Chapter 15 : A Perfect Comeback

Pelatih Rian meniup peluit dan memulai kembali pertandingan.

Selama lima menit berikutnya, tim kami mendominasi permainan. Kembalinya aku dan Raihan ke lapangan telah meningkatkan kekuatan tim kami. Kami berdua dapat bertahan,mencegat dan melepaskan umpan ke striker setiap beberapa menit. Kami sangat mendominasi lini tengah.

Arya mencoba menjaga ku namun dia gagal. Dia adalah tipe pemain yang gesit, terbiasa berlari dan menggiring bola melewati pemain bertahan. Dia tidak dapat menandingi ku saat konfrontasi fisik di lini tengah karena badanku yang lebih tinggi dan berotot. Jadi dia kembali ke posisi aslinya, setelah dia melihat dia gagal menjaga ku beberapa menit dia mencoba.

Di sisi lain, aku terus melihat bayangan melintas di lapangan sesekali. Beberapa datang dari bola dan lainnya dari pemain. Aku telah mengkonfirmasi bahwa itu adalah manifestasi dari semacam kemampuan prediksi yang diberikan oleh Visi Iniesta. Mereka meningkatkan kesadaran visualku setiap kali aku akan mengoper atau mengintersep bola selama pertandingan. Mereka telah membantuku melacak lintasan bola ketika aku mencetak gol.

Namun tentu saja tidak semua prediksi tersebut benar. Aku mengetahui hal tersebut setelah memberikan umpan ke dalam kotak pinalti ke Ryandi. Namun ternyata dia malah berlari menuju arah yang berbeda dan mengikuti rute yang diambil oleh salah satu bayangan lainnya. Sepertinya ini adalah bukti bahwa aku harus selalu memperhitungkan posisi lawan dan rekan satu timku.

Pada menit kedua puluh babak kedua, tim biru Kembali berhasil menemukan ritme permainan mereka sekali lagi. Hilmy sang winger mengirimkan umpan silang yang akurat ke kotak pinalti tim kami. Arya dengan cekatan menerima bola dengan baik dan mengontrolnya sedikit sebelum melepaskan tembakan ke sudut kanan bawah gawang. Namun Najmi dengan cekatan melakukan save brilian. Pelatih Rian meniupkan peluitnya dan memberikan tim biru sepak pojok.

Arya dan rekan satu timnya mempunyai peluang untuk memperlebar keunggulan mereka. Semua anggota tim kami, termasuk kedua striker bergegas Kembali ke kotak pinalti sendiri untuk bertahan.Bek tim biru pun mendatangi kotak pinalti kami untuk menyambut tendangan sudut.

Aku mengamati Tindakan mereka sebelum memanggil Ryandi. Aku membisikkan beberapa instruksi ke telinganya sebelum menyuruhnya Kembali ke tepi kotak pinalti.

Hilmy sudah menendang bola, namun kiper kami Najmi berhasil meninju bola. Dan bola itu dengan cepat menuju ke tempat aku telah menunggu.

Aku berhasil memprediksi di mana bola akan berakhir dan pindah ke posisi tersebut terlebih dahulu. Aku mengontrol bola dengan kakiku sebelum berbalik dan berlari ke arah pertahanan tim biru dengan cepat. Galih dating untuk mencegat dengan sliding tacklenya, namun aku berhasil melewatinya dan mengoper bola ke Ryandi yang berlari selaras denganku di tengah lapangan. Serangan balik kami sedang berlangsung. Fiqih menggunakan kecepatan terbaiknya untuk mengejar Ryandi dan menarik kemejanya, bermaksud untuk melakukan professional foul dan menghentikan serangan balik, namun Ryandi tak goyah, dia tetap berlari sampai dia mengumpan Kembali kepadaku yang sudah dekat dengan garis tengah lapangan. Tidak ada pemain antara aku dan penjaga gawang. Semua pemain bertahan lawan masih tertinggal di belakang.

Pelatih Rian memberikan play-on bahkan setelah Fiqih menarik Ryandi ke tanah.

Aku melakukan solo run dari tengah lapangan menuju kotak pinalti lawan. Saat sudah mendekati kotak pinalti, aku langsung saja menendang bola ke sudut kanan bawah gawang yang dimana kiper lawan gagal untuk menghentikan tendangan tersebut yang membuat skor berubah menjadi 3-3.

Dengan delapan menit tersisa, kami sudah berhasil membuat skor menjadi imbang 3-3. Ini menjadi angin segar untuk tim kami.

****

“Kau benar kakek.” Sage berkata

Nero ada di mana-mana sekarang. Kemampuannya untuk mengontrol jalannya permainan dan passing-passingnya sangat akurat. Setiap scout pasti menginginkan playmaker seperti dia.” Lanjut Sage dengan sedih. Dia menghela nafas sambil terus menonton pertandingan.

Namun kakeknya tetap diam dengan mata tertuju ke lapangan.

“Kakek?” Sage bersenandung, menepuk bahu lelaki tua itu dengan jari rampingnya.

 

 

“Aku mendengarmu, Sage.” Jawab lelaki tua itu. Dia berbalik menghadap ke arah cucunya.

“Kita harus mendapatkannya dengan segala cara.” Ucapnya lantang.

“Aku akan berbicara dengan pelatih yang merupakan teman ku. Jangan khawatir.” Lanjut si kakek.

“Mengapa di file yang kamu miliki mengatakan bahwa dia adalah merupakan pemain yang bergerak lambat yang pandai melakukan pekerjaan kotor tim.?” Tanya Sage, mengerutkan kening. Dia membuka file player untuk kesekian kalinya hari ini.

“Kau bertanya padaku! Kepada siapa aku harus bertanya?” Sang Kakek berkata sambil mengangkat bahu.

****

Pertandingan Kembali dilanjutkan setelah pelatih Rian meniupkan peluitnya.

Aku dan rekan satu timku terus melakukan pressing kepada lawan, para gelandang tim lawan seperti Galih dan Rian tidak punya pilihan lain selain mengoper bola Kembali ke belakang.

Hujan mulai turun menghujani lapangan. Sebagian besar scout Kembali ke tribun untuk berteduh dari hujan. Namun beberapa tetap berada di lapangan dengan serius menonton pertandingan tanpa menghiraukan tetesan hujan yang menghujani mereka.

Sementara di pinggir lapangan pelatih Andreas berbicara dengan Mr.Pierre Alan, kepala scout dari FC Nantes Youth Academy dan Mr.Fernando Saverino kepala scout dari Akademi Deportivo La Coruna. Mereka berdua bertanggung jawab untuk memutuskan hasil uji coba pemuda di Jakarta. Mereka berdua adalah yang paling diuntungkan untuk membawa calon-calon paling potensial dalam uji coba ini.

“Bocah Arya itu sangat bagus.” Kata Fernando

“Benar, seperti yang kau bilang pelatih Andreas, keterampilang dribbling dan finishingnya sempurna.” Kata Pierre

“Bocah yang bernama Fiqih dan Hilmy juga cukup bagus dari tim biru.” Lanjut Pierre.

Mereka mengamati Hilmy yang sedang membawa bola, namun dia dihadang oleh Yunan bek kanan tim merah. Dia melewati Yunan cukup mudah, lalu dia memberikan umpan ke arah kiri ke Fiqih yang sudah berada di depan untuk membantu serangan. Fiqih mengontrol bola dengan kakinya lalu dia memberikan crossing ke tengah kotak pinalti tim merah. Arya bersiap menyambut crossing tersebut, Faishal mencoba berduel udara dengan Arya. Namun Arya melompat lebih tinggi dan berhasil menyundul bola ke gawang namun berhasil di tangkap oleh Najmi. Sepertinya hanya mereka ber3 yang masih main dengan semangat di tim biru.

“Bagaimana dengan Nero Juniar dan Ryandi Ferdianur? Nero adalah anak laki-laki bernomor punggung 8 tim merah.” Pelatih Andreas berkata.

“Mereka cukup bagus, namun melihat ledakannya di babak pertama, dan aku sudah mengumpulkan informasi tentang bocah itu, aku tahu dia mengalami cedera pada ligament kaki kanannya. Aku cukup ragu untuk merekrutnya dengan mempertimbangan kedua masalah tersebut.” Jawab Pierre

“Benar, walau kuakui bahwa dia adalah playmaker yang terampil, namun kami sudah memiliki banyak anak laki-laki seperti itu di akademi kami. Dan fisiknya yang mengesankan dalam pertandingan ini adalah karena usianya yang lebih tua. Menurutmu apa yang akan terjadi Ketika yang lain matang menjadi pemain yang lebih kuat.?” Kata Fernando.

“Aku lebih memilih Arya, Fiqih dan Faishal dari Tim hijau itu.” Kata Pierre.

“Benar, Aku juga lebih memilih Hilmy dan Gabriel dari tim merah.” Kata Fernando

“Apakah kalian bisa mempertimbangkan lagi.? Dia adalah pemain yang sangat berbakat, visi bermainnya sangat bagus dan ditambah dengan fisiknya yang mengesankan, dia dapat dibentuk menjadi bek tengah atau gelandang yang bagus di masa depan.” Bujuk pelatih Andreas.

“Apakah kamu meragukan visiku pelatih.? Apakah kau berpikir kami akan berada di sini jika bukan karena sponsor dari Deportivo Indonesia?” kata Pierre.

“Kami berjanji untuk memilih masing-masing empat pemain dari uji coba. Puaslah dengan itu. Kami tidak tertarik dengan bocah Nero itu.” Kata Pierre dengan seringai sinis di wajahnya

Pelatih Andreas memilih diam kali ini. Dia sedikit marah dengan mereka berdua. Dia dapat melihat fakta dilapangan bahwa Nero sangat fit dan tidak terlihat cedera sedikit pun. Namun dia menyerah untuk menyakinkan scout dari Prancis dan Spanyol itu. Dia meninggalkan mereka sambil berpikir tentang bagaimana untuk membantu anak itu.

****

Sementara itu di lapangan aku tidak menyadari diskusi antara pelatih dan para scout tersebut. Kini satu-satunya hal yang ada dipikiranku adalah memenangkan pertandingan.

Skor masih imbang 3-3 dan kini waktu hanya tersisa sekitar 3 menit saja.

Kini baik Galih dan Rian bekerja sama untuk menutup ruangku dan menghentikanku memberikan passing yang bagus kepada Striker atau winger timku. Aku mengamati lapangan untuk menemukan celah yang dapat kumanfaatkan. Bola masih dikuasain oleh tim merah. Faishal mengoper bola ke Gabriel. Aku memberi isyarat kepada Ryandi dan kedua striker timku untuk maju menyerang. Gabriel masih menahan bola, dia mengoper ke Raihan. Aku dengan segera berlari ke depan sebelum dengan cepat berbalik ke belakang untuk keluar dari tekanan mereka berdua dan meminta bola kepada Raihan. Raihan mengumpan kepadaku, aku berbalik dan mulai berlari menyerang ke pertahanan lawan.

Galih dan Rian berusaha mengentikanku, namun aku dengan mudah melewati mereka berdua, kini aku dalam posisi tidak terjaga, aku melihat ke kiri dan melihat ke arah Toni, aku memberi isyarat akan mengumpan kepadanya, namun daripada mengoper kepadanya aku malah mengumpan ke Ryandi yang tak terjaga, setelah melepaskan umpan ke Ryandi aku dengan segera berlari menuju kotak pinalti lawan.

Ryandi dengan mudah mengontrol bola dengan kakinya, dia langsung berlari ke depan. Bek kiri tim biru Syahdan berusaha menghentikannya, namun Ryandi dengan mudah melewatinya, Dengan cepat dia melakukan crossing ke kotak pinalti. Karvin menyundul bola ke arah gawang. Namun berhasil dimentahkan oleh kiper tim biru, bola memantul ke depan dan tepat ke arahku. Aku mengontrol bola dengan dadaku, dan berusaha untuk menendang bola ke arah gawang. Galuh berusaha menutup gerakanku, namun aku melakukan sedikit gocekan ke kiri menipunya dan dengan keras menendang bola ke pojok kiri atas gawang yang sulit di jangkau kiper

*BAMMM*

Bola menghantam jarring belakang gawang dengan keras tanpa terbendung. Aku dengan cepat merayakan gol tersebut bersama rekan-rekanku. Kini kami memimpin dengan skor 4-3.

“Sial” gumam Arya melihat skor sekarang menjadi terbalik.

Dengan segera pertandingan di lanjutkan, dengan waktu yang tersisia, Arya dan timnya menyerang seperti tidak ada hari esok. Namun kami dengan semangat baru berhasil menahan gempuran dari mereka hingga peluit akhir yang dimana ditutup dengan save gemilang dari Najmi.

*PRIT PRIT PRITTTTT*

Skor akhir 4-3

Ryandi dengan segera berlari ke arah Nero.Najmi dan rekan tim lainnya juga datang dan merayakan kemenangan mereka bersama. Bahkan Raihan melakukan tos dengan Nero untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.

Ini adalah seharusnya sepak bola. Sebuah permainan yang seharusnya membangun persatuan di antara rekan setim daripada kebencian kepada satu sama lain.

“Lain kali aku tidak akan kalah.” Tiba-tiba terdengar suara dari belakang kami.

Aku berbalik dan melihat Arya berdiri di belakangku sambil tersenyum ramah.

“Apakah kamu yakin.?” Kataku sambil tersenyum bercanda.

“Tentu saja.”

“Heh baiklah akan kutunggu.”

Lalu kami bersalaman untuk menunjukkan respect kepada satu sama lain. Mau bagaimanapun, di masa depan nanti kami kemungkinan akan menjadi satu tim di Tim nasional Indonesia.

****

Sementara itu pelatih Andreas bergegas menjauh dari pinggir lapangan untuk menuju ruang ganti tepat setelah peluit akhir dibunyikan. Dia merasakan kesedihan yang mendalam setelah melihat Nero mencetak golnya yang ketiga.

Semua usahanya untuk meyakinkan Mr.Pierre dan Mr.Fernando untuk memberikan kesempatan kepada Nero sia-sia. Seorang pemain berbakat yang diabaikan oleh para scout karena dua masalah yang sebenarnya bisa diperbaiki.

Dia harus mencari peluang lain untuk bocah itu sebelum terjadi kesalahan yang seperti biasa terjadi di Indonesia ini. Diab isa melihat Nero bisa menjadi pillar Garuda untuk kompetisi internasional beberapa tahun ke depan.

“Permisi pelatih Andreas, bisakah kita bicara satu atau dua menit.” Andreas mendengar suara serak namun lembut yang sangat familiar dari belakang dirinya. Dia berbalik hanya untuk menemukan seorang pria kaukasia tua dengan ditemani seorang gadis pirang muda yang berdiri di belakangnya.

“Ahahaha.” Pelatih Andreas tertawa setelah melihat orang Belgia itu.

“Mr.Thorgan Royce senang bertemu denganmu lagi.” Katanya mengulurkan tangannnya untuk berjabat tangan.

“Aku akan datang untuk mencarimu. Aku sangat butuh bantuanmu kali ini.”Katanya.

“Oh sama di sini.” Kata Tuan Thorgan sambil menjabat tangan pelatih Andreas yang terulur.

“Bisakah kita bicara dikantormu.” Ucap Tuan Thorgan

 

 

Terpopuler

Comments

Balck

Balck

entah kenapa gw merasa plot di chapter ini agak di paksakan.

2022-01-07

4

Agun Eky

Agun Eky

seruuu...

2021-12-01

4

lihat semua
Episodes
1 Prologue
2 Chapter 1 : Sistem Sports Mastery
3 Chapter 2 : Solo Training
4 Chapter 3 : Misi Selesai
5 Chapter 4 : Keterampilan Mastery Pertama
6 Chapter 5 : Persiapan Untuk Uji Coba
7 Chapter 6 : Pemain-Pemain Muda Masa Depan
8 Chapter 7 : Uji Coba Tahap Pertama
9 Chapter 8 : Uji Coba Tahap Pertama (2)
10 Chapter 9 : Bertemu Ryandi
11 Chapter 10 : Permasalahan Ryandi
12 Chapter 11 : Dimulainya Pertandingan Uji Coba tahap 2
13 Chapter 12 : Masalah tak terduga
14 Chapter 13 : Menjaga Harapan
15 Chapter 14 : Menyusul Ketertinggalan
16 Chapter 15 : A Perfect Comeback
17 Chapter 16 : Pemain yang terpilih ke Prancis dan Spanyol
18 Chapter 17 : R.S.C Anderlecht
19 Chapter 18 : Mastery Skill Baru
20 Chapter 19 : Welcome To Belgia
21 Chapter 20 : Tes Medis
22 Chapter 21 : Hasil Tes Medis
23 Chapter 22
24 Chapter 23 : Latihan Pra-Pertandingan
25 Chapter 24 : Latihan Pra Pertandingan (2)
26 Chapter 25 : Pertandingan Pertama di Eropa
27 Chapter 26 : Pertandingan Pertama di Eropa (2)
28 Chapter 27 : Pertandingan Pertama di Eropa (3)
29 Chapter 28 : Pertandingan Pertama di Eropa (4)
30 Chapter 29 : Akhir Pertandingan
31 Chapter 30 : Kvensonn Brother
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Pengumuman
61 Chapter 59
62 Chapter 60
63 Chapter 61
64 Chapter 62
65 Chapter 63
66 Chapter 64
67 Chapter 65
68 Chapter 66
69 Chapter 67
70 Chapter 68
71 Chapter 69
72 Chapter 70
73 Chapter 71
74 Chapter 72
75 Chapter 73
76 Chapter 74
77 Chapter 75
78 Chapter 76
79 Chapter 77
80 Chapter 78
81 Chapter 79
82 Chapter 80
83 Chapter 81
84 Chapter 82
85 Chapter 83
86 Chapter 84
87 Chapter 85
88 Chapter 86
89 Chapter 87
90 pengumuman
91 Chapter 88
92 Chapter 89
93 Chapter 90
94 Chapter 91
95 Chapter 92
96 Chapter 93
97 Chapter 94
98 Chapter 95
99 Chapter 96
100 Chapter 97
101 Chapter 98
102 Chapter 99
103 Chapter 100
104 Pengumuman
105 Chapter 101
106 Chapter 102
107 Chapter 103
108 Chapter 104
109 Chapter 105
110 Chapter 105
111 Chapter 106
112 Chapter 107
113 Chapter 108
114 Chapter 109
115 Chapter 110
116 Chapter 111
117 Chapter 112
118 Chapter 113
119 Chapter 114
120 Chapter 115
121 Chapter 116
122 Chapter 117
123 Chapter 118
124 Chapter 119
125 Chapter 120
126 Chapter 121
127 Chapter 122
128 Chapter 123
129 Chapter 124
130 Chapter 125
131 Chapter 126
Episodes

Updated 131 Episodes

1
Prologue
2
Chapter 1 : Sistem Sports Mastery
3
Chapter 2 : Solo Training
4
Chapter 3 : Misi Selesai
5
Chapter 4 : Keterampilan Mastery Pertama
6
Chapter 5 : Persiapan Untuk Uji Coba
7
Chapter 6 : Pemain-Pemain Muda Masa Depan
8
Chapter 7 : Uji Coba Tahap Pertama
9
Chapter 8 : Uji Coba Tahap Pertama (2)
10
Chapter 9 : Bertemu Ryandi
11
Chapter 10 : Permasalahan Ryandi
12
Chapter 11 : Dimulainya Pertandingan Uji Coba tahap 2
13
Chapter 12 : Masalah tak terduga
14
Chapter 13 : Menjaga Harapan
15
Chapter 14 : Menyusul Ketertinggalan
16
Chapter 15 : A Perfect Comeback
17
Chapter 16 : Pemain yang terpilih ke Prancis dan Spanyol
18
Chapter 17 : R.S.C Anderlecht
19
Chapter 18 : Mastery Skill Baru
20
Chapter 19 : Welcome To Belgia
21
Chapter 20 : Tes Medis
22
Chapter 21 : Hasil Tes Medis
23
Chapter 22
24
Chapter 23 : Latihan Pra-Pertandingan
25
Chapter 24 : Latihan Pra Pertandingan (2)
26
Chapter 25 : Pertandingan Pertama di Eropa
27
Chapter 26 : Pertandingan Pertama di Eropa (2)
28
Chapter 27 : Pertandingan Pertama di Eropa (3)
29
Chapter 28 : Pertandingan Pertama di Eropa (4)
30
Chapter 29 : Akhir Pertandingan
31
Chapter 30 : Kvensonn Brother
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Pengumuman
61
Chapter 59
62
Chapter 60
63
Chapter 61
64
Chapter 62
65
Chapter 63
66
Chapter 64
67
Chapter 65
68
Chapter 66
69
Chapter 67
70
Chapter 68
71
Chapter 69
72
Chapter 70
73
Chapter 71
74
Chapter 72
75
Chapter 73
76
Chapter 74
77
Chapter 75
78
Chapter 76
79
Chapter 77
80
Chapter 78
81
Chapter 79
82
Chapter 80
83
Chapter 81
84
Chapter 82
85
Chapter 83
86
Chapter 84
87
Chapter 85
88
Chapter 86
89
Chapter 87
90
pengumuman
91
Chapter 88
92
Chapter 89
93
Chapter 90
94
Chapter 91
95
Chapter 92
96
Chapter 93
97
Chapter 94
98
Chapter 95
99
Chapter 96
100
Chapter 97
101
Chapter 98
102
Chapter 99
103
Chapter 100
104
Pengumuman
105
Chapter 101
106
Chapter 102
107
Chapter 103
108
Chapter 104
109
Chapter 105
110
Chapter 105
111
Chapter 106
112
Chapter 107
113
Chapter 108
114
Chapter 109
115
Chapter 110
116
Chapter 111
117
Chapter 112
118
Chapter 113
119
Chapter 114
120
Chapter 115
121
Chapter 116
122
Chapter 117
123
Chapter 118
124
Chapter 119
125
Chapter 120
126
Chapter 121
127
Chapter 122
128
Chapter 123
129
Chapter 124
130
Chapter 125
131
Chapter 126

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!