Aku mulai mengamati posisi setiap pemain di lapangan. Bahasa tubuh lawan dan rekan satu timku kutangkat dengan sangat rinci di pikiranku.
Najmi,penjaga gawang kami mengambil bola untuk memulai kembali pertandingan. Bola telah keluar setelah Fiqih gagal melepaskan tembakan ke gawang.
Di depan aku melihat wajah Ichsan, penyerang timku, masih bersemangat dan bertekad. Dia dengan penuh semangat menunggu bola jauh di dalam area tim lawan. Striker itu masih belum menyerah yang membuatku lega.
Untuk pertama kalinya hari ini, aku mencatat ada celah di formasi lawan. Aku bisa melihat banyak ruang antara lini tengah tim lawan dan bek yang berpotensi untuk dapat dimanfaatkan oleh timku. Kesadaran spasial A+ku sudah melakukan pekerjaannya.
‘Hm lawan telah santai, ayo kita mulai.’ Pikirku sambil tersenyum, aku berbalik untuk menerima bola dari penjaga gawang.
Najmi dengan cepat mengambil tendangan gawang. Dia mengoper bola kepada Karvin di dalam setengah lapangan tim lawan. Namun Fiqih melompat tinggi di udara dan menyundul bola kembali ke daerah tim kami. Raihan mengontrol bola dengan dadanya dan langsung mengoper bola kepadaku bahkan tanpa melihat ke atas.
Aku merasa lega ketika melihat bola bergulir ke arahku. Aku langsung menguasai bola dengan indah memakai kaki kiriku sebelum berbalik dan berlari ke arah pertahanan tim lawan. Aku meninggalkan Galih yang sedang menjagaku. Aku memiliki beberapa meter untuk berlari bebas dengan bola karena tidak ada yang dekat denganku.
Aku berlari dengan cepat dan menembus jauh ke dalam pertahanan lawan dalam hitungan detik. Saat bergerak aku melihat ke arah Ichsan, penyerang tengah kami yang berlari disisi kanan kotak 18yard lawan. Dia tampaknya menarik perhatian para bek menjauh dari Karvin di sebelah kanan.
Saat aku melihat lebih dekat, aku melihat dua bayangan keluar darinya. Satu terus berlari ke sisi kanan gawang sementara yang kedua menuju kiri. Aku sedikit bingung melihat itu.
Namun aku tidak punya waktu memikirkan itu sehingga aku dengan cepat mengoper ke arah bayangan kedua yang bergegas keluar kea rah kiri. Kulihat itu adalah ruang yang diabaikan oleh bek tengah lawan. Baik Galuh dan Faren menjaga Karvin dengan ketat.
Aku berharap para penyerang akan menafsirkan niatku dan memanfaatkan umpanku. Aku tahu ini memiliki kemungkinan kecil terjadi karena para striker tidak pernah berlatih atau bermain denganku sampai hari ini.
Namun secara mengejutkan, aku melihat Ichsan telah mengalihkan rute larinya saat aku melepaskan umpan melingkar melewati para pemain bertahan. Ichsan berlari dengan penuh semangat menuju sisi kiri gawang. Dia mengikuti jejak yang sama persis dilalui bayangan yang muncul dari tubuhnya.
Dia menerima umpanku dan melepaskan tembakan yang bagus dan ternyata kiper tim lawan telat bereaksi sehingga bola tersebut berhasil masuk ke jarring belakang lawan.
GOL
Skor menjadi 3-1
Ichsan dengan cepat mengambil bola dari dalam gawang dan kembali ke tengah lapangan. Kami masih tertinggal 2 gol sehingga tidak ada waktu untuk merayakan. Setelah meletakkan bola di tengah, dia menghampiriku dan menawarkan tos yang kuterima.
“Umpan bagus.” Katanya sambil tersenyum
Aku hanya mengangguk dan membalas senyumnya dengan senyum kecil.
‘Bayangan yang keluar dari Ichsan pasti adalah manifestasi dari visi Iniesta.’ Pikirku berspekulasi.
Dengan begitu kick off kembali dimulai. Tim biru kembali menyerang melalui Fiqih disebelah kanan. Dia di jaga ketat oleh Kevin, namun dia berhasil melewatinya. Dia dengan cepat mengoper ke tengah ke Galih, namun aku dengan cepat mencegat bola dan berhasil merebutnya, aku segera memberi umpan cepat kepada Raihan, dia pun langsung mengoper jauh ke Ryandi yang dalam posisi kosong.
Aku segera berlari ke pertahanan lawan. Terlihat Ryandi sudah dibayangi oleh Fiqih. Dengan ruang yang tertutup Ryandi kembali mengoper ke belakang ke Kevin, Kevin mengoper kepadaku. Aku dengan sigap menerima bola, namun Galih sudah menjagaku. Aku dengan cepat memberi isyarat untuk Raihan mendekat dan mengoper padanya, sebelum dia mengoper kembali kepadaku. Dengan umpan satu dua itu aku berhasil melewati Galih dan dengan cepat menuju ke arah gawang lawan. Aku melihat ke Karvin yang ada di kanan dan Ichsan yang ada dikiri.
Dan kembali aku melihat dua bayangan yang keluar dari Ichsan tanpa pikir lama aku mengoper ke arah bayangan yang menuju ke arah kanan. Lagi-lagi tepat seperti tadi, Ichsan kembali menuju ke arah melewati rute yang sama di lalui oleh bayangan yang keluar darinya. Dia menerima bola dengan baik, sementara itu Galuh mencoba menutupnya, namun Ichsan berhasil melesatkan tembakan ke pojok bawah kiri gawang. Namun kali ini kiper lawan Arhan bisa memblok bola dengan kakinya. Menghasilkan tendangan sudut untuk tim kami. Ichsan memegangi kepalanya dengan kedua tangannya menyesal telah meleawatkan kesempatan mencetak gol yang kedua.
“Umpan yang bagus.” Komentar Ichsan saat aku tiba di kotak penalty tim lawan untuk menerima tendangan sudut.
Jangan khawatir tentang peluang yang gagal.” Kataku
“Aku akan mengirimimu lebih banya bola seperti itu. Pastikan kamu mencetak gol.” Aku tersenyum sambil menepuk pundahknya
“Kubilang kau tidak akan mendapat kesempatan lagi untuk melakukan apapun. Aku akan menandaimu.” Terdengar suara baru dari belakang mereka. Aku berbalik hanya untuk menemukan Arya berdiri di belakangku. Senyum teduh di wajahnya yang murni membuatnya tampak terlalu arogan, seperti seorang cassanova.
Aku mengerutkan keningku namun mengabaikannya. Aku tidak ingin berkonflik dengan orang lain lagi hari ini. Aku sudah mempelajari pelajaranku. Tendangan sudut hendak dilakukan oleh Ryandi adalah satu-satunya yang ada di pikiranku.
Namun aku kembali mendapat penglihatan lain.
Sebuah bayangan berbentuk bola datang melayang ke arah kotak pinalti dari arah tendangan sudut. Itu di sundul oleh salah satu bayangan pemain lawan dan dibagi menjadi tiga bola. Dua diantaranya meluncur ke sisi kanan dan kiri luar kotak. Namun yang terakhir pergi tepat ke tengah luar kotak pinalti.
Aku dengan tenang memikirkan pilihan yang akan kuambil. Namun aku sudah memutuskan pilihanku saat Ryandi menendang bola
Aku diam-diam mulai menjauh dari Arya yang menjagaku. Ketika bola hampir mencapai titik tertingginya, aku berlari kearah luar kotak pinalti dan memposisikan diriku di tepat ditengah dan menunggu bola.Aku menempatkan peluangku pada bayangan yang pergi ke arah tengah luar kotak pinalti.
Arya melihat keputusanku, namun dia tersenyum dan mengabaikanku setelah melihat bola melayang dari sudut. Ryandi melakukan tendangan sudut yang kurang akurat yang mudah di sundul oleh Fiqih.
Aku yang tepat di tengah luar kotak pinalti, melihat bola terbang ke arahku.
‘Ini dia.’ Pikirku. Aku fokus pada bola yang datang dan mengontrol sedikit dengan dada lalu melepaskan tendangan voli dengan kencang dan langsung mengarah ke pojok kanan atas gawang.
*BAMMM*
Bola memasuki gawang dengan bunyi cukup keras, hal itu mengejutkan semua orang, terutama penjaga gawang. Tembakan jarak jauh melesat ke sudut kanan atas tiang gawang, tidak terhalang. Skor menjadi 3-2.
Aku langsung berlari mengambil bola dari jaring gawang tim lawan, aku tidak merayakan gol ini karena kami masih tertinggal 1 angka. Dengan segera aku berlari ke tengah lapangan. Waktu tersisa lima belas menit lagi. Aku akan kehilangan banyak hal jika tidak memenangkan pertandingan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Agun Eky
lanjut....💪💪
2021-12-01
3
ALWI GANZ
damn, i'm waiting for the next episode
2021-12-01
6
Fajar Rusydi
go go go semangat nulis nya
2021-12-01
2