4. Who r u ( Robbie Prayudha) ?

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Bell berbunyi, pertanda jam pelajaran telah selesai. Pukul 15:00, Semua siswa dan siswi keluar meninggalkan sekolah.

Tapi tidak dengan Bella Andini. Gadis terpintar di sekolahnya itu belum juga keluar. Jimmy yang mengira bila Bella masih marah padanya dan ingin sendiri lantas pulang begitu saja setelah menunggunya hampir dua jam. Bahkan, Jimmy sampai mengabaikan pacarnya, Sonia.

Seharian tadi, Bella selalu menghindari Jimmy dia tak mau dekat-dekat dan ngobrol seperti biasanya. Ada apa? Apa karena kejadian di perpustakaan kemarin?

BYUR....!

"Rasakan itu gadis gendut!! Eh, Belek!! Berani-beraninya ya kau mendekati pacarku?" Hardik Sonia dengan suara lantang di sebuah kamar mandi terbengkalai yang berada di gedung lawas sekolah mereka.

"Sonia, maaf tapi aku tidak mendekati pacarmu. Kami memang sudah bersahabat sedari lama." Sanggah Bella dengan keadaan yang berantakan, suaranya bergetar dan terisak-isak.

"Sahabat? Tidak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan! Asal kau tau, dia hanya memanfaatkanmu!" Sonia bersendekap dan menginjak satu tangan Bella yang bertumpu pada lantai nan kotor.

"Auh, sakit Sonia. Aku minta maaf jika kedekatan kami mengganggumu." Kata Bella lirih merintih dan berusaha melepaskan jarinya dari gilasan kaki Sonia.

"Maaf? Cuih!!" Sonia meludahi wajah Bella. Ini merupakan hal yang tak pantas dilakukan oleh siswi SMA. Adegan kekerasan ini sungguh membuat mental seseorang terpuruk.

Mengapa Bella tak melawan?

Tidak bisa, sangat tidak bisa, Bella kali ini tengah di rundung. Sonia mengeroyok Bella dengan membawa kelima temannya dari sekolah yang berbeda. Mereka terkenal nakal dan suka membuat keributan.

Sakit hati Bella saat mendengar bila Jimmy selama beberapa tahun mereka bersama nyatanya hanya memanfaatkan kepintaran Bella saja dan tidak lebih. itulah sebabnya Jimmy selalu menolak Bella.

"Dia mengatakan semuanya padaku, dia mendekatimu karena kau mudah dibodohi. Karena kau akan senang hati mengerjakan dan memberikan kunci jawaban padanya. Kau menyukainya bukan?" Cecar Sonia dengan tangannya yang Sudah mencengkeram kuat lengan Bella sampai kuku tajamnya melukai lengan Bella.

Bella tak bisa berkata apapun. Hatinya sakit sekali saat ini. Ketulusan dan kebaikannya nyatanya hanya dimanfaatkan oleh orang yang selama ini dianggap sebagai sahabat terbaiknya.

"Iya, lagian kau kan pintar!" Teman Sonia menoyor kepala Bella sampai Bella terhuyung ke samping. "Kenapa tidak bisa berfikir jernih? bagaimana bisa lelaki tampan seperti Jimny mau mendekati gadis gendut, burik dan jelek seperti kamu ini?" Teman Sonia berdecih lalu menjambak rambut Bella.

Bella meringis menahan nyeri di kepalanya. Tarikan itu kuat sekali bisa Bella rasakan beberapa helai rambutnya rontok saat itu.

"Ini peringatan buatmu!! Kalau sampai aku melihatmu masih dekat dengannya, maka jangan salahkan aku jika ada hal buruk yang menimpamu." Kata Sonia yang tanpa rasa iba mengencingi kepala Bella.

Iyuh...., sungguh rendah harga diri Bella sekarang bahkan dia disamakan dengan toilet. Bella hanya bisa menangis. Memang gerombolan Sonia tak memukulnya sama sekali hanya menoyor, menjambak, dan yang paling parah mengencingi kepala Bella sambil berdiri.

Sengaja dia menjambak rambut Bella kuat lalu menempatkan kepala Bella diantara selangkan*****a Lalu mengencinginya layaknya menggunakan pispot. Oh astaga, Bella sungguh merasa rendah sekarang dan tak ada yang menolongnya.

Situasi sungguh sepi, langit juga semakin gelap karena tertutup mendung pekat. Bella pasrah dan menyerah, tak pernah seumur hidupnya di perlakukan tak selayaknya manusia seperti ini.

"Mana tadi telurnya?" Tanya Sonia pada teman-temannya.

Oh, rencana kejahatan apa lagi sekarang? Sonia benar-benar gadis yang sadis. Mereka semua tertawa-tawa seolah sedang menyelenggarakan hal yang sangat seru. Saat tangan mereka mulai mencari keberadaan telur yang tadinya di taruh di bawah pohon, tiba-tiba ada seorang siswa yang keluar dari balik pohon dan menatap mereka dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kalian mencari ini?" Tanya si anak laki-laki dengan datarnya dan berjalan mendekati mereka.

Wah, siapa dia? Kalau dia juga bagian dari gerombolan Sonia yang kurang ajar, maka tamatlah riwayat Bella. Bella tak berani menatap apa yang di depannya.

Bercampur aduk semua rasa. Sakit, sedih, malu, dan kehilangan harga dirinya. Bella menangis terisak bersimpuh di lantai yang kotor dan berbau tidak sedap karena bercampur dengan bau Pesing urin Sonia.

"Siapa kau?" Tanya teman Sonia dengan tergagap. Dia takut kalau lelaki ini akan melaporkan apa yang mereka lakukan barusan.

"Aku?" Laki-laki yang congkak itu kemudian menunjuk hidungnya yang lancip lalu menyeringai. " Aku saksi dari kejadian tadi. Aku melihat semuanya, dan bahkan merekamnya." Laki-laki itu lalu mendekati Bella.

"Ehm!" Dia berdehem membuat Sonia mati gaya, Sonia marah kepada teman-temannya yang seharusnya mengawasi agar tak ada satupun orang yang mendekati pembulian tadi.

"Sepertinya akan lebih asik jika aku melaporkan kasus ini kepolisi." Katanya dengan santai tanpa ada rasa takut sedikitpun.

"A... apa? apa untungnya bagimu melaporkan hal ini dan siapa kau?" Sonia terperangah.

"Aku? Perkenalkan namaku Robbie Prayudha. Anak pindahan dari SMA xxxxxx." Sonia Semakin terkejut, dia tau memang beberapa hari yang lalu ada anak pindahan baru di IPS 03.

IPS 03 adalah kelas terakhir, di sekolah mereka. Kelas yang menampung anak-anak pindahan dari sekolah lain yang terbuang. Dalam artian, menampung mereka yang super nakal.

"Dia yang diceritakan oleh anak-anak kemarin. Yang dipindahkan karena berkelahi dan memecahkan kepala lawannya." Bisik teman Sonia sambil gemetaran.

Keadaan seolah berbalik sekarang. Bella sekarang bisa bernafas sedikit lega.

Robbie mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Sebuah pisau karter yang terlihat agak kotor karena mungkin sudah lama terpakai. Robbie mengeluarkan lalu memperlihatkan kilatan tajam mata karter miliknya.

"Lumayan, masih mempan." Gumamnya kemudian menatap tajam ke 6 wanita yang berdiri di depannya.

Satu tangannya masih memegang sekantung telur yang tadinya siap untuk menyiksa Bella.

Robbie menghunuskan karternya dengan sengaja, Nyaris menusuk perut Sonia lalu berhenti dan Robbie tertawa. "Kenapa takut?" Ejeknya.

"Tenang, aku tidak meminta nyawamu. Aku hanya ingin kalian berlutut sekarang dan minta maaf pada dia."

"Tidak!" Sonia menolak keras.

Lalu apa yang di dapatkannya? Robbie menendang belakang lutut Sonia dan membuatnya berlutut dengan keras dan meringis kesakitan.

"Jangan banyak bicara! Minta maaf dan serahkan uang kalian sekarang!! atau aku akan melukai lalu melaporkan kalian." Kata Robbie.

"Lakukan saja jika kau bernyali!!" Bentak Sonia.

"Nia! jaga mulutmu. Dia dari keluarga yang kaya raya. Dia bisa membayar pengacara hebat untuk kasus remeh begini. Sudahlah kita minta maaf saja." Kata salah satu teman Sonia yang sudah gemetaran dan menyerahkan uangnya.

"Nah, dia lebih pintar darimu." Kata Robbie.

"Uang, mana uang!! semuanya!!" Robbie memeras mereka semua lalu tersenyum dan berdiri di hadapan mereka.

Tak ada pilihan, Sonia akhirnya kalah. Dia hanyalah seujung kuku bagi Robbie.

"Dengarkan kalian semua. Kau! Kau! Kau! Kau kau dan kau!!" Robbie menoyor kening teman-teman Sonia satu persatu.

"Pasang telinga kalian, mulai saat ini kalian sudah kutandai. Aku mudah menghapal wajah seseorang. Kalau sampai setelah ini, kalian masih berani menyentuhnya, menegurnya atau menganggunya!! Aku akan melakukan hal buruk pada kalian." Ancam Robbie.

"Cih! hanya lelaki pecundang yang melawan wanita!" Sarkas Sonia bernyali dalam berucap.

"Hahahaha!! Dunia ini keras!! Tidak peduli laki-laki atau wanita, ular tetaplah ular dan iblis tetaplah iblis. Singkirkan pepatah kuno mu itu!! ini sudah bukan jaman batu!!" Balasnya dengan wajah yang menyiratkan kebencian.

"Bella, maafkan kami!" Serempak mereka meminta maaf.

Satu kali.

dua kali..

tiga kali....

Bella baru mau menjawab dengan anggukan perlahan.

"Pergilah sebelum kulempari kalian dengan ini." Ancam Robbie yang kemudian melemparkan satu telur tepat di depan Sonia.

"Iya....!!!" Seru mereka sembari berlari terbirit-birit.

"Kau tidak apa-apa?" Robbie bertanya sambil menutup hidungnya. Bau itu sungguh menjijikkan.

"Terimakasih." Alih-alih menjawab pertanyaan Robbie, Bella justru hanya mengangguk.

" Mandilah, kau tidak mungkin pulang dengan keadaan seperti ini. Mandilah disana, diujung sana ada toilet, airnya masih menyala. Dan tunggu aku, aku akan membelikan baju dan juga sabun mandi untukmu.". Tanpa menunggu jawaban, Robbie langsung bergegas pergi.

Entah mengapa, walaupun baru pertama kali bertemu, tapi Bella percaya saja pada Robbie. Dia menurut saja, dia berdiri dan memunguti segala isi tasnya yang berhamburan karena ulah Sonia dan gengnya.

Bella menunggu di depan pintu toilet sambil menangis.

"Hah, hah, hah....! Ini!" Robbie menyodorkan sebuah kantung plastik besar.

Dibukanya dan lengkap isinya. Bella lalu mandi dia masih menangis walaupun sudah ada yang menolongnya. Kejadian tadi menyisakan trauma baginya.

"Maaf, aku sudah merepotkanmu." Kata Bella yang tertunduk malu.

Kesedihan masih tersisa, bahkan wajah Bella semakin bengkak karena 5etlalu lama menangis.

"Tidak apa-apa, aku senang bisa menolongmu."

"Untuk ini, nanti aku ganti uangnya." Kata Bella tak enak hati Setelah dia tau bahwa semua yang Robbie berikan padanya adalah baru.

"Tidak usah, itu semua aku beli dari uang mereka tadi. Sudah jangan kau pikirkan, sekarang ku antar pulang ya?"

Baik sekali dia, sebenarnya siapa dia ini? Gumam Bella dalam hatinya.

"Perkenalkan, namaku Robbie." Robbie mengulurkan tangannya dan tersenyum. Berbeda sekali dengan tadi saat wajah bengisnya muncul.

"A... Aku Bella.." Tergagap bela berbicara dia masih tak percaya diri setelah kejadian tadi. Dia takut tubuhnya masih bau.

"ayo, kuantar pulang." Dengan riang Robbie berbicara sambil menarik perlahan tangan Bella.

Bella hanya menurut saja sebab tak ada pilihan. Langit sudah semakin gelap dan hujan akan segera turun.

"Kau punya uang?" Tanya Robbie dengan tiba-tiba.

"Tidak, aku tidak punya uang untuk membayarmu." Ujar Bella menunduk lesu.

Robbie tertawa kecil. " Lucunya," ucapanya sembari tertawa. " Kalau nomor ponsel ada kan?"

Oh, astaga Robbie! baru kenal sudah menggombal.

" Ada, tapi untuk apa?" Bella bingung.

"Untuk menghubungiku kalau-kalau ada yang menganggumu lagi." Ujarnya terdengar hangat.

Bella tersipu-sipu dia menunduk dengan pipinya yang memerah.

Mereka lalu bertukar nomor. Ternyata Robbie bukan orang yang kaku atau kasar. Malah sebaliknya dia adalah orang yang hangat dan humoris.

"Apa kau merekamnya tadi? Apa kau menyimpannya?" Bella teringat akan ucapan Robbie tadi.

Robbie menggeleng. "Tidak. Aku hanya asal bicara saja. Menghadapi orang seperti mereka itu kita harus pandai berkelit dan bernyali."

"Depan, belok kiri." Kata Bella menyela obrolan mereka.

"Oh, sudah sampai? padahal kukira masih jauh. sayang sekali padahal bensinku masih full." Oh tuhan sombongnya anak ini.

Tanpa sadar Bella tertawa. Secepat itu Robbie mampu memperbaiki suasana hatinya.

Saat Bella hendak turun Robbie menghentikannya. "Tunggu!!" katanya.

"Ada apa?" Bella mematung.

"Sebentar! 1 2 3 4 ...... 15." Kata Robbie yang ternyata menghitung jumlah telur yang sedari tadi di bawanya dalam kantung plastik.

"Kita bagi dua ya." Katanya yang membuat Bella tergelak tak percaya. Soalan telur hasil rampasan saja seadil ini?

"Lumayan kan bisa buat sarapan atau bikin mie." Katanya sambil meringis lalu memberikan telur yang sudah di bagi dua dengannya.

Yang membuat Bella semakin tidak percaya adalah Robbie memasukkan telur kedalam ranselnya langsung.

"Bau mangga." Cicit Bella saat Robbie membuka ranselnya.

"Hehehehe! kau mau?" Tawarnya malu-malu menertawai dirinya sendiri. "Tadi aku ada di sana karena mangga-mangga ini. Aku sedang memanjat mangga saat kau di bully tadi dan melihat semuanya dari atas pohon."

"Ah~~~, sangat memalukan sekali. Aku tidak bisa melawan dan menjaga diriku." Bella menyelipkan anak rambutnya dan tertunduk malu. Malu yang sungguh malu.

"Hei, itu bukan pertarungan yang adil. Kau hanya sendiri dan mereka berenam. Sudahlah, merak tak akan berani mendekatimu lagi. Aku akan menjagamu Ok!" Kata Robbie terdengar manis ditambah lagi dengan tangannya yang mengusuk rambut Bella gemas.

Bella hanya terdiam melongo mendapat perlakukan khusus dari Robbie.

A... Apa ini? Kita baru kenal dan dia sudah sedekat ini denganku?

Jangan-jangan dia salah satu kawanan buaya darat?

???

Terpopuler

Comments

NandhiniAnak Babeh

NandhiniAnak Babeh

aku Marathon dikit ya Thor..

2022-04-22

0

Riska Wulandari

Riska Wulandari

hahahaaa ngakakkkk..Robbie 😘

ihh sadis bgt Sonia ngebullynya,,
jangan lemah gitu lah Bell..semakin d siksa ntar..

2022-03-04

0

Dewi Suherman

Dewi Suherman

sukakkkkkk thor..

2021-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 1. prolog.
2 2. Bad Habit.
3 3. This is not a good day.
4 4. Who r u ( Robbie Prayudha) ?
5 5. This is, me. New my self.
6 6. I love you Bella
7 7. It's not you.
8 8. Annoying
9 9. You make me feel better.
10 10. What about this?
11 11. New game
12 12. can I feeling happy?
13 13. Enjoy your life
14 14. He's stole my kiss.
15 15. Just kidding
16 16. Meet with him again.
17 17. Eating together.
18 18. Comfy
19 19. Will you?
20 20. First date.
21 21. Jealous.
22 a~> Lampu Taman.
23 b~> memeluk
24 c~> Usaha batas berlebih
25 ~> d. Mendadak pergi.
26 23. Agak pedih.
27 ~ Mengakui
28 ~ pesan
29 Kemarahannya.
30 ~ Siap!
31 ~ Getir
32 ~ Kelegaan
33 ~ Hari pertama.
34 ~ tak terduga.
35 ~ Let's beginning
36 ~ Haruskah?
37 ~ Putus
38 ~ Mengalir seperti air
39 ~ Jadi itu kamu?
40 ~ ngapain?
41 ~ 30 menit
42 ~ sengaja pun boleh
43 ~ Apa maksudnya?
44 ~ ada apa dengan jantungku?
45 ~ menolak mentah-mentah
46 ~ Chagiya.
47 ~ Gila.
48 ~ pelet apa
49 ~ in my dream Mas.
50 ~ Dalam lelapnya.
51 ~ Apa dia marah?
52 ~ Prefrontal cortex
53 ~ Darah lebih kental daripada air.
54 ~ Tak tenang.
55 ~ Ceroboh
56 ~ Kalian tega.
57 ~ Jodoh
58 ~ calon mertua.
59 ~ Hangat dekapan.
60 ~ sun
61 ~ Aku dapat.
62 ~ sama sama sibuk.
63 ~ Vitamin C
64 ~ memancing.
65 ~ Penginapan
66 ~ Ayo menikah
67 ~ Malam pertama
68 ~ Malangnya aku.
69 ~ Salah sasaran.
70 ~ Berpeluh.
71 ~ sudah seharusnya
72 72. final
73 73. Adakah
Episodes

Updated 73 Episodes

1
1. prolog.
2
2. Bad Habit.
3
3. This is not a good day.
4
4. Who r u ( Robbie Prayudha) ?
5
5. This is, me. New my self.
6
6. I love you Bella
7
7. It's not you.
8
8. Annoying
9
9. You make me feel better.
10
10. What about this?
11
11. New game
12
12. can I feeling happy?
13
13. Enjoy your life
14
14. He's stole my kiss.
15
15. Just kidding
16
16. Meet with him again.
17
17. Eating together.
18
18. Comfy
19
19. Will you?
20
20. First date.
21
21. Jealous.
22
a~> Lampu Taman.
23
b~> memeluk
24
c~> Usaha batas berlebih
25
~> d. Mendadak pergi.
26
23. Agak pedih.
27
~ Mengakui
28
~ pesan
29
Kemarahannya.
30
~ Siap!
31
~ Getir
32
~ Kelegaan
33
~ Hari pertama.
34
~ tak terduga.
35
~ Let's beginning
36
~ Haruskah?
37
~ Putus
38
~ Mengalir seperti air
39
~ Jadi itu kamu?
40
~ ngapain?
41
~ 30 menit
42
~ sengaja pun boleh
43
~ Apa maksudnya?
44
~ ada apa dengan jantungku?
45
~ menolak mentah-mentah
46
~ Chagiya.
47
~ Gila.
48
~ pelet apa
49
~ in my dream Mas.
50
~ Dalam lelapnya.
51
~ Apa dia marah?
52
~ Prefrontal cortex
53
~ Darah lebih kental daripada air.
54
~ Tak tenang.
55
~ Ceroboh
56
~ Kalian tega.
57
~ Jodoh
58
~ calon mertua.
59
~ Hangat dekapan.
60
~ sun
61
~ Aku dapat.
62
~ sama sama sibuk.
63
~ Vitamin C
64
~ memancing.
65
~ Penginapan
66
~ Ayo menikah
67
~ Malam pertama
68
~ Malangnya aku.
69
~ Salah sasaran.
70
~ Berpeluh.
71
~ sudah seharusnya
72
72. final
73
73. Adakah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!