Ara dan Sisil menuju ke kantin dengan langkah yang sedikit cepat, mengingat sisa jam istirahatnya sudah tinggal lima belas menit lagi. Sesekali mereka berlari-lari kecil sembari tertawa geli. Mereka menertawai dirinya sendiri yang mirip dengan orang-orang pengejar diskon gratisan, padahal sebenarnya hanya takut tidak menemukan meja kosong di sana.
"Di sini, Sil." Dengan nafas yang masih terengah-engah Ara menarik tangan Sisil duduk di meja kosong paling sudut di kantin itu.
"Yakin?" Sisil menanyainya ragu, karena setahunya meja ini adalah tempat favorit Zayn dan Tommy kalau lagi nongkrong di kantin.
"Mang mau di mana lagi coba?" Ara menyanggahnya, sambil matanya memandangi seluruh suasana kantin yang penuh.
Sisil ikut memandangi sekitar dan memang benar, tidak biasanya kantin ini begitu ramai seperti sekarang, dan kebanyakan yang makan memang teman-teman seangkatannya. Maklumlah mungkin tadi pagi sama-sama tidak sempat sarapan, karena memang kegiatan ospek pagi tadi menuntut mereka untuk datang ke kampus sebelum jam tujuh pagi.
"Oke lah." Sisil menyetujuinya pasrah, walau sebenarnya perasaannya masih ragu.
"Gue mau siomay pedeeees banget sama Boba cappucino." Ara sudah tak sabar untuk mengisi perutnya yang mulai keroncongan.
"Biar gue yang pesen deh." Sisil melangkah menuju stand tempat makanan yang Ara sebutkan tadi.
Sembari menunggu pesanan datang, Ara sesekali berswafoto seperti kebiasaannya.
Cekrek... Cekrek... Cekrek
Ara tersenyum sendiri mendapati hasil jepretannya yang memuaskan.
"Mang gue cantik," narsisnya sambil kembali berswafoto karena belum mendapatkan view yang cocok untuk ia unggah di laman Sosial media miliknya.
Seketika senyumnya merengut, ketika menyadari ada sosok Tommy ikut nimbrung di layar kameranya.
Ara menoleh ke arah Tommy dengan raut sebal. "Ngapain sih nongol di sini?" Mulutnya hanya mengoceh samar.
"Kok gak jadi?" Tommy menanyainya karena melihat Ara yang sudah mematikan handphonenya.
"Gak pa-pa." Ara menyahut tanpa menoleh ke arah Tommy yang berdiri tepat di belakangnya.
Lalu tiba-tiba Tommy turut duduk di meja itu juga, tak lagi peduli dengan ekspresi Ara yang sangat sebal karena perbuatannya.
Merasa enggan untuk ribut karena masalah Tommy yang menurutnya kurang sopan karena duduk tanpa permisi sebelumnya, Ara hanya melampiaskan kejengkelannya sambil jari telunjuknya mengetuk-ngetuk meja itu yang semakin lama semakin terdengar nyaring.
Bukannya Tommy merasa tidak enak, tapi ia semakin santai duduk menatap Ara yang terlihat sangat tidak nyaman karena kehadirannya.
Ara tolah-toleh mencari keberadaan Sisil yang tak kunjung datang, dan ternyata Sisil masih mengantre di stand mie ayam kesukaan Sisil.
"Waktu istirahatnya sudah kurang sepuluh menit lagi loh." Tommy menyapa Ara sambil melirik jam yang terpasang di tangan kirinya.
"Gak mau siap-siap? Entar kalo telat hukumannya nambah loh, mang mau?"
Perkataan Tommy terdengar sangat mengejek di telinga Ara. Di situ nyali ara tiba-tiba muncul untuk melawan perkataan Tommy.
"Gak takut!" Ara menjawabnya sambil memasang senyum sinis menatap Tommy. Senyum pertanda bahwa dari sinilah Ara tidak akan takut melawan Tommy setelah ospek ini selesai.
"Wuuiih...." Tommy menyeringai menangkap sinyal perang dingin dari sorot mata Ara.
"Zayn!" Tiba-tiba Tommy berteriak memanggil Zayn sambil melambaikan tangannya.
Deg.
Seketika denyut jantung Ara seakan berhenti berdetak. Ia menggenggam erat jemarinya yang terasa dingin, sedang lehernya seakan terasa kaku untuk menoleh di mana keberadaan Zayn yang Tommy panggil tadi. Semua terasa berhenti bergerak saat ini.
Terdengar bunyi langkah samar-samar tepat di belakang Ara, sedang yang Ara kini rasakan adalah kesulitan mengatur nafasnya yang terasa di luar kendalinya.
Ara sangat nervous. Kalau saja benar Zayn datang dan duduk bersama, ini benar-benar pengalaman pertama Ara bisa duduk satu meja dengan lelaki yang telah menyita perhatiannya seminggu ini.
Ara mencoba mengatur nafasnya sambil sesekali menghembusnya perlahan. Ia tak mau apa yang terjadi dengan perasaannya akan kentara di hadapan Tommy, meski sebenarnya Ara merasa risih dengan tatapan tommy yang menatapnya saat ini.
"Maaf Kak, udah lancang duduk di sini."
Sisil yang tiba-tiba saja sudah berdiri didepan Ara membuat Ara reflek menoleh ke arah pemilik suara itu.
"Hhhh.." Tarikan nafas ara begitu lega setelah mengetahui ternyata yang datang Sisil, bukan Zayn.
"It's okey, gak pa-pa selama meja ini kosong."
Sisil hanya tersenyum mendapati Tommy yang tak marah.
"Ra, ayuk!" Sisil menarik lengan Ara mengajaknya untuk pindah tempat.
"Ke mana?"
Sisil menatap Ara jengah. Di sini Sisil tak mau mencari masalah baru dengan Tommy, ia merasa takut tommy akan membalas ini nanti kepada mereka. Meski awalnya Tommy berkata tidak apa-apa, tetapi Sisil bisa menangkap senyum devil Tommy terhadap Ara.
Sisil masih mencoba menarik lengan ara. "Gue mau di sini." Ara menolaknya tegas.
"Silahkan!" Tommy menyahutinya sambil mengangkat kedua bahunya, lalu mempersilahkan Sisil untuk duduk di dekatnya.
Sisil masih tak percaya mendapati Tommy yang menepuk-nepuk kursi panjang di sampingnya, dengan pasrah sisil menuruti kemauan Tommy untuk duduk bersandingan dengannya.
Ara menatap Sisil penuh tanya, karena Sisil datang tanpa membawa satu pun pesanan miliknya dan Sisil hanya meresponnya dengan isyarat yang meragukan.
Ara berdiri, ia merasa sangat kesal. Tubuhnya yang sudah lelah, perutnya yang sudah terasa perih, di tambah kehadiran Tommy yang membuat mood makannya tiba-tiba menghilang.
Tanpa melihat situasi sekitar Ara menyambar tas selempang miliknya yang tergeletak di meja itu cukup kasar, kemudian pergi tanpa melihat ke belakang, dan.....
Bruukk !!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Utiyem
pasti zyn dah yg ditabrak
2023-09-17
1
Utiyem
apa yang suka tomy yak?
2023-09-17
1
Your name
Tommy emang ngeselin. Gitu kah dia dari awal. Biar Ara kepancing.
2022-02-28
1