yang lekas berubah. Tangannya terulur menyentuh kepala Ara kemudian mengacak-ngacak lembut anak rambut yang tumbuh di ujung kening Ara.
Zayn lalu pergi meninggalkan Ara seorang diri.
Denting suara sendok dan garpu saling beradu nyaring. Ara melampiaskan kemarahannya lewat menelan habis makanan yang tersaji di hadapannya, tak peduli lagi dengan porsi yang bukan untuk porsi perutnya.
Ara hanya merasa kesal. Ia juga ingin marah dan berteriak, tapi tentunya hal itu harus ia tahan mengingat dirinya bukan siapa-siapa Zayn.
"Hufh.... hufh... hufh..."
Ara mencoba menarik ulur nafasnya agar kembali stabil. Iya! Ia harus tetap semangat menghadapi apapun yang akan terjadi padanya nanti malam. Kali ini ia benar-benar telah bertekad untuk tidak terlihat lemah di hadapan Zayn dan juga Tommy, sang musuh dalam selimut.
*
Bella meremas jarinya dengan kasar. Terlihat dari sorot matanya yang merah menandakan api cemburu telah menyala. Menyaksikan Zayn yang di rasa agak berlebihan memperhatikan Ara tadi.
Bagaimanapun ia mencoba menarik perhatian Zayn sebelumnya, tak pernah ada respont yang seperti Zayn lakukan terhadap Ara tadi.
"Hei, sini kau!"
Bella menyapa Sisil yang kebetulan melintas di depannya.
"Iya, Kak."
"Lo temennya Ara kan?"
Sisil menjawabnya hanya dengan anggukan kepalanya.
Bella menatap sinis ke arah tangan Sisil yang memegang kemeja hitam yang tadi di pegang oleh Ara dan Sisil menyadari itu.
"Itu bajunya Zayn kan?"
"Iya, Kak." Sisil langsung mengakuinya.
Mendengarnya Bella hanya memasang senyum sinis.
"Ya udah, sana balik!"
Bella menyuruh Sisil segera pergi dari hadapannya. Ia sudah tak kuat lagi menahan cemburunya yang berakar di hatinya. Pikirannya mulai tertuju kepada Ara. Ia pun mulai muncul ide yang akan di usulkannya kepada Tommy nanti ketika Ara menjalani hukumannya.
Kemudian Bella pergi melangkah mencari keberadaan Tommy untuk menyusun ide hukuman yang pantas di terima oleh Ara.
Setelah menemukan keberadaan Tommy, Bella menghentikan langkahnya sejenak karena melihat Tommy yang lagi mengobrol serius dengan Zayn.
"Gue udah sampein pesan lo ke Ara, dan lo harus ingat janji lo."
Zayn berkata cukup serius kepada Tommy. Dan ternyata, kalimat terakhir yang di ucapkannya tadi kepada Ara itu karena semata pesan tommy yang ia kirim lewat pesan singkat di ponsel Zayn.
"Tenang, hukumannya masih manusiawi kok."
Tommy menyanggah kecemasan Zayn yang begitu kentara di rautnya.
"Jangan bikin yang aneh-aneh. Entar malem tuh seharusnya acara yang happy, gak ada hukuman-hukuman."
"Beres, Zayn. Lo kayak takut gue nindas Ara aja, gak terima ya? Atau diem-diem lo naksir sama do'i?"
Zayn hanya menatap Tommy dingin. Ia tak akan menyahut apa-apa lagi tentang hal ini. Karena jika di respont pun Tommy akan semakin banyak bicara yang tidak-tidak nantinya.
Mereka saling melempar senyum devil. Zayn tak akan tahu seperti apa hukuman Ara nanti, dan Tommy tetap kekeh dengan keputusannya untuk menyembunyikan ide hukumannya itu.
Akhirnya Zayn memilih untuk pergi meninggalkan Tommy yang entah sejak kapan terasa menyebalkan menurutnya. Jujur, ia sangat terganggu dengan pertanyaan Tommy tadi. Kalaupun ia merasa tidak sedang naksir Ara, lantas kenapa ia harus merasa terganggu dengan pertanyaan Tommy tadi? Membingungkan!
Zayn berpapasan dengan Bella. Ia melihatnya sebentar dan membalas senyum yang di lontarkan Bella terhadapnya, lalu kemudian pergi melanjutkan langkahnya tanpa menyapa Bella meski sekedar say 'Hai'.
Bella menatap punggung Zayn yang sudah pergi semakin menjauh dari pandangannya. Ada rasa kecewa di dirinya tiap kali mendapati Zayn masih dingin terhadapnya. Meski Zayn membalas senyumnya tadi, tapi Bella merasakan tidak ada tanda-tanda senyum hangat yang ia dapati dari Zayn. Semua seperti terasa datar.
Bella menarik nafasnya dan menghembusnya berulang-ulang. Langkahnya kembali menuju ke arah Tommy yang masih stand by di tempat yang ia temui tadi.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Utiyem
ow, ternyata ada yang diem2 udah naksir juga
2023-09-17
1
Yani Cuhayanih
Apakah Tommy dan bela akan menjadi duo zulid ...ckckck waspadalah2 Ara seperti kt alhm bang Napi hehehe....
2023-01-02
1
Realpcy_Cyl
zyan😍😍
2022-02-10
1