Pipit berjalan dengan tergesa-gesa setelah melihat pemandangan yang seharusnya tidak di lihatnya. Sambil dengan mulut komat kamit, Pipit terus melangkah menuju taman rumah sakit. Ia bahkan sampai lupa tujuannya turun adalah mau ke supermarket untuk membeli lollipop kesukaannya.
Sampai di taman, ia mendudukkan dirinya sembarangan di salah satu bangku tanpa melihat apakah bangku itu berpenghuni atau tidak. Mulutnya masih saja menggerutu dan bergumam seenaknya. Sampai-sampai orang yang berada di bangku itu menoleh ke arahnya. Dan betapa terkejutnya orang itu saat gadis yang berada di bangku yang sama dengannya itu adalah adik dari bosnya.
" Non Fitria..." sapa orang itu.
Pipit secara spontan berhenti menggerutu tapi masih dengan mulut yang terbuka sambil menoleh ke samping.
Sadar siapa yang ada di sampingnya, Pipit segera menutup mulutnya dan tersenyum semanis mungkin sambil membenarkan posisi duduknya yang sembarangan.
" Bang Damar..." sapanya dengan senyuman super mautnya. Semenjak pertama bertemu Damar, bodyguard sekaligus sopir pribadi kakaknya, Pipit langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia bahkan melupakan kekasih ababilnya yang ada di kampung halamannya.
" Non Fitria kenapa kok seperti orang yang di kejar sesuatu. Apa ada yang menggangu nona? Kalau ada, katakan sama saya, nona." tanya Damar sambil memberi isyarat dengan tangannya.
" Oh, nggak apa-apa kok bang. Nggak ada apa-apa. Tadi cuma habis melihat sesuatu yang seharusnya tidak Pipit lihat. Sesuatu yang membuat mata kita bisa sakit. Apalagi iman kita. " jelas Pipit sambil sedikit mencibir dan bergidik.
Damar mengernyitkan dahinya, " Apa itu nona? " tanyanya.
" Tidak perlu di bahas bang. Nggak penting juga. Eh, ngomong-ngomong, udah malem kok bang Damar masih di sini? " tanya Pipit.
" Iya non. Saya berjaga-jaga saja, siapa tahu pak bos atau kakak nona membutuhkan saya. " jawab Damar.
" Sepertinya tidak deh bang. Mending abang pulang aja. Udah malam juga. " ujar Pipit.
Damar memamerkan senyum manisnya ke Pipit. Membuat Pipit klepek-klepek.
" Nanti saja nona. Masih jam segini juga. Nona sendiri, kenapa malam-malam malah keluar? " tanyanya.
" Bosen aja bang, di kamar terus. Pengen cari udara segar. Eh, ketemu bang Damar yang ganteng di sini. " goda Pipit.
Cie ...cie...cie....Muka Damar jadi memerah. Ia memalingkan wajahnya sebentar sambil menarik kedua ujung bibirnya tipis.
" Bang Damar, kerja sama bang Seno berat ya? Tiap hari harus selalu standby, dari mulai pagi buta sampai malam. " ujar Pipit jadi merasa tidak enak ke Damar.
" Tidak kok non. Saya sudah terbiasa. Dan saya senang bisa bekerja sama tuan muda. Beliau sangat menghargai pegawainya. Jika harus berangkat pagi pulang malam, saya rasa semua orang juga mengalaminya. Jadi, tidak masalah bagi saya. " sahut Damar masih dengan senyum manisnya.
" Bang Damar sudah lamakah bekerja sama bang Seno? " tanya Pipit kembali.
" Lumayan lama non. Mulai dari saat tuan muda pulang kampung setelah menyelesaikan studinya di luar negeri. Ya ... sekitar lima tahun. " jawab Damar.
" Bang Damar kan biasanya kerja jadi bodyguard nya bang Seno. Terus sekarang tiba-tiba Abang di pindahkan untuk menjadi bodyguard mbak Mell. Bahkan menjadi sopir pribadinya juga. Abang pasti kecewa. " ujar Pipit sambil memperhatikan kakinya yang di buatnya bermain.
Damar tersenyum. Lalu ia menggeleng, " Justru saya sangat bahagia dan bangga nona. Kakak anda adalah orang paling spesial untuk tuan muda. Dan beliau mempercayai saya untuk menjaga dan melindungi orang yang spesial itu. Banyak dari teman-teman saya yang merasa iri sama saya saat saya di beri tugas ini. Jadi, mana mungkin saya kecewa. " jawab Damar panjang lebar. Dan jawaban ini membuat Pipit semakin jatuh ke Damar.
" Duh, bang Damar memang laki-laki idaman banget deh. " goda Pipit kembali.
" Nona bisa aja. " ujar damar malu-malu.
" Oh iya bang, ngomong-ngomong bang Damar kerja satu Minggu full mulai dari pagi sampai malam, emang nggak di cariin keluarga? Maksudnya, istri, atau pacar mungkin. " tanya Pipit hati-hati.
" Keluarga jauh, nona. Orang tua saya berasal dari Jawa. Saya ini anak perantauan. Jadi mereka tidak mungkin nyariin saya. Kalau istri...." damar menjeda omongannya. Ia menunduk sambil tersenyum. Membuat Pipit di landa kepanikan menunggu-nunggu jawaban dari cowok yang telah mengisi hatinya.
" Kalau istri saya belum punya non. Saya masih terlalu muda untuk berkeluarga. Saya masih ingin menikmati hidup melajang. " lanjutnya. Kali ini, Pipit bisa sedikit bernafas lega.
" Kalau....pacar? " tanya Pipit ragu-ragu.
Kembali Damar tersenyum, " Sama non. Saya juga tidak punya kekasih. Saya sepertinya tidak sempat untuk mencari kekasih. " kali ini, Damar menjawab dengan sedikit tertawa hambar.
" Syukurlah kalau gitu. " ucap Pipit tanpa sadar karena ia terlampau bahagia mendengar Damar belum punya istri juga kekasih. Ia tersenyum lebar.
" Maksudnya nona? " tanya Damar sambil menoleh ke arah Pipit.
" Ah, tidak apa-apa bang. Bagus saja kalau abang belum punya kekasih. Jadi bang Damar bisa lebih fokus bekerja. Nabung uang yang banyak. " jawab Pipit beralasan.
Damar menanggapi dengan senyuman. Lalu mereka kembali bercakap-cakap. Saling menanya tentang kehidupan masing-masing. Sampai tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Damar melihat jam tangannya.
" Nona, sudah sangat malam. Sebaiknya nona segera kembali ke kamar. Ibu nona bisa bingung mencari nona. " ujar Damar.
Pipit juga melihat jam tangannya, " Wah, iya ya. Nggak terasa, ternyata sudah jam 10 aja. Ngobrol sama bang Damar asyik, jadi lupa waktu deh. " sahut Pipit sambil terkekeh.
Damar bangkit dari duduknya, lalu menghadap Pipit, " Mari saya antar, nona. " ujarnya.
" Ah, nggak perlu bang. Pipit berani kok kembali sendiri. Bang Damar mending segera pulang saja. Besok kan harus kembali kesini lagi. " sahut Pipit.
" Tidak nona. Saya antarkan nona sampai ke kamar. Tidak baik seorang gadis berjalan sendirian di tempat umum seperti ini. Apalagi hari sudah malam begini. Mari nona, saya antar. " ajak Damar.
" Baiklah bang. Ayo lah kalau gitu. " ujar Pipit sambil berdiri dan dengan bahagianya. Ia bisa berjalan berduaan dengan jantung hatinya.
Selama perjalanan menuju ke kamar, Damar dan Pipit kembali mengobrol. Sesekali Pipit tersenyum sambil melirik ke arah Damar. Ia berjalan sambil menggendong tangannya di punggung. Sungguh malam yang indah.
💫💫💫
Hari berganti. Hari ini Armell di perbolehkan pulang oleh dokter Ratna. Kondisi fisiknya sudah sangat baik. Tinggal penyembuhan psikisnya. Sesuai dengan rencana awal, Armell akan ikut pulang bersama ibu juga Pipit.
Pagi itu, setelah beberes, Pipit hendak turun ke basemen. Ia hendak membantu Damar yang membawa barang-barang kakaknya yang berada di rumah sakit. Karena Damar sudah turun terlebih dahulu, Pipit berniat menyusul dengan membawa, sebuah paper bag.
Pipit memencet tombol lift yang ada di lantai 15. Setelah pintunya terbuka, Pipit buru-buru masuk. Ia berdiri tepat di depan pintu sambil menggoyang-goyangkan kakinya, dan pandangannya juga ke kakinya.
Tiba-tiba....Brak.... terdengar bunyi sesuatu di belakangnya menabrak dinding lift. Lalu di lanjut dengan suara-suara aneh...." Mmmmpptt.....clup....clup ... mmmmpptt...."
Spontan Pipit memutar badannya melihat ada apakah di belakangnya.
" Astaghfirullah haladzim....." pekik Pipit kencang lalu menutup mulutnya dengan mata membelalak.
Orang yang membuat suara-suara aneh yang ada dibelakang tadi segera menyudahi aktivitas panas mereka, dan bersamaan menoleh ke arah Pipit. Sepertinya mereka tadi menyadari jika ada orang lain yang masuk ke dalam lift karena mereka sedang sibuk dengan aktivitas panas mereka.
" Om dok ..ter...." ujar Pipit terbata-bata. Suatu hal yang tidak pantas dilihat oleh orang lain, ia melihatnya secara live.
" Pipit...." ujar Bryan dengan terkejut. Tapi Pipit tidak mendengarkan. Ia segera membalikkan badannya kembali menghadap ke pintu. Ia segera memencet tombol lantai terdengar dan tombol open. Ia bahkan memencetnya berkali-kali, berharap pintu lift segera terbuka. Entah kenapa, badannya tiba-tiba gemetar.
Setelah memencet berkali-kali, akhirnya pintu lift terbuka. Pipit segera keluar dari dalam lift tanpa mendengar Bryan yang terus-terusan memanggilnya.
" Pit.... tunggu...." panggil Bryan yang kini mengikuti langkah Pipit. Ia meninggalkan perempuan yang ia cumbu di dalam lift tadi begitu saja. Ia bahkan tidak mengindahkan panggilan dari perempuan itu dan tentu saja membuat perempuan itu kesal sekesal-kesalnya.
" Pipit...." panggil Bryan kembali. Tapi Pipit tetap berjalan menuruni tangga darurat karena saat itu ia masih berada di lantai 4. Ia bahkan mempercepat langkahnya.
" Ya Allah, ampuni hambamu ini ..Hamba tidak bermaksud melihat pemandangan tadi Ya Allah..." doa Pipit sambil ia terus melangkah.
" Gila bener tuh om om ya.... Kemarin sama si itu. Kok hari ini sama yang lain lagi .. Sebenarnya berapa sih pacar om dokter itu?? Mana aku harus melihat tindakan tak senonohnya sampai dua kali lagi. Dosa apa yang pernah Pipit perbuat sehingga Pipit harus melihat kejadian mesum om dokter....Hiiii ...Amit....Amit...Amit....jabang bayi...." rutuk Pipit sambil ia menggidikkan tubuhnya dan mengelus perutnya.
" Eh, kok amit-amit jabang bayi? Pipit nggak lagi hamidun. " gerutu Pipit kembali sambil menepuk jidatnya perlahan.
***
Bersambung
Double up ya kak....jadi ayo dong kasih like, vote dan komentar kalian.... othor tunggu selalu....
Lope-lope sekarung deh....😘😘😍😍
Bagi yang belum baca cerita mamas Seno dan mbak Armell, baca dulu yah, sambil nungguin cerita babang Bryan dan si Eneng Pipit kelar..Biar nggak bingung dan bertanya-tanya juga hubungan dan pemain yang ada di novel ini.
Ini nih, penampakan cerita Seno dan Armell
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Rangrizal28
ya ampun gila benar tu si brian.nggak tau tampat dan waktu.ganti2 cewek terus.kalau aku di posisi pipit mngkin juga gemetar badanku lemes malu dll.brian brian nyebut nak
2021-12-25
2
Diana wiyono
pipit kenapa lucu banget yah.🤣🤣🤣
2021-12-23
1
Nan Kediri
Ya Allah ngakak bikin perut Kembung pit.. pipit
kasian anak perawan mata nya sudah tidak suci lagi gara"om dokter.
2021-12-12
2