Dokter Michelle tersenyum, " I Will call you. " ucapnya sembari berjalan meninggalkan mereka.
" Pacarnya om dokter? Cantik. " ujar Pipit ketika Michelle telah berlalu.
" Hem? " sahut Bryan. " Ah, bukan. " jawabnya enteng.
" Kalau bukan pacar, kenapa terlihat mesra gitu? Terus tadi om dokter juga menggoda si mbak-mbak tadi. " tanya Pipit kembali.
" Sebenarnya om dokter ini sifatnya bagaimana sih? " Pipit berdialog sendiri.
Bryan tersenyum mendengarnya. " Lo tu masih kecil. Masih bocah. Nggak bakalan ngerti masalah kayak gini. Mending lo pikirin sekolah yang bener. Masalah orang dewasa kayak gini, belum waktunya Lo tahu. " jawabnya.
Pipit hanya mengendikkan bahunya. Ia nampak tidak begitu peduli dengan bagaimana sebenarnya si om dokter ini.
Tak lama, pelayan tadi datang menghampiri dengan membawa minuman yang mereka pesan. Ia meletakkan di atas meja sambil sesekali melirik ke arah Bryan. Dan jangan tanya bagaimana reaksi Bryan. Ia sesekali mengerlingkan sebelah matanya. Membuat Pipit yang sedari tadi ada di depannya merasa jengah.
Pipit tidak begitu memperdulikan apa yang ada di depannya. Ia segera menyeruput juice mangga yang tadi di pesannya sambil menunggu makanannya tiba.
" Om dokter genit banget. " ujar Pipit kala pelayan tadi sudah pergi dari sana
" Genit gimana? " tanya Bryan sambil mengaduk-aduk juice sirsak yang ada di depannya dengan sedotan.
" Itu tadi. Pakai kedip-kedipin mata. Ih, geli Pipit ngeliatnya. " ledek Pipit.
" Dasar bocah. " ejek Bryan.
Lalu suasana hening ada di antara mereka. Hanya suara serutupan minum yang terdengar, hingga makanan mereka tiba. Mereka lalu segera menghabiskan makanan mereka.
" Om, Pipit udah selesai makannya. Udah kenyang. Pipit mau ke kamar mbak Mell dulu. " pamit Pipit sambil mengelap mulutnya dengan tisu. " Terima kasih juga atas traktirannya. " lanjutnya.
Tanpa menunggu jawaban dari Bryan, Pipit segera berlalu dari sana. Bryan menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap punggung Pipit yang telah berlalu dari hadapannya.
💫💫💫
Pipit membuka pintu ruang rawat inap Armell dengan perlahan. Keadaan masih sama. Kakaknya masih tetap berdiam diri. Seno berada di sampingnya sambil sesekali mengelus punggung Armell. Tuan Adiguna dan nyonya Ruth sudah tidak ada di sana. Mungkin beliau sudah pulang duluan.
" Bagaimana mbak Mell Bu? Apa masih tidak mau makan? " tanyanya saat ia menghenyakkan pantatnya di sofa di samping ibunya.
Sang ibu hanya menggelengkan kepalanya lemah sambil menatap ke arah Armell. Setitik air mata terlihat meluncur di pipi ibunya.
Pipit menggenggam tangan ibunya, lalu berkata, " Mbak Mell pasti akan segera baik-baik saja Bu. Mbak Mell perempuan yang kuat. Mungkin sekarang dia masih berkabung saja. " ujarnya. Ibu menganggukkan kepalanya sambil menepuk-nepuk tangan Pipit.
Pipit memindahkan tangannya di lengan ibunya. Ia mengamit lengan ibunya, dan meletakkan kepalanya di bahu sang ibu.
" Kamu habis dari mana? " tanya sang ibu.
" Makan siang Bu. " jawab Pipit.
" Sendiri? " tanya ibu kembali.
Pipit menggeleng, " Sama om dokter. " jawabnya.
" Om Dokter? Siapa itu om dokter? " tanya ibu .
" Dokter Bryan Bu. Temennya Abang. " jawab Pipit.
" Ooh..." sahut sang ibu. " Jangan suka merepotkan orang lain. " ujarnya.
" Pipit nggak ngerepotin kok Bu. Om dokter yang ngajak Pipit makan. Katanya sekalian nemenin dia makan siang. Daripada makan sendirian. " jawab Pipit. " Oh iya, ngomong-ngomong ibu juga belum makan siang. " Pipit teringat jika ibunya belum makan. Ia menegakkan kepalanya menghadap sang ibu. " Pipit belikan makan siang ya ? " tanyanya.
Ibu menggeleng. " Melihat kakak kamu seperti ini, mana bisa ibu makan Pit. " ujarnya sambil kembali menatap Armell.
" Pipit tahu Bu. Tapi ibu harus makan. Jangan sampai mbak Mell udah sakit gini, ibu juga ikut sakit. " ujar Pipit.
Ibu kembali menggeleng. " Mending kamu suruh abang kamu makan. Dari tadi pagi dia belum makan sama sekali. Kalau ibu kan tadi pagi udah makan dari rumah. " pinta sang ibu.
Pipit mengangguk, lalu ia berdiri dan berjalan menghampiri kakak iparnya yang masih setia menggenggam tangan Armell.
" Bang ..." panggil Pipit sambil memegang bahu Seno sebentar.
Seno menengok.
" Abang makan dulu gih. Dari tadi pagi perut Abang belum kemasukan apa-apa. " pinta Pipit pelan.
Seno menggeleng. Ia kembali menatap sendu ke arah istrinya yang masih tetap enggan untuk berkomunikasi. Kini ia bahkan menutup matanya rapat-rapat.
" Abang bisa sakit kalau nggak makan apa-apa. Kalau Abang sakit, gimana sama mbak Mell? " ujar Pipit.
" Abang nggak mungkin ninggalin kakak kamu sendirian. " jawab Seno.
" Mbak Mell nggak sendiri, bang. Ada ibu, ada Pipit. Kalau ada apa-apa, Pipit janji akan langsung kasih tahu Abang. " sahut Pipit.
Seno tetap menggeleng. Ia masih kekeh enggan untuk meninggalkan istrinya. Pipit menarik nafas beratnya. Ia memijat pelipisnya sesaat, lalu ia mendapatkan sebuah ide. Ia berjalan kembali ke tempat ibunya.
" Bu, Pipit keluar sebentar. " pamit Pipit. Ibu mengangguk tanpa bertanya Pipit akan pergi kemana.
Pipit segera keluar dari dalam kamar. Ia berjalan menuju ke ruang jaga suster.
" Permisi, sus. Mau tanya. " sapa Pipit.
" Oh iya, nona. Ada yang bisa kami bantu? " tanya salah satu suster yang ada di sana. Suster-suster itu sudah tahu siapa Pipit.
" Boleh saya tahu, ruangan praktek dokter Bryan ada di mana ya? " tanya Pipit.
" Oh, dokter Bryan. " ujar suster. Pipit mengangguk.
" Ruangan dokter Bryan ada di gedung sebelah. Lantai 15 juga. Nona cari saja kamar 156. Itu ruang praktek dokter Bryan. " jawab suster.
" Oh .."
" Nona bisa lewat jalur tengah situ. Kalau nona keluar dari ruangan VVIP ini, nona di situ ada penyeberangan ke gedung sebelah. Jadi nona tidak perlu turun dari lantai ini. " suster kembali memberitahu.
" Iya, terima kasih atas informasinya suster. " ucap Pipit. " Permisi. " pamitnya.
Pipit segera keluar dari ruangan VVIP. Ia melewati jalan yang di tunjukkan oleh suster tadi. Ia menyeberangi jembatan untuk ke gedung sebelah. Setelah sampai di gedung sebelah, Pipit segera mencari kamar yang di maksud oleh suster.
Setelah berkeliling sebentar, akhirnya Pipit menemukan kamar yang dia inginkan.
Tok....tok ..tok....( bunyi pintu di ketuk )
Ceklek
Seorang suster membuka pintu ruangan tersebut.
" Ada yang bisa saya bantu, nona? " tanya suster itu.
" Maaf, sus. Apa benar ini ruang praktek dokter Bryan? " tanya Pipit.
" Iya benar. " jawab suster sambil mengangguk.
" Apa dokter Bryan ada di dalam? " tanya Pipit.
" Ada nona. " jawab suster.
" Bisa saya bertemu sebentar, sus. Jika dokter Bryan sedang tidak ada pasien. " pinta Pipit.
" Oh, kebetulan dokter Bryan belum mulai praktek. Jadi beliau belum menerima pasien. Nona tunggu di sini sebentar, saya akan memberitahu dokter Bryan. " sahut suster.
" Terima kasih, sus. Nanti bilang saja kalau adik sahabatnya yang ingin bertemu. " pinta Pipit.
Suster mengangguk, lalu kembali masuk ke dalam ruangan. Pipit menunggu di depan pintu. Tak lama kemudian, suster tadi kembali keluar.
" Silahkan masuk, nona. Dokter Bryan sudah menunggu. " suster mempersilahkan Pipit untuk masuk.
Pipit mengangguk, lalu ia masuk ke dalam ruangan.
" Ada apa? " tanya Bryan tanpa melihat siapa yang datang.
Pipit menghenyakkan pantatnya di kursi di depan meja Bryan. Ia lalu menaruh ponselnya di atas meja, tepat di depan Bryan.
" Tolong, tuliskan nomer telpon om dokter di sini. Biar kalau saya butuh om, nggak usah capek-capek nyari kayak gini. " ujarnya.
Bryan tersenyum, " Modus nih sepertinya. " goda Bryan.
" Modus gimana? Pipit serius ini om. " ujar Pipit.
" Ya siapa tahu Lo naksir sama gue. Terus modus biar bisa dapet nomer telpon gue. " goda Bryan kembali. Tapi tak urung, ia mengambil ponsel Pipit dan mengetikkan nomer telponnya di sana, lalu menge-save-nya.
" Iddiihhh ... siapa juga yang naksir sama om dokter. Kayak nggak ada yang masih muda aja. " sahut Pipit.
" Ck. " Bryan berdecak kesal. " Nih, ponsel Lo. " ucapnya sambil mengembalikan ponsel Pipit. " Sekarang bilang, ada apa Lo nyariin gue. Bukannya tadi kita barusan ketemu? " tanyanya.
" Pipit mau minta tolong sama om dokter. " ujar Pipit. Ia menghela nafas kasar. " Bang Seno nggak mau makan. Terakhir ia makan kemarin siang pas acara wisuda mbak Mell. Tadi Pipit suruh makan, dianya nggak mau. Om kan sahabatnya, bujukin dia lah om, biar mau makan. Kalau di terus-terusin, dianya jadi sakit gimana? " ujarnya.
Bryan mengangguk, lalu melihat jam dinding. Kemudian ia berdiri, " Ya udah, ayo. Sebelum gue mulai praktek. " jawabnya.
Pipit ikut berdiri.
" Sus, tolong nanti waktu praktek saya di undur beberapa menit. Saya ada urusan mendesak sebentar. " ujar Bryan ke suster asistennya.
Sang suster mengangguk. Lalu Pipit dan Bryan segera berlalu dari sana dan menuju gedung sebelah.
" Lo, masuk aja ke kamar kakak Lo. Abang Lo, urusan gue. " ujar Bryan saat mereka sudah berada di ruang VVIP.
Pipit mengangguk dan segera masuk ke kamar rawat inap Armell. Dan Bryan entah kemana.
***
bersambung
Hai ..hai ..hai ...
Jangan lupa like'nya ya kak ...
Buat pada reader baru yang belum baca novel othor sebelum novel yang ini, baca dulu novel othor yang berjudul " My Handsome Police " yah....biar nggak bingung sama cerita di novel ini... nyambung soalnya guys....
Salam lope-lope sekarung...😍😍😍😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Yulet Kemlelet Ayu Dewe
lanjut
2022-03-07
2
Amanda irmawati
salut sama Pipit , 😍 lanjuttttt
2021-12-14
2
Rhiedha Nasrowi
👍👍👍👍👍
2021-12-08
1