Pelatih Rian meniup peluit dan memulai kembali pertandingan.
Selama lima menit berikutnya, tim kami mendominasi permainan. Kembalinya aku dan Raihan ke lapangan telah meningkatkan kekuatan tim kami. Kami berdua dapat bertahan,mencegat dan melepaskan umpan ke striker setiap beberapa menit. Kami sangat mendominasi lini tengah.
Arya mencoba menjaga ku namun dia gagal. Dia adalah tipe pemain yang gesit, terbiasa berlari dan menggiring bola melewati pemain bertahan. Dia tidak dapat menandingi ku saat konfrontasi fisik di lini tengah karena badanku yang lebih tinggi dan berotot. Jadi dia kembali ke posisi aslinya, setelah dia melihat dia gagal menjaga ku beberapa menit dia mencoba.
Di sisi lain, aku terus melihat bayangan melintas di lapangan sesekali. Beberapa datang dari bola dan lainnya dari pemain. Aku telah mengkonfirmasi bahwa itu adalah manifestasi dari semacam kemampuan prediksi yang diberikan oleh Visi Iniesta. Mereka meningkatkan kesadaran visualku setiap kali aku akan mengoper atau mengintersep bola selama pertandingan. Mereka telah membantuku melacak lintasan bola ketika aku mencetak gol.
Namun tentu saja tidak semua prediksi tersebut benar. Aku mengetahui hal tersebut setelah memberikan umpan ke dalam kotak pinalti ke Ryandi. Namun ternyata dia malah berlari menuju arah yang berbeda dan mengikuti rute yang diambil oleh salah satu bayangan lainnya. Sepertinya ini adalah bukti bahwa aku harus selalu memperhitungkan posisi lawan dan rekan satu timku.
Pada menit kedua puluh babak kedua, tim biru Kembali berhasil menemukan ritme permainan mereka sekali lagi. Hilmy sang winger mengirimkan umpan silang yang akurat ke kotak pinalti tim kami. Arya dengan cekatan menerima bola dengan baik dan mengontrolnya sedikit sebelum melepaskan tembakan ke sudut kanan bawah gawang. Namun Najmi dengan cekatan melakukan save brilian. Pelatih Rian meniupkan peluitnya dan memberikan tim biru sepak pojok.
Arya dan rekan satu timnya mempunyai peluang untuk memperlebar keunggulan mereka. Semua anggota tim kami, termasuk kedua striker bergegas Kembali ke kotak pinalti sendiri untuk bertahan.Bek tim biru pun mendatangi kotak pinalti kami untuk menyambut tendangan sudut.
Aku mengamati Tindakan mereka sebelum memanggil Ryandi. Aku membisikkan beberapa instruksi ke telinganya sebelum menyuruhnya Kembali ke tepi kotak pinalti.
Hilmy sudah menendang bola, namun kiper kami Najmi berhasil meninju bola. Dan bola itu dengan cepat menuju ke tempat aku telah menunggu.
Aku berhasil memprediksi di mana bola akan berakhir dan pindah ke posisi tersebut terlebih dahulu. Aku mengontrol bola dengan kakiku sebelum berbalik dan berlari ke arah pertahanan tim biru dengan cepat. Galih dating untuk mencegat dengan sliding tacklenya, namun aku berhasil melewatinya dan mengoper bola ke Ryandi yang berlari selaras denganku di tengah lapangan. Serangan balik kami sedang berlangsung. Fiqih menggunakan kecepatan terbaiknya untuk mengejar Ryandi dan menarik kemejanya, bermaksud untuk melakukan professional foul dan menghentikan serangan balik, namun Ryandi tak goyah, dia tetap berlari sampai dia mengumpan Kembali kepadaku yang sudah dekat dengan garis tengah lapangan. Tidak ada pemain antara aku dan penjaga gawang. Semua pemain bertahan lawan masih tertinggal di belakang.
Pelatih Rian memberikan play-on bahkan setelah Fiqih menarik Ryandi ke tanah.
Aku melakukan solo run dari tengah lapangan menuju kotak pinalti lawan. Saat sudah mendekati kotak pinalti, aku langsung saja menendang bola ke sudut kanan bawah gawang yang dimana kiper lawan gagal untuk menghentikan tendangan tersebut yang membuat skor berubah menjadi 3-3.
Dengan delapan menit tersisa, kami sudah berhasil membuat skor menjadi imbang 3-3. Ini menjadi angin segar untuk tim kami.
****
“Kau benar kakek.” Sage berkata
Nero ada di mana-mana sekarang. Kemampuannya untuk mengontrol jalannya permainan dan passing-passingnya sangat akurat. Setiap scout pasti menginginkan playmaker seperti dia.” Lanjut Sage dengan sedih. Dia menghela nafas sambil terus menonton pertandingan.
Namun kakeknya tetap diam dengan mata tertuju ke lapangan.
“Kakek?” Sage bersenandung, menepuk bahu lelaki tua itu dengan jari rampingnya.
“Aku mendengarmu, Sage.” Jawab lelaki tua itu. Dia berbalik menghadap ke arah cucunya.
“Kita harus mendapatkannya dengan segala cara.” Ucapnya lantang.
“Aku akan berbicara dengan pelatih yang merupakan teman ku. Jangan khawatir.” Lanjut si kakek.
“Mengapa di file yang kamu miliki mengatakan bahwa dia adalah merupakan pemain yang bergerak lambat yang pandai melakukan pekerjaan kotor tim.?” Tanya Sage, mengerutkan kening. Dia membuka file player untuk kesekian kalinya hari ini.
“Kau bertanya padaku! Kepada siapa aku harus bertanya?” Sang Kakek berkata sambil mengangkat bahu.
****
Pertandingan Kembali dilanjutkan setelah pelatih Rian meniupkan peluitnya.
Aku dan rekan satu timku terus melakukan pressing kepada lawan, para gelandang tim lawan seperti Galih dan Rian tidak punya pilihan lain selain mengoper bola Kembali ke belakang.
Hujan mulai turun menghujani lapangan. Sebagian besar scout Kembali ke tribun untuk berteduh dari hujan. Namun beberapa tetap berada di lapangan dengan serius menonton pertandingan tanpa menghiraukan tetesan hujan yang menghujani mereka.
Sementara di pinggir lapangan pelatih Andreas berbicara dengan Mr.Pierre Alan, kepala scout dari FC Nantes Youth Academy dan Mr.Fernando Saverino kepala scout dari Akademi Deportivo La Coruna. Mereka berdua bertanggung jawab untuk memutuskan hasil uji coba pemuda di Jakarta. Mereka berdua adalah yang paling diuntungkan untuk membawa calon-calon paling potensial dalam uji coba ini.
“Bocah Arya itu sangat bagus.” Kata Fernando
“Benar, seperti yang kau bilang pelatih Andreas, keterampilang dribbling dan finishingnya sempurna.” Kata Pierre
“Bocah yang bernama Fiqih dan Hilmy juga cukup bagus dari tim biru.” Lanjut Pierre.
Mereka mengamati Hilmy yang sedang membawa bola, namun dia dihadang oleh Yunan bek kanan tim merah. Dia melewati Yunan cukup mudah, lalu dia memberikan umpan ke arah kiri ke Fiqih yang sudah berada di depan untuk membantu serangan. Fiqih mengontrol bola dengan kakinya lalu dia memberikan crossing ke tengah kotak pinalti tim merah. Arya bersiap menyambut crossing tersebut, Faishal mencoba berduel udara dengan Arya. Namun Arya melompat lebih tinggi dan berhasil menyundul bola ke gawang namun berhasil di tangkap oleh Najmi. Sepertinya hanya mereka ber3 yang masih main dengan semangat di tim biru.
“Bagaimana dengan Nero Juniar dan Ryandi Ferdianur? Nero adalah anak laki-laki bernomor punggung 8 tim merah.” Pelatih Andreas berkata.
“Mereka cukup bagus, namun melihat ledakannya di babak pertama, dan aku sudah mengumpulkan informasi tentang bocah itu, aku tahu dia mengalami cedera pada ligament kaki kanannya. Aku cukup ragu untuk merekrutnya dengan mempertimbangan kedua masalah tersebut.” Jawab Pierre
“Benar, walau kuakui bahwa dia adalah playmaker yang terampil, namun kami sudah memiliki banyak anak laki-laki seperti itu di akademi kami. Dan fisiknya yang mengesankan dalam pertandingan ini adalah karena usianya yang lebih tua. Menurutmu apa yang akan terjadi Ketika yang lain matang menjadi pemain yang lebih kuat.?” Kata Fernando.
“Aku lebih memilih Arya, Fiqih dan Faishal dari Tim hijau itu.” Kata Pierre.
“Benar, Aku juga lebih memilih Hilmy dan Gabriel dari tim merah.” Kata Fernando
“Apakah kalian bisa mempertimbangkan lagi.? Dia adalah pemain yang sangat berbakat, visi bermainnya sangat bagus dan ditambah dengan fisiknya yang mengesankan, dia dapat dibentuk menjadi bek tengah atau gelandang yang bagus di masa depan.” Bujuk pelatih Andreas.
“Apakah kamu meragukan visiku pelatih.? Apakah kau berpikir kami akan berada di sini jika bukan karena sponsor dari Deportivo Indonesia?” kata Pierre.
“Kami berjanji untuk memilih masing-masing empat pemain dari uji coba. Puaslah dengan itu. Kami tidak tertarik dengan bocah Nero itu.” Kata Pierre dengan seringai sinis di wajahnya
Pelatih Andreas memilih diam kali ini. Dia sedikit marah dengan mereka berdua. Dia dapat melihat fakta dilapangan bahwa Nero sangat fit dan tidak terlihat cedera sedikit pun. Namun dia menyerah untuk menyakinkan scout dari Prancis dan Spanyol itu. Dia meninggalkan mereka sambil berpikir tentang bagaimana untuk membantu anak itu.
****
Sementara itu di lapangan aku tidak menyadari diskusi antara pelatih dan para scout tersebut. Kini satu-satunya hal yang ada dipikiranku adalah memenangkan pertandingan.
Skor masih imbang 3-3 dan kini waktu hanya tersisa sekitar 3 menit saja.
Kini baik Galih dan Rian bekerja sama untuk menutup ruangku dan menghentikanku memberikan passing yang bagus kepada Striker atau winger timku. Aku mengamati lapangan untuk menemukan celah yang dapat kumanfaatkan. Bola masih dikuasain oleh tim merah. Faishal mengoper bola ke Gabriel. Aku memberi isyarat kepada Ryandi dan kedua striker timku untuk maju menyerang. Gabriel masih menahan bola, dia mengoper ke Raihan. Aku dengan segera berlari ke depan sebelum dengan cepat berbalik ke belakang untuk keluar dari tekanan mereka berdua dan meminta bola kepada Raihan. Raihan mengumpan kepadaku, aku berbalik dan mulai berlari menyerang ke pertahanan lawan.
Galih dan Rian berusaha mengentikanku, namun aku dengan mudah melewati mereka berdua, kini aku dalam posisi tidak terjaga, aku melihat ke kiri dan melihat ke arah Toni, aku memberi isyarat akan mengumpan kepadanya, namun daripada mengoper kepadanya aku malah mengumpan ke Ryandi yang tak terjaga, setelah melepaskan umpan ke Ryandi aku dengan segera berlari menuju kotak pinalti lawan.
Ryandi dengan mudah mengontrol bola dengan kakinya, dia langsung berlari ke depan. Bek kiri tim biru Syahdan berusaha menghentikannya, namun Ryandi dengan mudah melewatinya, Dengan cepat dia melakukan crossing ke kotak pinalti. Karvin menyundul bola ke arah gawang. Namun berhasil dimentahkan oleh kiper tim biru, bola memantul ke depan dan tepat ke arahku. Aku mengontrol bola dengan dadaku, dan berusaha untuk menendang bola ke arah gawang. Galuh berusaha menutup gerakanku, namun aku melakukan sedikit gocekan ke kiri menipunya dan dengan keras menendang bola ke pojok kiri atas gawang yang sulit di jangkau kiper
*BAMMM*
Bola menghantam jarring belakang gawang dengan keras tanpa terbendung. Aku dengan cepat merayakan gol tersebut bersama rekan-rekanku. Kini kami memimpin dengan skor 4-3.
“Sial” gumam Arya melihat skor sekarang menjadi terbalik.
Dengan segera pertandingan di lanjutkan, dengan waktu yang tersisia, Arya dan timnya menyerang seperti tidak ada hari esok. Namun kami dengan semangat baru berhasil menahan gempuran dari mereka hingga peluit akhir yang dimana ditutup dengan save gemilang dari Najmi.
*PRIT PRIT PRITTTTT*
Skor akhir 4-3
Ryandi dengan segera berlari ke arah Nero.Najmi dan rekan tim lainnya juga datang dan merayakan kemenangan mereka bersama. Bahkan Raihan melakukan tos dengan Nero untuk pertama kalinya dalam sejarah mereka.
Ini adalah seharusnya sepak bola. Sebuah permainan yang seharusnya membangun persatuan di antara rekan setim daripada kebencian kepada satu sama lain.
“Lain kali aku tidak akan kalah.” Tiba-tiba terdengar suara dari belakang kami.
Aku berbalik dan melihat Arya berdiri di belakangku sambil tersenyum ramah.
“Apakah kamu yakin.?” Kataku sambil tersenyum bercanda.
“Tentu saja.”
“Heh baiklah akan kutunggu.”
Lalu kami bersalaman untuk menunjukkan respect kepada satu sama lain. Mau bagaimanapun, di masa depan nanti kami kemungkinan akan menjadi satu tim di Tim nasional Indonesia.
****
Sementara itu pelatih Andreas bergegas menjauh dari pinggir lapangan untuk menuju ruang ganti tepat setelah peluit akhir dibunyikan. Dia merasakan kesedihan yang mendalam setelah melihat Nero mencetak golnya yang ketiga.
Semua usahanya untuk meyakinkan Mr.Pierre dan Mr.Fernando untuk memberikan kesempatan kepada Nero sia-sia. Seorang pemain berbakat yang diabaikan oleh para scout karena dua masalah yang sebenarnya bisa diperbaiki.
Dia harus mencari peluang lain untuk bocah itu sebelum terjadi kesalahan yang seperti biasa terjadi di Indonesia ini. Diab isa melihat Nero bisa menjadi pillar Garuda untuk kompetisi internasional beberapa tahun ke depan.
“Permisi pelatih Andreas, bisakah kita bicara satu atau dua menit.” Andreas mendengar suara serak namun lembut yang sangat familiar dari belakang dirinya. Dia berbalik hanya untuk menemukan seorang pria kaukasia tua dengan ditemani seorang gadis pirang muda yang berdiri di belakangnya.
“Ahahaha.” Pelatih Andreas tertawa setelah melihat orang Belgia itu.
“Mr.Thorgan Royce senang bertemu denganmu lagi.” Katanya mengulurkan tangannnya untuk berjabat tangan.
“Aku akan datang untuk mencarimu. Aku sangat butuh bantuanmu kali ini.”Katanya.
“Oh sama di sini.” Kata Tuan Thorgan sambil menjabat tangan pelatih Andreas yang terulur.
“Bisakah kita bicara dikantormu.” Ucap Tuan Thorgan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Balck
entah kenapa gw merasa plot di chapter ini agak di paksakan.
2022-01-07
4
Agun Eky
seruuu...
2021-12-01
4