Aku dan beberapa teman yang masuk shift pagi berangkat bekerja bersama. Ah bukan bekerja. Kami masih harus training selama kurang lebih tujuh sampai sepuluh hari.
Seperti yang diperkenalkan kemarin, kami mampir ke warung makan milik Bu Yayuk. Ada berbagai macam sarapan seperti nasi uduk, nasi kuning, nasi bakar, atau nasi rames. Aku membeli paket lima ribu yang sudah termasuk gorengan dan satu gelas air mineral. Paket goceng namanya. Isinya ada nasi, tidak pake lauk seperti ayam atau ikan. Hanya ada nasi ditemani tumis dan satu tempe goreng atau bala-bala (bakwan). Segitu sudah cukup untuk aku yang masih harus menghemat uang untuk sekitar sebulan sampai dua bulan kedepan.
Selesai sarapan di warung Bu Yayuk kami melanjutkan berjalan menuju perusahaan.
Ada sih tukang ojek di pangkalan ojek yang kemarin diberi tau oleh leader yang memimpin perjalanan kami. Tapi lebih enak jalan ramai-ramai. Seru. Sambil olahraga pagi juga.
Sampai di gerbang perusahaan, kami diarahkan agar menuju ke aula terbuka. Pak satpam paham kami yang berbaju hitam putih masih bukan seorang karyawan. Maka kami yang berbaju sama semua berkumpul di aula terbuka tersebut sambil menunggu pengarahan selanjutnya.
*****
Saat pertama kali masuk ruang produksi setelah beberapa pengarahan yang memakan waktu lama bahkan hingga waktu istirahat makan siang baru selesai tadi, aroma besi berkarat langsung masuk ke penciumanku. Mungkin itu bau besi tua yang telah berdiri kokoh untuk perusahaan ini hingga umur tujuh puluh tahunan.
Toilet dan keran air minum tersedia di masing-masing bagian produksi. Dan aku mendapat bagian dalam salah satu bagian di bagian pertama dalam roses produksi disini. Proses pertama produksi. Berjalannya produksi adalah tergantung pada bagaimana kondisi bagian kami bekerja. Kalau diibaratkan menjahit, bagianku adalah membuat pola dan memotong bahan mungkin. Semacam itu kira-kira.
Aku diperkenalkan pada leader yang akan menjadi leader-ku untuk waktu kedepannya. Setelah berkeliling memperkenalkan aku pada rekan-rekan yang satu naungan dibawah pimpinan bapak Suparman, aku di berikan tugas sesuai yang aku dapat di ruang training tadi pagi. Aku butuh proses tersendiri untuk mengerjakan pekerjaan yang sedang aku pandangi kini. Memang, dalam teori aku sudah hafal diluar kepala, tapi nyatanya untuk mempraktikkannya aku tetap memerlukan bimbingan tersendiri. Aku kuwalahan. Kalian sama sepertiku tidak? Teori paham tapi jika disuruh mempraktikkannya akan berpikir dua sampai tiga kali lagi untuk memahami? Apa hanya aku? Hahaha... Memang begitu aku. Apalagi ini hari kerja pertamaku. Sebisa mungkin aku tak akan membuat kesalahan walau rasa gugup terus menjalar di sekujur tubuhku.
"Hai, Airy. Selamat datang di one piece flow." Sapa seorang yang baru saja menghampiriku.
"Terimakasih." Balasku sesopan mungkin. Meskipun dia terlihat seumuran denganku, namun sebagai orang baru aku harus hormat pada orang lama, bukan?
Oh ya, one piece flow yang disebutkan tadi adalah bagianku. Bagian pertama yang ku maksudkan tadi. Untuk kedepannya mungkin aku akan banyak menyebutnya lagi.
"Namaku Eva." Aku tersadar dari lamunanku. Untung saja aku masih sempat mendengar namanya. Eva.
"Namaku Airy." Balasku tanpa basa-basi.
Bodohnya aku! Bukankah tadi Eva sudah memanggil namaku? Dia sudah tau namaku mengapa aku masih memperkenalkan diri?
Aku tersenyum canggung.
"Semoga betah disini. Kalau ada yang belum ngerti langsung tanya ke temen-temen disini aja. Kalau kiita nggak bisa nanti bisa tanya ke pak Superman."
"Pak Superman?" Tanyaku mengerutkan dahi karena bingung.
"Iya. Leader kita." Balas Eva sambil cekikikan.
"Suparman? Superman?" Dari sini aku mulai memiliki feeling, dan..
"Iya itu. Kita semua disini panggil dia emang pak Superman. Dia baik dan suka becanda. Nggak bakal sakit hati kalau dibecandaain. Jangan takut meskipun kelihatannya sangar." Cerita Eva panjang lebar.
"Hehe, iya." Balasku.
"Ah ya, aku kenalin disini ada siapa aja. Itu ibu Dena. Yang itu teh Ipeh. Yang itu kakek, lihat deh dia udah tua kan? Udah ubanan. Haha.. kalau yang itu bapak Sapri. Dan yang gayanya kayak bos itu om Japar." Eva mulai memperkenalkan rekan-rekan baruku sesekali diselingi tawa riang dengan suaranya yang sedikit serak.
Eva terus berceloteh menceritakan hal-hal yang terdengar menarik selama dia bekerja disini.
Setelah sedikit banyak mengobrol dengan Eva, aku tau kalau Eva, Risa dan Uci juga baru lulus tahun ini sama seperti aku. Bedanya mereka memang asli orang sini, bahkan sebelum ijazah keluar mereka sudah bekerja disini. Sudah sekitar tiga bulan lamanya.
Dari cerita Eva, aku tau bahwa meskipun teh Ipeh terlihat sama dewasanya dengan ibu Dena, tapi teh Ipeh belum menikah. Berbeda dengan ibu Dena yang umur pernikahannya sudah menginjak tahun ke tiga. Maka aku tidak boleh sembarang bicara apalagi sampai menyinggung perasaan teh Ipeh. Itulah satu hal yang harus paling aku ingat.
Kalau kakek dia suka nyanyi sambil kerja, biar nggak ngantuk katanya. Bahkan seringkali ditengah-tengah jam kerja dia pergi menyeduh kopi dan nongkrong di dekat toilet. Kenapa di dekat toilet? Karena saat jam kerja hanya toiletlah tempat yang boleh dikunjungi selain ruang produksi. Masa mau ngopi dikantin saat jam kerja? sudah pasti ada security. Dan biasanya kalau dia mau nyanyi akan mengajak teman duet seperti saat ini.
"Neng Risa, hayuk sini dangdutan sama kakek."
Dan dengan senang hati Risa mengiyakan. Duet mereka menjadi hiburan tersendiri bagiku. Mereka bukan satu keluarga, tapi mereka terlihat serasi dan kompak. Maka aku berpikir bawa aku juga harus secepatnya membaur dengan mereka agar aku tidak dicap autis.
Kalau om Japar seperti yang Eva katakan, dia bertingkah layaknya dia adalah bosnya. Bahkan dia suka nyuruh-nyuruh pak Superman. Eits...tapi cuma becanda kok, nggak seserius itu. Dia lumayan lucu orangnya, tapi laki-laki jangkung ini sering membicarakan hal-hal jorok. Dan aku tau aku harus sedikit memberi jarak dengan om Japar. Aku juga masih mempunyai rasa malu untuk mendengar hal-hal jorok tersebut.
Dan masih banyak lagi yang Eva ceritakan. Tapi aku skip saja lah cerita tentang Uci, Risa, teh Feby, teh Teti, teh Kokom, teh Adah, dan masih banyak lagi, biar nggak kebanyakan.
Oke baiklah. Sekarang aku sudah masuk tempat produksi jadi aku harus memproduksi, bukan melamun atau mengobrol tanpa bekerja.
Aku mengambil alat yang seharusnya aku gunakan ketika aku bekerja. Sekali dua kali Eva memberiku pengarahan agar pekerjaanku bisa efisien, sehingga bagian conveyor tidak mengalami masalah seperti harus menunggu.
Aku sedang berpikir 'teman-teman disini terlihat menyenangkan dan ramah. Gimana ya kondisi teman-teman satu kost ku pada bagian mereka masing-masing?'. ketika itu aku memikirkan teman-teman satu kost ku, seketika aku melihat bayangan putih lewat depan meja tempatku melakukan pekerjaanku. Aku mundur secara insting. Dadaku naik turun. Jantungku berdegup bahkn hingga berkali-kali lipat lebih cepat dari biasanya.
Apa itu? Aku yakin sekali itu bukan makhluk sebangsa kami seorang manusia. Memang setahuku aku tidak bisa melihat hal-hal yang tidak seharusnya aku lihat. Aku bahkan sama sekali tidak ingin memiliki kemampuan dapat melihat makhluk astral.
Aku seperti seorang linglung. Kemana perginya Eva yang sejak tadi mengajakku ngobrol? Lalu kenapa makhluk tadi melintas di depanku? Jika benar adalah makhluk astral, apakah aku telah mengganggu atau menyinggung keberadaannya?
Keringat membasahi sekujur tubuhku. Telapak tangan yang basah aku remas dengan kencang. Masih berpikiran yang tidak masuk akal, tiba-tiba pundakku ditepuk dari belakang.
Satu detik. Dua detik. Tiga detik aku masih diam. Aku menimang akan berbalik badan atau tidak. Bagaimana jika yang menepuk bahuku adalah sosok putih tadi yang aku lihat.
Ketika aku membuka mulut ingin berteriak, sebuah tangan besar tiba-tiba menutup mulutku cepat. Setelah mengumpulkan keberanian, aku membuka mataku dan menatap seorang yang tadi mengagetkanku sekarang ada di hadapanku.
"Maaf." Ucap seorang itu.
Aku tak menjawab karena bingung. Juga pikiranku masih melayang entah kemana.
Seorang yang tengah berdiri di depanku meraih kedua tanganku dan menggenggamnya lembut. Entah kenapa aku tidak menolak genggaman tangan asing itu.
"Aku Zaki. Aku karyawan magang disini. Maaf aku ngagetin kamu tadi. Tapi untuk yang kamu lihat barusan aku juga melihatnya." Tutur seorang yang mengaku bernama Zaki itu.
Aku melotot melebarkan mataku penuh. Manatap menyelidik pada Zaki 'jadi benar itu makhluk astral?'
Sepeti bisa membaca pikiranku. Zaki menganggukkan kepalanya. "Iya benar. Jangan lepasin tangan kamu dan lihat ke pipa yang ada diatas baris ketiga dari tempat kamu berdiri."
Entah kenapa lagi-lagi aku tidak menolak. Aku meremas tangan Zaki yang masih setia menggenggam tanganku. Lalu aku perlahan menuruti perkataannya.
Aku menengadah dan perlahan menghitung pipa untuk menemukan jawaban atas apa yang dikatakan Zaki.
Lagi-lagi aku memundurkan diriku seolah dengan mundur aku akan terbebas dari situasi ini. Namun Zaki menahan langkahku.
"Nggak usah takut. Mereka ada disini jauh lebih lama sebelum kita datang. Wajar jika mereka sekedar ingin berkenalan sama orang baru." Terselip nada humor didalamnya, namun aku malah menjadi semakin takut.
Bagaimana aku tidak takut? Apa tadi dia bilang aku harus berkenalan dengan makhluk astral yang bahkan aku belum pernah melihatnya seumur hidupku, sebelum hari ini tentunya.
Jika kalian jadi aku, apa kalian tidak akan takut melihat sosok-sosok putih itu bergelayutan di pipa diatas tempat kita bekerja. Ada juga yang duduk di pipa dan mengayunkan kakinya sambil tertawa-tawa. Dan yang paling menyeramkan adalah, ketika aku melihat mereka yang berpakaian putih itu, aku merasa jauh dari rekan-rekan kerjaku. Seolah rekan-rekan kerjaku dibuat tuli jika aku berteriak meminta tolong. Atau seakan dibuat buta agar tidak melihat diriku yang ketakutan akibat makhluk astral itu.
Aku jadi kepikiran 'Tempat apa ini sebelum dijadikan pabrik otomotif ini? Atau jangan-jangan kuburan mati atau semacamnya seperti di film-film horor yang pernah aku tonton?'
"Aku harus kembali bekerja. Kamu nggak perlu takut. Kalau kamu takut mereka akan semakin mengganggumu. Tapi kamu juga harus hati-hati. Kita akan ketemu lagi."
Tanpa menunggu aku berkata-kata atau membalas kalimatnya, Zaki sudah pergi.
Tunggu! Aku bahkan tidak memberitahu dia siapa namaku. Ya sudah, lagipula dia tidak bertanya, kan?
Ah benar juga. Seragam kita sama. Hitam putih.
*****
Nahlo...mulai muncul kan makhluk yang bikin takut.
Kalian tebak, yang dimaksud sosok putih itu apa ya kira-kira? Kayaknya udah banyak yang tau sih, haha..
Yuk ceritain pengalaman kalian mengenai sosok putih itu kalo kalian pernah menemui. Tulis di kolom komentar ya teman-teman. Jangan lupa klik suka. Terimakasih sebelumnya.
See yaa..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Andini marlang
paling zacky si makhluk astral nya..... ahh kepo kan😌 lanjut baca aja... slm knl ya thour 🤗🤗
2023-10-29
0