Kami segera mencari hotel untuk ditinggali oleh Ryandi, setelah mencari selama 30 menit akhirnya kami mendapatkan hotel untuk Ryandi. Itu adalah hotel bintang 3 yang mana seharinya seharga 700rb rupiah. Ini adalah hotel yang cukup aman dari pencarian orang tuanya. Dan Ryandi dengan sedikit memaksa menyuruhku untuk bergabung di kamar hotelnya. Karena ternyata dia memesan kamar dengan 2 tempat tidur. Aku awalnya menolak karena tidak ingin bergantung kepadanya, namun dia keras kepala hingga aku akhirnya menyerah dan memilih untuk tinggal bersamanya di hotel tersebut.
Setelah itu aku menelpon kedua orang tuaku untuk mengabarkan hasil uji coba hari ini.
“Assalamualaikum” kataku di telepon.
“Walaikumsalam, Jun bagaimana hasil uji cobanya.?” Kata ibuku
“Sayangnya aku belum terpilih hari ini bu. Namun aku akan mencoba lagi di tahap selanjutnya besok.”kataku kepada Ibuku.
“Tidak apa-apa Jun. Mungkin besok kamu akan lebih beruntung. Ibu dan Ayah akan mendoakanmu disini. Adek juga pasti mendoakanmu disini.” Kata Ibunya berusaha menenangkanku setelah mendengar nada suaraku yang sedikit sedih.
“Iya bu. Doain ya.” Kataku.
Setelah itu aku berbincang sebentar bersama Ibu dan Ayahku di telepon yang dipinjamkan oleh Ryandi. Setelah menelpon kedua orang tuaku, kami memutuskan untuk mencari makan siang. Setelah makan siang aku dan Ryandi bersantai di kolam renang hotel untuk memulihkan sedikit otot kami.
Pada malam hari, kami berbincang-bincang sedikit sebelum pergi tidur, karena tidak ingin terlambat besok harinya.
Keesokan harinya kami bersiap-siap menuju Stadion JSC untuk melaksanakan uji coba tahap selanjutnya. Aku dan Ryandi menaiki sepeda motor yang disewa Ryandi dari hotel agar lebih cepat sampai ke stadion.
Setelah sampai di stadion aku dan Ryandi mengenakan perlengkapan kami dan menunggu para pelatih tiba. Setelah tiba para pelatih mulai menjelaskan apa yang akan dilakukan pada uji coba tahap ini. Kami mendengarkan dengan seksama.
Aku dan Ryandi melaksanakan uji coba hari ini dengan baik, setelah selesai kami beristirahat sejenak di trek lintasan lari. Nampak beberapa Scout sudah menghampiri beberapa pemain yang sedang beristirahat. Aku dan Ryandi duduk berdua sambil minum air sembari melihat-lihat apakah ada scout yang akan menghampiri kami berdua. Namun tiba-tiba pelatih Andreas menghampiri kami
“Nero,Ryandi.” Katanya
“Ya pelatih.” Jawab Kami.
“Nero ikut aku, aku punya kabar baik untukmu. Sementara untuk Ryandi aku ingin kau pergi ke pelatih Rian, dia akan menjelaskan beberapa hal kepadamu. Ayo Nero ikut aku. Aku ingin kau bertemu dengan seseorang.” Ucap pelatih Andreas.
“Kurasa salah satu scout pasti menyukaimu.” Bisik Ryandi padaku sebelum berjalan ke pavilion.
“Oh.” Aku sangat bersemangat. Aku segera pergi dan mengikuti pelatih ke terowongan yang mengarah ke arah ruang ganti stadion.
Kami melewati Lorong dan sampai di kantor pelatih Andreas di ujung koridor. Pelatih Andreas mendorong pintu terbuka dan mempersilahkan aku masuk.
Saat masuk aku memperhatikan ada seorang pria tua dan seorang gadis muda berambut pirang duduk menunggu dengan tenang.
Aku mengabaikan orang tua itu. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari gadis yang memegang kamera sejak memasuki kantor pelatih Andreas.
Aku awalnya memperhatikan gadis itu pada hari sebelumnya sebelum pertandingan Ketika delegasi scout memasuki stadion. Dia tidak terlalu memperhatikannya saat itu karena dia tampak seperti salah satu tipe ‘datar seperti pancake.’. Dan lagipula saat itu dia sangat terfokus ke laga uji coba hari itu.
Namun sekarang setelah melihatnya dari dekat. Dia tampak seperti salah satu model dengan sosok jam pasir yang sering terlihat di majalah-majalah. Rambut pirang lurusnya tergerai melewati bahunya yang ramping.
“Halo,Nero? Senang bertemu denganmu.” Dia berdiri dan berjalan ke arahku, sambil mengulurkan tangannya yang terawat. Mata cokelat hazelnutnya menatapku dengan main-main. Mereka membuat jantungku berdegup kencang seperti remaja tak berpengalaman yang baru pertama kali bertemu gebetan.
Aku langsung mengalihkan pandanganku sebelum pikiranku dikuasai oleh pikiran yang tak pantas, aku dengan cepat menjabat tangan ramping gadis itu.
“Halo.” Kataku sedikit tergagap saat aku memegang tangan ramping tersebut. Aku menyadari bahwa aku terlalu lama membalas salamnya. Aku melihat ke lantai untuk menghindari tatapannya.
Pria tua itu tiba-tiba berdehem untuk mengakhiri situasi canggung ini.
“Aku Thorgan Royce. Dan ini cucuku Sage Royce. Dia scout in training. Senang bertemu denganmu.” Dia juga mengulurkan tangan ke arahku untuk berjabat tangan
“Senang bertemu denganmu juga.” Aku dengan cepat membalas salamnya dan menjabat tangannya untuk melarikan diri dari situasi canggung tersebut.
Setelah bertukar salam dengan pasangan kakek cucu itu, aku menoleh ke pelatih Andreas untuk meminta penjelasan.
“Mereka adalah scout dari Klub Belgia R.S.C Anderlecht.” Pelatih Andreas berkata.
“Mereka tertarik untuk merekrutmu ke salah satu akademi yang berafiliasi dengan mereka.Apakah kamu tertarik.” Katanya sambil tersenyum.
“Tentu saja, aku tertarik.” Jawab ku dengan cepat. Tentu saja aku tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk bergabung dengan salah satu akademi sepak bola Eropa. Selama akua da di sana, aku bisa menemukan cara untuk memasuki system sepakbola Eropa. Selain itu, Anderlecht adalah salah satu tim terbaik di Belgia dan memiliki system pelatihan pemuda yang tepat. Mereka bahkan mengikuti Liga Champion dan bermain melawan tim papan atas seperti Chelsea,Real Madrid dan yang lainnya. Aku ingat pernah menonton pertandingan mereka di masa laluku.
“Hahaha, bagus sekali. Aku suka dengan pria muda yang lugas seperti kamu. Dan baguslah kamu bisa berbicara Bahasa Inggris dengan sempurna, tidak seperti kebanyakan orang di sini. Kamu akan mudah beradaptasi dengan kehidupan di Belgia.” Mr.Thorgan tertawa, melepas topinya. Kerutannya yang dalam seolah mengukir peta hidupnya di wajahnya yang masih gesit. Mata biru cerahnya dibingkai oleh alis putih tebal, berkilauan dalam cahaya redup.
“Pak Andreas. Aku ingin menyelesaikan bisnis ini sebelum akhir hari ini. Bisakah kamu memulai prosedur transfer bakat dari Indonesia ke Belgia segera.?” Katanya dengan antusias.
“Aku bisa.” Jawab pelatih Andreas sambil tersenyum.
“Tapi kita perlu melibatkan orang tua Nero untuk memulai prosesnya.”
“Oh, itu bisa dimengerti.” Tuan Thorgan mengerutkan kening.
“Sepertinya kita tidak akan menyelesaikan semuanya hari ini. Aku bahkan ingin membawanya untuk tes medis sebelum kita menyelesaikan transfer.” Katanya.
“Kita masih bisa menyelesaikannya jika kita berhasil menghubungi orang tuanya dalam waktu dua jam.” Kata pelatih Andreas sebelum menoleh ke arahku.
“Nero bisakah kamu segera menghubungi orang tuamu? Kami membutuhkan mereka untuk menandatangani formular persetujuan yang mengizinkanmu untuk bepergian ke Belgia.
“Aku tidak mempunyai telepon.” Kataku.
“Tapi aku bisa meminjam telepon Ryandi untuk menghubungi orang tuaku.” Kataku cepat
“Baiklah, kita akan mencoba menyelesaikan dokumen hari ini.” Kata pelatih Andreas padaku.
Dengan begitu aku menemui Ryandi untuk meminjam teleponnya. Setelah itu pelatih Andreas dan aku berbicara kepada orang tuaku melalui telepon untuk membahas transferku ke Belgia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Aku Abdulmaruf
masih bagus yg di spanyol sama perancis mc kok ke belgia seharusnya ingris mesti itu harus lecester city atau Wigan atau brigmiham atau tim lemah lain tapi itu tim besar.
2023-07-25
0
.
...
2022-05-01
1
Yusuf kelana putra Putra
terlalu banyak.kata aku
2022-03-02
2