Keesokan harinya, aku melakukan aktifitas pagiku yang biasa, setelah itu aku sarapan dan menelpon kedua orang tuaku untuk memberitahukan bahwa hari ini akan ada pertandingan uji coba lanjutan. Dan sekalian minta doa kepada mereka agar aku dapat tampil baik di pertandingan hari ini. Setelah beberapa saat aku segera berangkat ke stadion JSC. Terlihat sinar matahari yang sudah menyinari jalan-jalanan ibukota. Setelah sampai aku bersiap memakai peralatanku dan kulihat Ryandi mendekatiku,aku hanya mengangguk dan tersenyum saat dia menyapa.
“Mungkin akan turun hujan beberapa jam lagi.” Kataku sambil melihat langit yang mulai teduh.
“Kenapa kamu khawatir.?” Ryandi tersenyum tipis dan berkata.
“Kita akan menyelesaikan uji coba sebelum itu. Para pengintai hanya akan tinggal dan melihat beberapa jam saja.”
Saat ini kami berada di tengah lapangan di antara 26 pemain lain yang telah lulus tes kebugaran fisik kemarin. Sekarang sudah jam 8 pagi. Setiap pemain di lapangan sudah mengenakan pakaian sepak bola mereka. Kami hanya tinggal menunggu pelatih Andreas dan timnya untuk memulai uji coba ini secara resmi. Untungnya aku mendapat teman baru disini yaitu Ryandi sehingga aku tidak merasa bosan saat menunggu.
“Itu masuk akal.” Kataku sependapat dengan pemikirannya sambil melihat sekeliling stadion.
“Apa kamu yakin para scout akan datang hari ini.?” Aku bertanya sambil mengerutkan alisku. Tidak ada pelatih atau pengintai yang terlihat di mana pun di lapangan atau di tribun. Aku mulai berpikir bahwa aku salah dengar tanggal sebenarnya dari persidangan.
“Tenang saja.” Kata Ryandi dengan percaya diri.
“Mereka akan datang ke sini. Aku yakin.” Katanya sambil tertawa kecil.
“Oh iya aku lupa bertanya. Apakah kamu sudah pindah dari hotelmu kemarin.?” Kataku sambil menatap Ryandi dengan serius.
“Tentu saja, aku sudah pindah ke hotel Garden Villa Resort” katanya menepuk dadanya tampak puas dengan dirinya sendiri.
“Hah,apa perbedaan hotel Four Point dengan GVR.? “ aku berseru dengan mata melebar.
“Yang satu bernama Four Point dan yang satunya GVR.” Katanya dengan serius sambil menghitung dengan jarinya untuk menekankan maksudnya.
“Astaga, berapa banyak hotel bintang empat di Jakarta Pusat? Ayahmu hanya perlu memeriksa hotel yang harganya lebih dari 1jt per malam untuk menemukanmu, apa kamu sadar itu.?” Kataku sambil memegangi bahunya.
“Sial itu benar. Aku akan pindah ke yang lain setelah pertandingan ini berakhir.” Katanya dengan muka yang memucat.
“Hahhh. Lupakan saja, aku akan membantumu memilih hotel setelah pertandingan. Aku tidak mengerti mengapa aku bahkan membantumu.” Gerutuku
“Terima kasih. Sejak aku melihatmu aku tahu bahwa kamu adalah orang yang terhormat. Bagaimana aku bisa membalasmu.? Haruskah aku mengenalkanmu dengan sepupu perempuanku? Dia imut.” Bisik Ryandi.
“Kalau dia semenyebalkan kamu, mending tidak usah.” Kataku dengan bercanda. Kami berdua tertawa kecil.
Kami baru saja akan melanjutkan pembicaraan kami ketika aku mendengar beberapa pemain di lapangan berteriak.
“Pelatih ada di sini. Para pelatih ada di sini..” mereka terdengar seperti anak SD yang baru saja melihat tukang es krim kesukaan mereka lewat.
Aku mengabaikan mereka dan berbalik ke arah gerbang stadion. Pelatih Andreas memimpin sekitar 50 orang menuju ke tribun stadion.
Aku memperhatikan bahwa ada sekitar dua puluh lima orang bule di antara kerumunan. Mereka mengenakan kacamata hitam dan topi besar untuk melindungi diri mereka dari sinar matahari yang sebenarnya sudah tertutup awan. Ada juga seorang pria tua dan seorang gadis muda, yang tidak jauh lebih tua dari kami sepertinya di antara mereka. Sisanya tampak sesama warga Indonesia, mungkin dari tim-tim Liga Ultimate Indonesia. Aku bisa mengenali beberapa dari Jakarta Sports City,Jakarta United, Surabaya Green Force dan Cendrawasih Irian City serta yang lainnya. Semua pengintai yang aku harapkan akhirnya ada di sini. Tentunya ini membuatku semakin bersemangat.
“Sudah kubilang mereka aka nada di sini.” Suara Ryandi terdengar dari belakangku.
“Apakah mereka semua berasal dari Deportivo Indonesia?” aku bertanya. Deportivo Indonesia adalah organisasi yang biasanya mensponsori siswa dari Indonesia ke akademi luar negeri entah itu Eropa maupun benua Amerika.
“Tentu saja tidak.” Kata Ryandi.
“Mereka adalah scout dari organisasi yang mensponsori di belakang Deportivo Indonesia. Beberapa bahkan dari akademi yang sebenarnya di Prancis,Spanyol dan negara Eropa lainnya.” Katanya.
“Sebaiknya kamu melakukan yang terbaik hari ini.” Ryandi memperingatkanku.
“Aku tidak berpikir mereka akan kembali ke sini setelah hari ini.” Katanya lagi
“Kau yakin?” aku mengernyitkan alisku
“Dari mana kamu mendapatkan semua sumber informasi ini.” Kataku heran.
“Aku memiliki sumber yang dapat dipercaya. Infoku sepenuhnya dari sumber yang legal dan sah.” Kata Ryandi sambil tersenyum.
“Baiklah,Baiklah aku akan melakukan yang terbaik.” Kataku bersemangat. Aku merasa segar kembali setelah makan-makanan lezat yang ku makan tadi malam.
----
*POV Orang Ketiga*
Setelah Andreas memimpin kelompok pramuka ke tribun, dia berlari ke lapangan bersama rekan-rekan pelatihnya.
Para scout semua duduk dekat dengan lintasan lari di stadion. Ada orang Kaukasia di antara mereka yang memegang kamera berteknologi tinggi. Beberapa memiliki teropong dan buku catatan. Para Scout Indonesia, disisi lain, melipat tangan di dada dengan ekspresi tegas di wajah mereka. Mereka tidak membawa peralatan apa pun untuk melacak para pemain di lapangan.
Di kursi paling bawah tribun, seorang gadis pirang muda memegang kamera Nikon yang cukup panjang sedang berbicara dengan seorang pria tua yang juga seorang scout.
“Kakek” katanya
“Mengapa kami datang ke sini. Apakah kamu tahu ada talenta kelas dunia di sini? Kami seharusnya pergi ke Jepang,Korea atau Australia. Setidaknya, mereka telah memenangkan Piala Asia. Aku pikir kamu membuang-buang waktu kita disini.” Katanya bingung. Memang benar apa yang dikatakannya.
“Sage,” kata lelaki tua itu sambil tersenyum
“Ingat jika kamu ingin menjadi scout yang baik, jangan pernah mengabaikan tempat mana pun. Terkadang permata asli disembunyikan di tempat yang tida jelas. Yang harus kita lakukan adalah menggalinya.” Katanya memberikan nasihat ke cucunya.
“Apakah kita benar-benar akan menemukan seseorang yang berbakat di sini?” Sage bertanya.
“Karena jika tidak, pemegang saham lain akan mengeluh kepadamu kali ini.”
“Jangan khawatir, salah satu pelatih adalah temanku. Dia sudah memberi tahuku bahwa ada beberapa talenta yang menjanjikan disini. Satu-satunya tantangan adalah merebut mereka dari tim Prancis dan Spanyol.” Katanya.
“Beberapa talenta?” Sage mengerutkan kening.
“Apakah kamu memiliki file tentang mereka, kakek? Mengapa aku tidak mendengar apa-apa tentang ini.
“Nah,ini dia.” Kata lelaki tua itu menyerahkan beberapa file kepada gadis itu.
“Kamu tidak ada selama dua hari terakhir. Saat kamu berkeliling pantai dan menikmati bali, aku sibuk melakukan pekerjaanku.” Candanya
“Jangan membahas itu lagi kakek.” Sage cemberut.
“Bagaimana kamu bisa bepergian ke Indonesia dan tidak pergi ke Bali.? Kamu melewatkan semua kesenangan.” Katanya
Dia pun membuka file tentang para pemain.
“Arya Bathara,Nero Juniar,Ryandi Ferdianur,Ahmad Faishal,M Hilmy dan Fiqih Firdaus?” Dia berbicara dengan lembut.
“Pada dasarnya tidak ada informasi tentang mereka di dalam file!” dia melihat kea rah pria tua disisinya.
“Dia merentangkan tangannya. “Selamat datang di Asia.” Dia tersenyum
“Informasi tentang pemain muda di sini sangat sedikit. Kita lihat saja seberapa bagus mereka dari penampilan mereka di pertandingan.
---- ----
*POV ORANG KETIGA END*
Setelah pelatih kembali ke lapangan, mereka memimpin ku dan pemain-pemain lainnya melalui pemanasan ringan sebelum melakukan hal lain. Semua orang meregangkan dan berlari jarak pendek untuk menghangatkan otot mereka. Setelah selesai latihan, mereka kembali ke tengah lapangan untuk mendengarkan instruksi dari staf pelatih.
“Selamat pagi untuk kalian semua” sapa pelatih Andreas sambil tersenyum.
“Selamat pagi, pelatih Andreas.” Suara para pemain menggelegar membalas salam. Mereka semua tampak antusias dengan kehadiran para scout di tribun.
“ Aku lihat kalian semua datang tepat waktu.” Pelatih Andreas tersenyum
“Tetap menjaga semangat sportifitas yang baik.” Desaknya dengan sungguh-sungguh sebelum melanjutkan.
“Kami akan segera memulai pertandingan uji coba. Kami telah mengelompokkan kamu menjadi dua tim yang akan saling berhadapan.”
“Harap diperhatikan bahwa pertandingan hanya akan berlangsung selama enam puluh menit. Jadi kamu akan mendapatkan kurang dari empat puluh menit untuk mengesankan para scout jika kami memperhitungkan waktu untuk pergantian pemain. Cobalah untuk melakukan yang terbaik dalam jangka waktu tersebut.” Dia menyimpulkan.
Para pelatih sudah memisahkan para pemain menjadi tim merah dan tim biru. Pelatih Rian meletakkan grafik dengan formasi tim di lintasan lari, memberikan kesempatan kepada para pemain untuk mempelajari posisi mereka sebelum menuju ke lapangan untuk memulai pertandingan. Aku menerobos kerumunan pemain untuk melihat grafik tim.
---- ----
TIM BIRU ( 4-4-2 Diamond)
Kiper : Nomor 1 Arhan Maulana
Bek Kanan : Nomor 2, Fiqih Firdaus.
Bek Kiri : Nomor 3, Syahdan Akbar
Bek Tengah : Nomor 4, Faren Bismantara
Bek Tengah : Nomor 5, Galuh Leo
Gelandang Bertahan : No.6 : Galih Leo
Gelandang Serang : Rian Mariano
Sayap Kiri : No.11, M.Hilmy
Sayap Kanan : No.7 Firdaus Asyuroh
Striker : No.9, Arya Bathara
Striker : No.10 Ahmad Mulyadi
Pemain Cadangan : Reza Maulana, M.Baihaqi
------
TIM MERAH (4-4-2, Diamond)
Kiper : No 1, M.Najmi Alif
Bek Kanan : No. 2 Yunan Fikri
Bek Kiri : No. 3 Kevin Arata
Bek Tengah : No.4 Ahmad Faishal
Bek Tengah : No.5 Gabriel Pardede
Gelandang Bertahan : No.6 Raihan Fatah
Gelandang Serang : No.8 Nero Juniar
Sayap Kiri : No.11 Toni
Sayap Kanan : No.7 Ryandi Ferdianur
Striker : No.9 M.Ichsan
Striker : No.10 Karvin
Cadangan : Kurniawan Wawan,Fikri Mursalim
----
Aku menghela nafas lega setelah melihat grafik formasi pertandingan.
Para pelatih tampaknya telah membuat susunan pemain berdasarkan data historis pemain. Aku berada di tim merah bersama dengan orang-orang seperti Ryandi Ferdianur, dan 2 calon Superstar masa depan yaitu Ahmad Faishal dan Gabriel. Dan tentu saja ada juga Raihan Fatah, dan mantan teman-temanku yaitu Toni dan Kevin. Di sisi lain memiliki sebagian besar calon superstar dari kehidupan sebelumnya yaitu Fiqih Firdaus, Syahdan Akbar, M.Hilmy, Arya Bathara dan beberapa lainnya.
Aku ditempatkan di posisi nomor delapan, tepat di belakang striker oleh para pelatih. Nomor delapan cocok untukku karena melibatkan pembagian umpan dan assist mematikan kepada para striker. Visual Iniestaku akan berguna di posisi ini.
Ryandi berada di sayap kanan, sementara Raihan berada di posisi nomor enam di gelandang bertahan. Toni akan menyerang dari sayap kiri dengan Kevin ditempatkan di belakangnya sebagai bek kiri. Duo bek tengah kami adalah duo calon superstar yaitu Faishal dan Gabriel, sementara kiper kami juga cukup hebat di masa depan yaitu Najmi.
Walaupun tim merah kami tampak lebih lemah di atas kertas penglihatanku. Namun aku tidak akan membiarkan halangan seperti ini datang antara aku dan perekrutan akademi sepak bola. Aku siap melakukan yang terbaik selama pertandingan
“Ayo ambil rompimu dan pergi ke lapangan.” Aku mendengar pelatih Rian berteriak dari pinggir lapangan.
“Para pemain pengganti juga harus datang ke sini. Mereka akan mendapat kesempatan bermain nanti di pertandingan.”
Semua pemain buru-buru bergegas menuju pelatih Rian. Mereka mengambil rompi sebelum memposisikan diri di lapangan dalam formasi 4-4-2 Diamon. Kemampuan pelatih dan mengikuti instruksi adalah beberapa kualitas yang dibutuhkan dalam sepak bola. Jadi, semua pemain mengatur diri mereka dengan benar di posisi yang ditentukan, sambil menunggu peluit pertandingan dibunyikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Gid Lucione Deviluke
kyk ga asing sama alurnya,hmmm 🤔
2022-11-26
1
Vano Udin
mantap 👍
2021-11-30
5
Restu Dewa
up
2021-11-30
5