*PRIIIITTTTTT*
Dalam panas terik di siang hari, aku dan peserta lain di grup keempat segera berlari segera setelah pelatih Rian meniupkan peluitnya. Balapan terakhir dalam uji coba sepak bola pemuda di Jakarta telah di mulai.
Aku tidak repot-repot memata-matai lawan-lawanku yang lain, aku berlari dengan hanya melepaskan setengah dari kecepatan tertinggiku. Itu adalah balapan 32 lap dengan total sekitar 8 mil. Aku perlu menghemat tenagaku dengan tidak mengeluarkan semuanya di langkah awalku.
Namun, para pemain penting seperti, Gabriel dan Faishal berada di kelas mereka sendiri. Keduanya tak tertandingi ketika mereka menemukan ruang kosong selama lap kedua. Mereka melesat maju dengan kecepatan tercepat mereka dan segera memimpin seluruh kelompok yang terdiri dari 30 pemain. Dan tentu saja dengan keras kepalanya Arya menempel pada mereka sang anak ajaib Indonesia.
Yang mengejutkanku, ada seorang anak laki-laki sekitar 171cm yang belum pernah kutemui di kehidupan sebelumnya juga merupakan bagian dari kelompok yang memimpin di depan saat ini. Kelompok empat anak itu mulai menjauhkan diri dari yang lain, suatu prestasi yang menyebabkan aku sedikit khawaitr. Jadi aku kembali mempercepat lariku.
Aku meningkatkan kecepatanku sampai hanya beberapa meter di belakang mereka selama lap ke 6. Namun, keempat anak itu dengan keras kepala tetap mempertahankan keunggulan mereka terlepas dari semua upayanya.
Selama dua puluh lap berikutnya, kelompok mereka berakselerasi di depan yang lain, dengan rata-rata 70 detik per lap. Waktu mereka hanya sekitar 10 detik di belakang para pelari top dunia. Mereka nyaris meninggalkan sisanya di belakang.
Gabriel memimpin dengan menggunakan jersey Real Madrid. Ahmad Faishal dan Arya membayangi setiap langkah, keduanya mengenakan kaus Manchester United dan Barcelona. Bocah yang tak kukenal itu juga menempel di grup. Namun, sepertinya dia mulai kehilangan staminanya sehingga aku dengan mudah menyusulnya.
Aku mempertahankan akselerasiku dan melewati Faishal dan Arya juga. Pada lap ke-28,hanya Gabriel yang masih berada di depanku. Dengan hanya tinggal 3 lap lagi, aku mulai memperkecil ketertinggalanku. Sementara itu Gabriel tetap berlari dan mendorong lebih keras untuk melakukan segalanya untuk mengguncang pesaingnya. Namun ia juga disalip olehku menjelang akhir lap ke-29.
Aku pusing karena kegembiraan tetapi aku tetap mempertahankan langkahku yang cepat. Aku terus berlari di sepanjang trek tanah liat berwarna coklat di stadion. Aku tentu saja tidak punya niat untuk kehilangan keunggulan ku.
Paku di bawah sepatuku mencengkram bumi dalam ritme yang stabil. Langkahku seperti menjadi lirik lagu asli yang kumainkan untuk penonton dan para pelatih yang menonton dari pinggir lapangan. Keringatku sudah menetes lama dan mulai mengalir di kulitku.
Aku telah jogging rata-rata lima mil setiap hari selama dua minggu sebelum perjalananku ke sini. Kebugaranku bisa bertahan melawan beberapa lap tersisa di sekitar lapangan.
Namun pada awal putaran ke 31, aku melihat bayangan melintas dan meninggalkanku dalam debu. Yah siapa lagi kalau bukan anak ajaib, Arya yang telah menyusulku dengan hanya sekitar 800meter lagi untuk balapan ini selesai.
‘Sial’ umpatku dalam hati.
Aku juga mempercepat langkahku untuk mengejarnya,namun gagal.
‘Sial, sial apa aku akan kalah?’ geramku dengan mata marah membara.
Aku bekerja semakin keras untuk meningkatkan kecepatanku. Rasa sakit di anggota tubuhnya adalah lautan kedalaman yang tidak dapat diketahui dan bagai binatang buas yang mengintai. Tapi aku mengabaikannya dan terus mengejar bayangan Arya.
Perasaan putus asa menyelimuti diriku. Aku merasa kakiku menjadi berat seperti terbebani oleh timah.
‘Aku harus memenangkan ini bagaimanapun caranya.’ Geramku dalam hati dengan mata yang semakin membara.
Aku menggunakan semua energi cadangan yang tidak pernah dia duga sebelumnya dan berakselerasi dengan cepat secara instan.
---- ----
Pelatih Andreas berdiri di sela-sela menonton balapan. Dia sangat tertarik pada kelompok keempat yang terdiri dari dua anak laki-laki yang sangat menarik yang sebelumnya di perhatikan oleh para pramuka Jakarta Sports City. Mereka semua berpartisipasi dalam turnamen regional U-14. Arya Bathara telah menjadi pemain terbaik dalam kompetisi sekolah menengah yang diadakan di Malang pada awal tahun. Anak laki-laki lainnya, Nero Juniar, pernah menjadi kapten sebuah sekolah di Kembangan. Dia juga telah memenangkan penghargaan pemain terbaik 2008 di regional Jakarta U-14.
Kedua anak laki-laki itu tidak mengecewakannya.
“Bathara, anak itu akan memenangkan lomba ini.” Pelatih Rian berbicara dari sebelah kirinya.
“Nero dan sisanya sudah habis stamina dan tidak memiliki kesempatan untuk mengejar ketertinggalan.” Tambahnya.
“Mari kita tunggu dan lihat.” Pelatih Andreas tersenyum.
“Sebuah kompetisi tidak pernah dimenangkan sampai akhir kompetisi.” Katanya. Dia fokus kembali pada bentuk lari dari Arya dan Nero.
Hasil balapan tampak seperti sudah ketahuan pasti siapa yang menang setelah tikungan terakhir. Arya dengan gembira menuju garis finish sementara aku dengan mati-matian mengejar. Namun dengan setengah putaran tersisa, aku dengan segenap tenaga memaksakan tubuhku dan berlari kencang seperti meniru kuda yang berlari sangat kencang.
Dengan 30 meter tersisa, secara ajaib aku berakselerasi melewati Arya sebelum melesat ke garis finish. Aku tidak melirik orang-orang dibelakangku ataupun para pelatih di pinggir lapangan, fokusku tetap terpaku pada garis finish sampai aku memenangkan perlombaan.
---- ----
“Karvin,Ryandi,Kevin,Toni,Raihan,Faishal,Gabriel,Fiqih,Hilmy,Arya dan Nero.” Pelatih Andreas menutup note booknya setelah membacakan nama-nama pemain dengan catatan waktu terbaik dalam balapan tersebut.
Seperti yang dijanjikan, pelatih Andreas hanya memilih 26 anak laki-laki di antara mereka yang berkumpul. Mereka yang Namanya dipanggil oleh pelatih Andreas memasuki lingkaran tengah lapangan sebagai bagian dari kelompok yang dipilih unutk kembali ke pertandingan uji coba pada hari berikutnya.
Namaku adalah yang terakhir dipanggil karena aku memiliki waktu terbaik di seluruh grup. Pelatih Andreas membacakan daftar pemenang itu dalam urutan dari yang terlambat hingga tercepat. Aku terhuyung-huyung ke lingkaran tengah, mendapatkan beberapa kerutan dan hmmph dari orang – orang seperti Raihan dan mantan teman sekelasnya Toni dan Kevin.
Aku memperhatikan bahwa mata sebagian besar pemain yang dipilih tertuju kepadaku, tidak seperti sebelumnya. Tapi aku mengabaikan mereka semua dan menemukan tempat kosong untuk di duduki. Aku masih harus memeriksa hasil misi sistemku.
Di akhir balapan, aku terlalu lelah bahkan untuk mengangkat satu jari saja. Aku telah memutuskan untuk beristirahat selama beberapa menit; namun, para pelatih telah memanggil semua orang untuk mengambil bagian dalam pertemuan pasca balapan.
Baru kemudian setelah itu aku mendapatkan waktu untuk membuka antarmuka pengguna system. Aku sudah memastikan bahwa itu tidak akan terlihat oleh orang lain. Jadi aku dengan berani membuka tab misi dan melihat pencapaianku.
----
Mastery Quest
4 Pesan Baru
Selamat
-Kamu telah menyelesaikan tugas pertama dalam misi serial – Uji coba Sepak Bola pemuda di Jakarta (Jadilah yang pertama dalam ujian kebugaran fisik di uji coba tersebut.)
----
-Hadiah Misi.
1. Elixir Peningkat kelincahan Rank B (Tersedia di toko system; Untuk sementara tidak terkunci. Pengguna harus mengkonsumsi obat tersebut dalam waktu 10 detik setelah dikeluarkan dari toko system.)
----
Ringkasan Misi
Tugas 1 : Menjadi yang pertama dalam pengujian kebugaran fisik di Uji coba sepak bola. (Selesai balapan dalam catatan waktu 39,18 menit; Rating A+)
----
-Peringkat Misi Keseluruhan : N/A (Tersedia di akhir uji coba)
----
Hadiah Bonus
Kamu telah mendapatkan bonus 2 EXP Poin.
****
Akhirnya aku melihat bahwa aku telah menyelesaikan misi system dengan nilai A+
Namun tentu saja aku tidak membuka toko system untuk mengakses hadiahku sekarang. Aku menutup system dan melihat ke atas hanya untuk melihat anak laki-laki yang tidak dipilih berbaris keluar dari lapangan dengan ekspresi sedih. Aku tidak bisa mengingat saat-saat aku menjadi bagian dari kelompok itu di kehidupanku sebelumnya.
Aku menghela nafas simpati.
Pada titik ini di kehidupan masa lalunya, aku telah kembali ke bekas sekolahku di Jakarta barat tanpa harapan untuk menjadi pemain sepak bola professional. Aku telah ditolak oleh tim sekolah setelah itu karena cedera pergelangan kakinya yang berulang. Tapi sekarang, aku telah lolos tahap pertama uji coba pemuda di Jakarta. Nasibku mulai berubah menjadi lebih baik.
‘Aku harus tampil lebih baik di pertandingan besok. Aku harus bisa pindah ke Eropa dan dengan serius mengembangkan karier ku di sana.’ Pikirku.
“Dengar semuanya.” Teriak pelatih Andreas begitu para pemain yang gagal meninggalkan stadion.
“Selamat telah lulus ujian pertama hari ini. Besok, beberapa pengintai terkenal akan berada di sini untuk menonton kamu tampil. Pastikan kamu di sini jam delapan. Jika tidak, kalian akan langsung didiskualifikasi.” Pelatih memperingatkan dengan sungguh-sungguh.
“Ada pertanyaan?” dia bertanya sambil melihat keseliling.
Bocah aneh yang juga menjadi bagian kelompok terdepan dalam perlombaan tadi langsung mengangkat tangannya.
“Ya.” Pelatih Andreas menunjuh ke arahnya.
“Beri tahu kami nama kamu terlebih dahulu sebelum mengajukan pertanyaan.”
“Nama saya Ryandi Ferdianur pak.” Kata anak itu.
“Apa yang akan terlibat dalam persidangan besok? Bagaimana kita harus bersiap?” dia bertanya.
‘Ryandi Ferdianur?, Dia adalah salah satu pengusaha ternama yang ada di masa laluku kan.? Kenapa dia ada disini? Dan kenapa dia tidak menjadi terkenal dengan fisik yang begitu bugar?.Tunggu. Sepertinya aku tahu kenapa. Dia adalah pemain yang menghilang sebelum dia pergi ke Eropa di kehidupanku sebelumnya. Ternyata menghilang dan malah menjadi salah satu pengusaha yang cukup sukses. ’ Pikirku.
Aku akhrinya mengerti kenapa aku tidak mengenali pemain yang sangat fit seperti dia. Ryandi Ferdianur telah menghilang dan diduga di bunuh di tangan preman lokal di Jakarta setelah dipilih oleh salah satu akademi bagus di Eropa. Semua pelatih di Jakarta sangat menyesal setelah mendengar kabar tersebut karena kehilangan bakat yang sangat muda seperti itu. Namun sepertinya itu tidak benar, mungkin ada alasan lain dia pergi menghilang dan muncul kembali sebagai pengusaha.
’Aku mungkin harus membantunya untuk tetap ke Eropa kali ini, sepertinya dia sangat bersemangat tentang sepak bola. Indonesia membutuhkan lebih banyak pemain seperti dia untuk turnamen internasional.’ Pikirku sambil melirik Ryandi.
“Hanya ada pertandingan uji coba besok.” Jawab Pelatih Andreas.
“Makan dengan baik, istirahat dengan baik, dan bersiaplah untuk tampil besok pagi. Itu saja.” Jawab Pelatih Andreas .
“Ada pertanyaan lagi?”
Semua pemain tetap diam.
“Oke, kalian di bubarkan.” Pelatih Andreas melambai dengan tidak sabar.
“Kita semua akan bertemu besok.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
ᵉLiˢ📴
7kl
2022-06-18
0
Rob&son🤗
semangat💪💪💪💪
2022-05-27
1
Rob&son🤗
mantap👍👍👍👍
2022-05-27
1