Santi saat ini masih menatap Zen dengan tatapan yang penuh selidik. Namun Zen yang berada hadapannya sepertinya masih acuh tak acuh melihat perilaku dari Santi, karena Zen saat ini masih menunjukan wajah datarnya sambil menguap karena merasa sudah bosan.
“Mengapa selalu saja ada yang menghalangi diriku saat ingin pulang menuju kediamanku” Kata Zen yang saat ini sedang menatap seorang wanita yang masih menghalanginya hingga saat ini.
Zen sangat bingung, mengapa setiap dirinya akan kembali menuju kediamannya, ada saja beberapa orang yang akan mengganggu perjalanannya dan tentu membuatnya sedikit kesal, karena memang dirinya sudah sangat malas dan ingin segera bermalasan.
Namun Santi masihlah tidak bergeming dan terus menatap Zen dengan tatapan yang tajam. Tatapan yang dia berikan itu, seakan membuat mata miliknya akan mengeluarkan sebuah laser dan bisa membunuh Zen yang berdiri tepat dihadapannya.
“Aku akan bertanya sekali lagi, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku?” Kata Santi kembali, namun saat ini dirinya mulai maju mendekatkan dirinya kearah Zen.
“Apa yang kamu katakan? Aku tidak mengenal anak buahmu” balas Zen dengan wajah datarnya.
“Lalu mengapa mereka semua pingsan saat sedang mengawasimu?” tanya Santi yang saat ini tidak sadar, bahwa dirinya baru saja memaparkan bahwa dia mengirim beberapa anak buahnya untuk mengawasi pergerakan Zen.
Emosi, itulah yang sedang dirasakan oleh Santi saat ini, dengan apa yang terjadi pada anak buahnya. Dirinya yang merupakan atasan mereka, merasa tidak becus dalam menjaga mereka. Bahkan dalam kasus yang sedang dia selidiki saat ini, beberapa anak buahnya hampir celaka akibat mengikuti seseorang yang saat ini sangat dicurigai oleh Santi.
“Mengawasiku? Apa sebenarnya yang anda bicaraka Nona Santi... apakah anda mengirimkan seseorang untuk mengawasiku?” tanya Zen dengan raut wajah kebingungannya.
Santi sedikit terkejut dengan jawaban Zen. Tentu dia sangat terkejut bahwa dia sudah membongkar sebuah rahasia kepadanya, tetapi Santi juga merasakan bahwa Zen saat ini sepertinya tidak mengetahui apapun tentang apa yang sedang dirinya bicarakan kepadanya.
Santi tidak tahu lagi harus bertanya apa, karena perasaannya saat ini mengatakan bahwa Zen ada sangkut pautnya dengan masalah yang sedang diselidikinya dan pingsannya anak buahnya. Namun disisi lain, dia bimbang karena dirinya merasa Zen masihlah tidak membohonginya dan berkata yang sebenarnya.
Setelah perkataan Zen yang membuat Santi sangat bimbang, tempat mereka berdiri saat ini akhirnya mulai sunyi, dengan sepasang manusia yang masih saling bertatapan satu sama lainnya dan bisa dikatakan jarak mereka berdiri sangatlah dekat.
Jika dari kejauhan, pastilah adegan mereka tersebut bisa dikatakan sebagai tatapan sepasang kekasih yang saling mengagumi satu sama lainnya. Tetapi jika dilihat dari jarak dekat, bisa dilihat bahwa sang wanita sedang menatap pria didepannya dengan tatapan yang bimbang dan sang pria sedang menatap malas kepada sang wanita.
Kegiatan mereka itu akhirnya harus mereka sudahi, karena sebuah suara ponsel yang berasal dari salah atau dari mereka mulai mengganggu kegiatan mereka tersebut.
“Halo... Kapten Santi Wijaya disini” Balas Santi yang langsung mengangkat ponselnya dan mendengar dengan perlahan seseorang yang saat ini sedang berbicara dengannya.
“Apa... kebakaran?!” teriak Santi setelah mendengar penuturan orang yang sedang berbicara dengannya itu.
Santi tentu saja langsung berlari menuju lokasi yang diberitahukan kepadanya, tanpa menghiraukan keberadaan Zen yang masih menatapnya dan mulai meninggalkan dirinya yang masih berdiri dengan tenang ditempatnya dan menatap kepergian dari Santi dengan tatapan datarnya.
Jika dari kejauhan, pastilah adegan mereka saat ini merupakan adegan perpisahan, yang dimana sang wanita lebih memilih memutuskan hubungannya dengan sang pria yang berada dihadapannya dan lebih memilih berhubungan dengan pria yang baru saja menelponnya.
“Huff... Kepekaan dirinya sangat mengerikan” gumam Zen sambil menghembuskan nafas leganya dan memutuskan untuk mulai melanjutkan perjalanannya menuju kediaman miliknya.
Setiap manusia memiliki setidaknya sebuah kemampuan unik didalam diri mereka, termasuk Santi. Santi terlahir dengan Kepekaan yang sangat tinggi, bahkan jika para Dewa salah melangkah maka Kepekaan Santi akan mudah untuk bisa menjerat mereka.
Maka dari itu, Zen sedari tadi berusaha untuk tetap tenang menghadapi kepekaan milik Santi yang bisa dikatakan sangat sempurna, jika seandainya Santi bisa menggunakan kemampuannya itu dengan benar dalam membantu dirinya dalam pekerjaannya.
“Tunggu, dimana para kecoa yang mengikuti wanita polisi itu?” kata Zen sambil mencoba merasakan keberadaan beberapa orang.
Anehnya, Zen tidak bisa menemukan orang-orang yang kemarin dengan jelas mengikuti Santi. Entah dimana mereka sekarang, namun Zen memilih untuk menghiraukan saja keberadaan mereka, karena menurut Zen mereka tidaklah penting sama sekali.
“Sudahlah, mari kita pulang” gumam Zen kembali dan mulai melangkahkan kakinya menuju gedung apartemennya dengan gestur malasnya.
Tentu, jika dari kejauhan, adegan dirinya pergi dengan gestur gerakannya yang malas itu, akan membuat beberapa orang mengira bahwa pria yang sudah diputuskan oleh wanita yang memutuskan hubungan dengannya tadi, hanya bisa menerima kenyataan dan pulang kembali menuju kediamannya dengan hati yang sudah sangat rapuh.
Keesokan harinya, Zen sudah berangkat pergi bekerja seperti biasanya. Namun disaat sela-sela pekerjaan yang sedang dilakukannya, saat ini seorang wanita sedang menatap dirinya dengan tatapan yang tajam.
Zen tentu saja mulai menghela nafasnya atas kejadian yang dialaminya saat ini, karena mungkin sekarang para wanita tidak akan menghalangi jalannya saja namun menatap dirinya dengan tatapan yang tajam penuh selidik.
“Kakak tidak melakukan itu bukan?” tanya Angel kemudian.
“Melakukan apa?” balas Zen dengan nada malasnya.
“Membakar kediaman orang yang menculikku tadi malam” bisik Angel kepada Zen.
“Cih... aku hanya menyelamatkanmu saja tadi malam. Dan tidak ada sangkut pautnya dengan kebakaran dari kediaman itu” Balas Zen berbohong, yang membuat Angel sedikit lega mendengar perkataan Zen yang berkata bahwa dia tidak membakar kediaman orang-orang yang menculiknya tadi malam.
Tentu Angel sudah berterimakasih kepada Zen dan bahkan memeluknya dengan erat tadi, disaat dirinya baru mulai bekerja dan membuat beberapa karyawan dari mini market ini salah paham dengan hubungan mereka berdua saat ini.
Angel juga sudah mendengar fakta tentang apa yang terjadi kepadanya tadi malam, bahkan sangat berterima kasih kepada Zen karena sudah menyelamatkan dirinya, dari seorang pria mesum yang hendak menjadikannya pemuas nafsu.
“Namun mengapa waktunya sangat tepat setelah kejadian yang aku alami?” gumam Angel namun perkataannya itu masih bisa didengar oleh Zen.
“Lihatlah... itu disebabkan oleh korsleting listrik” balas Zen sambil menunjuk sebuah headline berita yang saat ini sedang ditayangkan di sebuah stasiun televisi.
Sebenarnya, entah mengapa berita kebakaran itu dibuat sangat besar oleh para stasiun televisi yang menayangkan berita tersebut. Namun ternyata, karena karena orang yang menjadi korban dari kebakaran itu cukup dikenal, membuat para stasiun televisi menayangkan beritanya dengan cara yang sangat luar biasa.
“Saya saat ini berada tepat di lokasi kebakarannya Pemirsa. Yang dimana, lokasi ini merupakan kediaman dari anak seorang pengusaha ternama di Negeri ini” kata seorang reporter yang dengan serius membawakan liputannya dan sedang ditonton oleh Zen dan Angel melalui saluran televisi pada tempat kerja mereka.
Berita itu mulai dilanjutkan dengan pernyataan polisi yang memberitahukan penyebab kebakaran dari tempat itu dan membuat Zen baru menyadari sesuatu, bahwa pihak polisi yang sedang memberi pernyataan itu merupakan Santi.
“Oh... aku mengenal Bu Polisi itu” kata Angel yang tentu mengenal siapa Santi.
“Heh... benarkah?” balas Zen dan dijawab anggukan oleh Angel dan menceritakan bagaimana dirinya bertemu dengan Santi, termasuk saat Santi menanyakan tentang keberadaan Ayahnya.
Mereka berdua terus memantau berita tersebut, hingga akhirnya seorang pelanggan wanita mulai memasuki mini market tempat mereka berdua bekerja. Tentu saja Zen dan Angel menyapa pelanggan tersebut dengan ramah. Namun seperti biasa, sapaan mereka dihiraukan olehnya.
Zen tentu saja kembali melihat berita yang sedang ditayangkan itu, dan memastikan apakah dirinya meninggalkan sebuah jejak atau bukti yang bisa mengarahkan dirinya menjadi tersangka dari kebakaran itu atau sebaliknya.
“Hm... sepertinya Bari melakukan tugasnya dengan baik” gumam Zen karena melihat sepertinya pihak polisi juga sudah menyatakan sebab kebakaran itu, yang merupakan korsleting listrik.
Tetapi anehnya, dalam laporan yang dinyatakan oleh Santi yang masih memberikan sebuah pernyataan pers, hanya ditemukan mayat Kevin saja didalam kamar miliknya dan beberapa pengawalnya dikamar lain yang sudah hangus terbakar.
“Sepertinya mereka mencoba menyembunyikan fakta ya...” gumam Zen, hingga akhirnya dirinya menyudahi kegiatannya dan mulai melayani pelanggan wanita yang tadi masuk kedalam mini market ini dan akan membayar barang yang sudah dibawanya.
“Tuan Zen” kata wanita itu yang melihat seorang pria yang dikenalnya sedang melayani belanjaannya.
Tentu saja Angel yang masih melihat berita yang sedang dia tonton, langsung mengalihkan pandangannya kearah seorang wanita, setelah dirinya mendengar nama dari rekan kerjanya sedang dipanggil oleh wanita tersebut.
Seorang wanita dengan pakaian kantornya yang rapi saat ini sedang menatap Zen dengan tatapan tidak percaya. Namun Zen disisi lain masih tetap tenang mendengar seseorang wanita memanggilnya dan mulai menatapnya sejenak.
“Apakah anda mengenal saya?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 451 Episodes
Comments
Melvin430
kita?
2022-10-22
0
XiaoYan
mcnya aja kek gitu awal2 malas makanya novelnya gak banyak yang mampir
2022-05-14
0
Aletha Mulle
lanjut
2022-04-14
0