Om Dokter Sarang Hae

Om Dokter Sarang Hae

Berkenalan

" Kenapa mbak Mell serapuh ini? " gumam Fitria dalam hati.

Fitria tidak tahan dengan situasi di dalam kamar sebuah rawat inap. Ia ingin berteriak. Ia berlari meninggalkan kamar kakaknya. Entah kemana ia berlari, iapun tak tahu. Saat ini ia hanya ingin berlari dan berlari meninggalkan orang-orang yang sedang berkabung. Sampai dia menabrak seseorang.

" Hei, hati-hati nona. Jangan berlarian seperti ini. " ujar seseorang yang Fitria tabrak.

" Maaf, dokter. Saya tidak sengaja. " jawab Fitria sambil sesenggukan dan menatap ke bawah.

Dokter yang Fitria tabrak, seperti tidak asing dengan suaranya.

" Nona..." panggilnya.

Fitria mendongakkan kepalanya. " Dokter..." sapa Fitria.

" Kalau tidak salah, kamu adiknya Armell? " tanya dokter itu. Fitria mengangguk sambil mengusap air matanya.

" Kamu kenapa? Kenapa berlarian seperti itu? " tanya dokter itu.

" Maaf dok. Saya tidak tahan di sana. Semua orang menangis. Saya jadi pengen nangis. Apalagi denger mbak Armell sama bang Seno seperti itu... Pipit jadi nyesek dok rasanya...." ujar Fitria sambil menangis kembali.

" Ssssss.....Udah jangan nangis di sini. Malu kalau di lihat orang. Masak udah gede kok nangis. Mau ke taman rumah sakit ini? Kamu bisa menangis sepuasnya di sana. " tawar dokter itu.

Fitria mengangguk. " Dokter mau menemani saya? Saya tidak tahu tamannya di mana. " ucap Fitria dengan polosnya.

Dokter Bryan mengangguk. Lalu mulai berjalan dengan di ikuti oleh Fitria dari belakang.

" Nama dokter siapa? " tanya Fitria.

" Bryan. "

" Oh, pantesan wajah dokter kayak orang bule. " ujar Fitria. Bryan tersenyum tipis. " Kalau nama saya Fitria dok. Tapi mbak Armell sama ibu manggil saya Pipit. " ucapnya memperkenalkan diri.

Mereka sama-sama berjalan menyusuri lorong rumah sakit dan menuruni anak tangga untuk ke taman yang di bilang oleh sang dokter.

" Dok, kenapa harus turun lewat tangga? Bukankah di rumah sakit ini ada liftnya? Turun dengan lift akan lebih cepat sampai. " ujar Fitria yang biasa di panggil Pipit oleh ibu juga kakaknya. Ia berjalan dengan agak cepat karena langkah dokter Bryan lebar.

" Kalau lewat lift, banyak orang yang memakainya. Nona akan bertemu banyak orang. Lihat mata nona yang sudah bengkak itu. Nanti di kira saya ngapa-ngapain nona. " sahut dokter Bryan sedikit bercanda.

" Pipit kan emang habis nangis dok. Ya wajarlah kalau mata Pipit jadi sembab. Tapi kan capek kalau harus turun tangga gini. Lama lagi. Kita tadi di lantai paling atas loh. " sahut Pipit.

" Ck. Masa gini aja capek. " ujar dokter Bryan.

" Ya capek lah dok. Haus. " gerutu Pipit.

" Bentar lagi sampai lantai paling bawah. Tinggal turun satu anak tangga lagi. Nanti saya belikan minuman. Biar hausnya hilang. " jawab dokter Bryan.

Pipit sudah tidak lagi menjawab. Semakin ia menjawab, maka tenaganya akan semakin berkurang.

" Tamannya di sebelah sana. " ujar dokter Bryan sambil menunjuk ke arah taman dengan jari telunjuknya sebelah kanan. Pipit mengangguk. " Nona kesana saja dulu. Nanti saya akan menyusul. " tambahnya.

Kembali Pipit menganggukkan kepalanya. Lalu ia berjalan menuju tempat yang di tunjuk oleh dokter Bryan tadi. Ia memilih duduk di bangku taman yang berada di bawah pohon cemara.

Setelah sampai di bangku itu, Pipit langsung meletakkan p*ntatnya di sana sambil menselonjorkan kakinya yang terasa capek. Lalu ia mengelap peluh yang ada di pelipisnya, dan mengibas-ngibaskan tangannya ke kanan dan ke kiri sehingga mengeluarkan sedikit angin untuk mendinginkan tubuhnya yang terasa panas.

Lagi-lagi setelah tubuhnya terasa lebih segar dan capeknya sudah berkurang, air mata Pipit meluncur begitu saja. Ia kembali teringat keadaan kakaknya. Ia bertanya dalam hati, kenapa kakaknya harus mengalami hal yang menyakitkan seperti ini.

Sroot....( bunyi Pipit menyedot ingus yang hampir meluncur dari dalam hidungnya karena ia menangis)

Pipit mengusap air matanya yang mengalir di kedua pipinya. Ia begitu menyayangi kakaknya. Ia tidak tega melihat kakaknya, Armell yang histeris karena kehilangan janinnya.

" Berhenti menangis dulu, nona. Minumlah ini. " Bryan datang sambil menyodorkan sebotol minuman ke Pipit. " Tadi nona bilang haus. Minum dulu baru menangis. Kalau tidak minum dulu, nona bisa dehidrasi karena banyak air yang keluar dari mata indah nona. " lanjutnya.

Pipit menerima botol minuman itu dari tangan Bryan. Sekuat tenaga Pipit membuka tutup botol karena biasanya tutup botol yang masih tersegel akan susah untuk di buka. Tapi Pipit sedikit terkejut karena ternyata tutup botol itu sudah tidak tersegel. Sepertinya Bryan sudah membukakan segelnya.

Setelah tutupnya di buka, Pipit segera menenggak habis minuman itu. Bryan sedikit menyunggingkan bibirnya dan duduk di sebelah Pipit sambil menenggak minumannya.

Melihat minuman Pipit sudah langsung kandas, Bryan mulai berbicara, " Masih haus? Punyaku masih. " tanyanya sambil menyodorkan botol minumannya yang masih terisi setengah.

Pipit menggeleng sambil meletakkan botol yang sudah kosong itu di sebelahnya. " Terima kasih banyak, om. " ucapnya.

" Sekarang kamu bisa menangis lagi sepuasnya. Kamu tidak akan dehidrasi. " ujar Bryan sambil tersenyum.

Pipit menggeleng. Raut wajahnya terlihat sangat mendung.

" Sepertinya nona sangat menyayangi Armell. " ujar Bryan.

" Tentu saja, om. Mbak Mell satu-satunya saudara yang saya punya. " jawab Pipit sambil menunduk.

Bryan menghela nafas berat. Ia juga merasa tidak tega melihat sahabatnya juga terpuruk seperti kakak dari gadis yang ada di sebelahnya ini.

" Mbak Mell terlihat begitu hancur. Dia berteriak-teriak histeris, om. " ujar Pipit sambil kembali meneteskan air mata. " Kenapa Mbak Mell harus mengalami hal ini? Hiks ..Hiks..." lanjutnya.

Bryan mengangkat tangan kirinya dan menepuk perlahan pundak Pipit.

" Kenapa mbak Armell harus kehilangan janinnya? Kehilangan janin yang bahkan belum ia ketahui keberadaannya. Padahal mbak Mell sangat menginginkan hadirnya seorang anak dalam pernikahannya. Hua ..Hua...." ujar Pipit di selingi tangisannya.

Bryan mendekatkan duduknya ke Pipit, kemudian merengkuh tubuh Pipit ke dalam dekapannya. Ia hanya ingin menenangkan adik ipar dari sahabatnya ini.

" Semua sudah takdir dari yang di atas. Kita sebagai manusia, hanya bisa berserah diri, ikhlas, dan bersabar menjalaninya. Nona juga tidak boleh seperti ini. Jika nona ikut bersedih seperti ini, maka Armell juga akan semakin bersedih. Jika nona menyayangi kakak nona, nona harus bisa ikut memberinya semangat. " ujar Bryan.

Mendengar ucapan Bryan, hati Pipit terasa lebih tenang. Ia melepaskan diri dari dekapan Bryan, lalu mengusap air matanya.

" Armell masih bisa hamil kembali. Asalkan ia mau mengikuti saran dari dokter Ratna. Mengikuti terapi, pengobatan rutin, dan meminum suplemen untuk kesuburan. " terang Bryan.

" Jadi mbak Armell bisa hamil lagi om? " tanya Pipit memastikan. Bryan mengangguk sambil tersenyum.

" Jadi, sebaiknya nona jangan bersedih seperti ini lagi. Kita harus bisa memberikan semangat untuk Armell. Juga Seno. Karena dia juga tidak kalah hancur. " ujar Bryan.

Pipit mengangguk, kemudian dia menyunggingkan sedikit senyumannya.

" Kita kembali ke atas sekarang? Mereka pasti mencari nona. Jangan sampai om Adi menduga nona hilang. Beliau bisa meratakan rumah sakit ini jika sampai itu terjadi. " ujar Bryan sambil terkekeh.

Pipit mengusap perutnya. " Tapi Pipit lapar om. Belum makan dari tadi pagi. " ujar Pipit sambil menyengir.

" Ya sudah, ayo kita ke kantin dulu. Saya akan menemani nona. " sahut Bryan.

" Hanya menemani? " tanya Pipit memastikan.

Bryan mengangguk. " Saya tadi sudah makan siang nona. Jadi tidak mungkin kalau saya makan lagi sekarang. " jawabnya.

Pipit tiba-tiba terdiam dan sedikit cemberut. Bryan tersenyum merasa gemas dengan wajah belia yang ada di sebelahnya ini.

" Baiklah, saya akan memesan secangkir kopi. Sepertinya secangkir kopi tidak buruk sambil menemani nona makan. " ujar Bryan.

" Bukan itu maksudnya om. " sahut Pipit. " Pipit nggak bawa uang. Jadi kalau om cuma menemani Pipit, gimana Pipit bayar makanan Pipit? " lanjut Pipit lirih.

" Pfft...." Bryan menahan tawanya. Adik ipar sahabatnya ini sangat lucu selain cantik tentu saja. " Jadi nona mau, saya membayari makanan nona? " tanya Bryan. Yang di jawab anggukan oleh Pipit.

Bryan tersenyum, " Baiklah. Tidak masalah. Anggap saja sebagai tanda perkenalan kita hari ini. Ayo kalau gitu. " ajaknya

" Beneran om? " tanya Pipit dengan wajah yang berubah ceria.

Bryan mengangguk sambil berdiri dari duduknya. Lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku baju dokternya. " Ayo cepetan. " ajak Bryan kembali.

Pipit segera bangkit dari duduknya dan mengikuti Bryan dari belakang. Tapi tiba-tiba, Bryan menghentikan langkahnya. Yang membuat Pipit sedikit terkejut. Untung saja rem kakinya masih set. Jadi dia tidak menabrak tubuh tinggi nan kekar laki-laki yang ada di depannya.

" Bisa tidak nona jangan berjalan di belakang saya? " ujar Bryan sambil memutar tubuhnya ke belakang.

" Hem? " Pipit tidak mengerti maksud ucapan Bryan.

" Berjalanlah di samping saya. " ucap Bryan sambil menunjuk sebelahnya yang kosong dengan kepalanya.

" Oh .." sahut Pipit dan kemudian ia berjalan di samping Bryan.

" Om, bisa tidak jangan memanggilku nona? Agak aneh dengernya. " pinta Pipit saat mereka sedang berjalan menuju kantin rumah sakit. " Panggil aja saya Pipit. Seperti mbak Armell sama bang Seno juga. " lanjutnya.

" Baiklah, Pipit. " sahut Bryan sambil tersenyum.

" Dan jangan berbicara terlalu formal sama saya. Santai saja om. Pipit nggak biasa bicara formal gini. Lagian om kan sahabatnya Abang Pipit. Jadi anggap saja Pipit ini adik atau ponakan om aja. Biar nggak terlalu kaku. " ujar Pipit. Dan tentu saja di iyakan oleh Bryan.

***

bersambung

Halo guysss..... Ketemu lagi .... Othor udah mulai buka nih lapak buat Pipit juga Bryan...Sesuai janji othor ya...Akhir bulan, othor mulai cerita Bryan-Pipit....

Ayo, ramaikan lapak ini juga ya guys ....Jangan lupa untuk di like, vote, komen, juga klik favorit Yach ...

Terpopuler

Comments

boleh ketawa gakk😁😁 nama pipit mengingat kn aku dengan preman pensiun di TV 🤣🤣🤣

2023-08-30

2

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

lanjut

2023-04-28

1

Ariyani Ariyani

Ariyani Ariyani

hadir menyimak

2022-11-11

1

lihat semua
Episodes
1 Berkenalan
2 Makan siang bersama
3 Dasar bocah
4 Mata perawan Pipit ternodai
5 Amit-amit
6 Serem
7 Cantik
8 Hareudang
9 Dasar bocah
10 Minta kepastian
11 Rindu itu berat
12 Sesi curhat
13 Not bad
14 Oleng
15 Bimbang
16 Teh celup
17 Ucapan sang ibu
18 Mahar
19 Sah
20 Amazing
21 Jodoh siapa yang tahu
22 Casanova bisa insyaf?
23 Dilemanya Pipit
24 Uncle B
25 Cerita Bryan part 1
26 Cerita Bryan part 2
27 Praktek lapangan
28 Saling curiga
29 Cerita Damar part 1
30 Cerita Damar part 2
31 Galau
32 Jackpot
33 Password
34 Kucing lagi
35 Bersepeda bersama
36 Ketahuan
37 Sandiwara begin
38 Bersolo karier
39 Satu ranjang
40 Apa mulai posesif?
41 Emosinya Damar
42 Mulai resah
43 Maaf
44 Ke rumah ibu
45 Sampai di rumah ibu
46 Kekhawatiran
47 Ungkapan Bryan
48 Gara-gara kecoak
49 Jahilnya Pipit
50 Gara-gara mati lampu
51 Berpamitan
52 Ketahuan
53 Kesel
54 Pengumuman
55 Di kata ikan
56 Nge-date ala ala
57 Ungkapan hati Bryan
58 Bertemu Damar 1
59 Bertemu Damar part 2
60 Pupus
61 Khawatir
62 Salah paham
63 Bertemu
64 Badmood
65 Om Dokter Sarang Hae
66 Suka rambut panjang
67 Di DP
68 Debat pagi
69 Cinta pertama??
70 Kejutan kecil
71 Cemburu pertama kalinya
72 Kegilaan Pipit
73 Berkumpul bersama
74 Ibu sakit
75 Pesan ibu
76 Lancang
77 Berusaha
78 Kabar buruk
79 Ulet Bulu
80 Ejekan
81 Ular Piton
82 I Miss you
83 Bertemu teman lama
84 Lamaran yang tertunda
85 Rencana
86 Walt Disney
87 Dion dan Leora
88 Cantiknya istriku
89 Awas kamu
90 Peliharaan
91 Akhirnya.......
92 Dua putaran lagi
93 Benar-benar buas
94 Rumah baru
95 Damar dan Imel
96 Game cacing
97 Solusi yang solutif
98 Bucin juga
99 Hukuman enak
100 Nge-date ramai-ramai
101 Tersiksa
102 Sosis
103 Mengajak berkomitmen
104 Papa sih iyes
105 Yang gantengnya itu.....
106 Cembokur
107 Hukuman untuk dua alasan
108 Doa Bryan
109 Rakus
110 Masak Abang buleku mati??
111 Kayak perjaka
112 Malam panjang Dion dan Leora
113 Makan katak
114 Kamu hamil
115 Bingung
116 Dia hamil
117 Seneng, sedih, takut dan marah
118 Drama kehamilan di mulai
119 Memang sesuatu
120 Ngidam yang aneh
121 Ujar piton yang karatan
122 Di kandangin
123 Bertemu Athar kembali
124 Nyidam gado-gado
125 Kalau bule pasti gede
126 Are you oke?
127 Siang menjelang sore yang panas
128 Ngidam panjat tebing
129 Aku takut
130 Everything is oke
131 Sedang tidur pulas
132 Bayinya laki-laki apa perempuan?
133 Kucing garong
134 Bermain di kamar mandi
135 Film Mulan
136 Kolor
137 Gesrek
138 Belum gladi
139 Letoy
140 Lapar
141 Membantu melahirkan
142 Baby Paris
143 Kecebong lagi
144 Nggak enak pakai pelapis
145 Ketusuk
146 Akhir
147 Info novel baru
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Berkenalan
2
Makan siang bersama
3
Dasar bocah
4
Mata perawan Pipit ternodai
5
Amit-amit
6
Serem
7
Cantik
8
Hareudang
9
Dasar bocah
10
Minta kepastian
11
Rindu itu berat
12
Sesi curhat
13
Not bad
14
Oleng
15
Bimbang
16
Teh celup
17
Ucapan sang ibu
18
Mahar
19
Sah
20
Amazing
21
Jodoh siapa yang tahu
22
Casanova bisa insyaf?
23
Dilemanya Pipit
24
Uncle B
25
Cerita Bryan part 1
26
Cerita Bryan part 2
27
Praktek lapangan
28
Saling curiga
29
Cerita Damar part 1
30
Cerita Damar part 2
31
Galau
32
Jackpot
33
Password
34
Kucing lagi
35
Bersepeda bersama
36
Ketahuan
37
Sandiwara begin
38
Bersolo karier
39
Satu ranjang
40
Apa mulai posesif?
41
Emosinya Damar
42
Mulai resah
43
Maaf
44
Ke rumah ibu
45
Sampai di rumah ibu
46
Kekhawatiran
47
Ungkapan Bryan
48
Gara-gara kecoak
49
Jahilnya Pipit
50
Gara-gara mati lampu
51
Berpamitan
52
Ketahuan
53
Kesel
54
Pengumuman
55
Di kata ikan
56
Nge-date ala ala
57
Ungkapan hati Bryan
58
Bertemu Damar 1
59
Bertemu Damar part 2
60
Pupus
61
Khawatir
62
Salah paham
63
Bertemu
64
Badmood
65
Om Dokter Sarang Hae
66
Suka rambut panjang
67
Di DP
68
Debat pagi
69
Cinta pertama??
70
Kejutan kecil
71
Cemburu pertama kalinya
72
Kegilaan Pipit
73
Berkumpul bersama
74
Ibu sakit
75
Pesan ibu
76
Lancang
77
Berusaha
78
Kabar buruk
79
Ulet Bulu
80
Ejekan
81
Ular Piton
82
I Miss you
83
Bertemu teman lama
84
Lamaran yang tertunda
85
Rencana
86
Walt Disney
87
Dion dan Leora
88
Cantiknya istriku
89
Awas kamu
90
Peliharaan
91
Akhirnya.......
92
Dua putaran lagi
93
Benar-benar buas
94
Rumah baru
95
Damar dan Imel
96
Game cacing
97
Solusi yang solutif
98
Bucin juga
99
Hukuman enak
100
Nge-date ramai-ramai
101
Tersiksa
102
Sosis
103
Mengajak berkomitmen
104
Papa sih iyes
105
Yang gantengnya itu.....
106
Cembokur
107
Hukuman untuk dua alasan
108
Doa Bryan
109
Rakus
110
Masak Abang buleku mati??
111
Kayak perjaka
112
Malam panjang Dion dan Leora
113
Makan katak
114
Kamu hamil
115
Bingung
116
Dia hamil
117
Seneng, sedih, takut dan marah
118
Drama kehamilan di mulai
119
Memang sesuatu
120
Ngidam yang aneh
121
Ujar piton yang karatan
122
Di kandangin
123
Bertemu Athar kembali
124
Nyidam gado-gado
125
Kalau bule pasti gede
126
Are you oke?
127
Siang menjelang sore yang panas
128
Ngidam panjat tebing
129
Aku takut
130
Everything is oke
131
Sedang tidur pulas
132
Bayinya laki-laki apa perempuan?
133
Kucing garong
134
Bermain di kamar mandi
135
Film Mulan
136
Kolor
137
Gesrek
138
Belum gladi
139
Letoy
140
Lapar
141
Membantu melahirkan
142
Baby Paris
143
Kecebong lagi
144
Nggak enak pakai pelapis
145
Ketusuk
146
Akhir
147
Info novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!