Hari akhirnya berganti dan Zen saat ini sudah keluar dari gedung apartemennya dan sedang berjalan menuju tempat kerjanya. Tetapi berbeda dengan perjalanannya seperti hari-hari sebelumnya, pagi ini Zen bisa merasakan beberapa orang sedang mengawasinya.
Tentu saja Zen mengetahui siapa orang-orang tersebut, termasuk siapa yang menyuruh mereka. Namun saat ini Zen sangat malas meladeni perkara yang sedang dia rasakan itu dan lebih memilih untuk melanjutkan perjalananya.
Setelah sampai ditempat kerjanya, dengan tekun Zen mulai mengerjakan tugasnya. Mulai dari menyusun produk yang akan dijual, bahkan ikut membersihkan seluruh area mini market tempatnya bekerja. Beberapa pekerja juga berinteraksi dengannya, namun Zen hanya membalas mereka dengan kesan malas seperti biasa.
“Hahh... kapan ini berakhir” gumam Zen yang kini sudah berada dibalik meja kasirnya.
Beberapa staf mini market yang mendengar keluhan Zen itu mulai menertawakannya, karena memang sifat Zen yang seperti itu sangat menghibur menurut mereka. Bahkan saat ini beberapa karyawan yang bekerja di sana, sudah terbiasa dengan sifat Zen dan tidak mempermasalahkannya.
“Lalu, bagaimana dengan progres hubunganmu dengan Angel, Zen?” tanya sesama karyawan yang saat ini sedang mengobrol dengan Zen.
“Progres hubungan? Apa maksud kalian?” tanya Zen bingung.
“Ya... sekarang status hubunganmu dengan Angel seperti apa? Karena setahu kami, Angel sangat dekat denganmu” balas seseorang lagi.
“Kami hanya teman” balas Zen singkat dan mendapatkan helaan nafas dari berbagai orang yang sedang mengobrol dengannya.
“Kasihan Angel, padahal jelas-jelas dirinya mempunyai perasaan untuk orang malas ini, tetapi sepertinya orang ini terlalu kaku” bisik salah satu orang kepada rekan disampingnya, walaupun suara yang dia keluarkan cukup keras, untuk sekedar didengar oleh Zen.
Tentu saja Zen langsung menatap acuh orang yang sedang membicarakan dirinya, namun orang itu malah tersenyum saja kepadanya. Hingga akhirnya, pembicaraan mereka terhenti karena tempat ini sudah mulai ramai dengan pelanggan.
Disisi lain, hari-hari Angel dilalui seperti biasanya, tetapi saat ini ada sesuatu yang mengganjal dibenaknya tentang perasaannya. Tentu sangat benar perkataan karyawan mini market tentang Angel yang mempunyai rasa suka terhadap Zen.
Awalnya, Angel menganggap pria itu sebagai orang yang aneh, karena kerjaannya hanya bermalasan saja. Namun berbeda saat Angel semakin mengenal Zen, karena sebenarnya dirinya cukuplah ramah.
Bukan dirinya saja yang merasa seperti itu, tetapi beberapa karyawan pada mini market tempatnya bekerja juga merasakan demikian. Zen bekerja dengan tekun, dan selalu menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya dengan baik, tetapi tindakannya dalam melakukan itu yang terlihat seakan Zen tidak niat melakukannya.
“Apakah aku menyimpan saja perasaanku ini” gumam Angel yang saat ini sedang memikirkan sesuatu sambil berjalan menuju tempat kerjanya.
Berkat makan malam menyesakkan yang dia alami dulu, perasaan cinta didalam diri Angel kepada Zen mulai tumbuh. Namun semua itu sudah terlambat untuknya, karena dirinya akan meninggalkan kota ini dan pergi menuju Jakarta.
Beasiswa yang didapatkan Angel, membuatnya mau tidak mau harus meninggalkan kota ini dan memulai hidup barunya sebagai mahasiswa disebuah tempat yang baru. Tentu saja Angel sangat sedih, apalagi harus berpisah dengan kota tempat tinggalnya dan terutama harus berpisah dengan Zen.
“Oh.. kamu sudah datang Angel” kata seorang karyawan yang menyapa Angel, setelah dirinya sudah sampai ditempat kerjanya.
“Iya Kak... Kalau begitu Angel masuk dulu” sapa Angel membalas rekannya itu dan mulai memasuki tempat kerjanya.
Angel mulai masuk kedalam lokernya dan mengganti pakaiannya, lalu setelah dirinya sudah bersiap, akhirnya Angel mulai menuju ketempat dirinya memulai pekerjaannya, yaitu dimeja kasir dari mini market ini.
Tentu pemandangan Zen yang berada di meja kasir tempatnya berada seperti biasa, membuat jantung Angel berdebar-debar. Namun bukan karena dia mengagumi sosok Zen, tapi berdebar karena emosi melihat beberapa wanita saat ini sedang meminta nomor ponsel dari Zen.
“Maafkan aku Kak, tetapi aku tidak punya ponsel” Jawab Zen yang seakan dirinya sudah menghafalkan jawaban tersebut jika beberapa orang memintai nomor telfonnya, karena jawaban yang dia berikan selalu saja sama.
“Siang Kak Zen” Kata Angel yang menyapa Zen setelah wanita yang memintai nomor Zen tadi sudah meninggalkan mini market ini.
“Oh... Halo Angel” balas Zen.
Memang Zen belum melakukan ritualnya, yaitu bersantai di atas meja kasirnya karena saat ini terlihat masih banyak pelanggan yang sedang memilih milih barang yang akan mereka beli.
Hingga seorang pria dengan tusuk gigi pada mulutnya sudah berada di meja kasir milik Angel. Pria itu terus mencuri pandang kearah Angel, bahkan dirinya terang-terangan melakukannya dan membuat Angel sedikit tidak nyaman diperlakukan seperti itu.
Bahkan saat Angel mengembalikan kembalian pria itu, tangannya langsung dipegang olehnya dan Angel langsung menarik tangannya dengan cepat karena tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Pria itu tidak berhenti sampai disitu, bahkan dirinya mulai mengedipkan sebelah matanya kearah Angel sebelum dirinya beranjak dari sana.
“Dasar sampah” gumam Angel melihat kepergian orang mesum tersebut.
Tetapi perasaan kesal dari Angel itu mulai mereda, setelah melihat Zen yang menatap tajam pria tersebut, seakan sedang membelanya dari perlakuan yang dirinya dapatkan dari orang yang melecehkan dirinya tadi.
“Kamu tidak apa-apa?” kata Zen yang langsung menatap Angel yang berada disebelahnya.
Angel tentu sangat terkejut melihat Zen seperti itu, karena ini pertama kalinya Zen terlihat mengkhawatirkan dirinya. Namun Angel sebisa mungkin untuk tetap tenang dan hanya mengangguk menjawab pertanyaan Zen.
Zen kembali tidak berkata apapun, namun pandangannya kembali menuju kearah luar dari mini market tempat mereka berkerja, seakan sedang menatap sesuatu.
“Hmm..... aura hawa nafsunya sangat kental” gumam Zen yang netra matanya terus menatap pria yang melecehkan Angel tadi.
Hari akhirnya berakhir, dimana Angel saat ini sedang mengganti pakaiannya dan hendak pulang menuju kediamannya. Namun anehnya, hari ini Zen sudah pulang terlebih dahulu dan tidak menunggu Angel seperti biasanya.
“Begitu ya... kalau begitu aku pulang ya Kak” Pamit Angel kepada salah satu rekan kerjanya, saat dirinya menanyakan keberadaan Zen, yang dimana Angel mendapatkan kabar bahwa Zen sudah pulang terlebih dahulu dari rekannya itu.
Zen memang sesekali akan menunggu beberapa rekannya untuk keluar dari tempat kerja mereka, sebelum akhirnya mereka berpisah menuju kediaman mereka masing-masing. Namun hari ini, sepertinya Zen sudah meninggalkan mereka dan pulang terlebih dahulu.
“Ya... hati-hati dijalan” balas rekan kerjanya itu dan mereka mulai berpisah dan menuju kediaman mereka masing-masing
Dengan perasaan sedih karena sudah terbiasa berpamitan kepada Zen, akhirnya Angel mulai berjalan menuju kediamannya. Suara langkah kakinya saat ini mulai menemaninya dalam perjalanannya kembali menuju kediamannya yang sunyi.
Namun anehnya, Angel merasakan perasaan tidak nyaman dan seakan saat ini dirinya sedang diikuti. Tetapi saat Angel menengok kearah belakangnya, dirinya tidak mendapati apapun.
“Apa hanya perasaanku saja ya” gumam Angel yang akhirnya mulai melanjutkan perjalanannya.
Memang letak kos-kosan dari Angel tidak jauh dari tempatnya bekerja. Namun dirinya harus melewati gang – gang kecil yang gelap dan sepi, untuk bolak balik dari kediamannya menuju tempat kerjanya.
Tetapi saat dirinya sudah melaju cukup jauh, tiba – tiba saja dari arah belakangnya sesosok siluet mulai muncul dari balik pohon dan mendekati Angel dengan perlahan. Saat dirinya sudah dekat, tentu Angel bisa merasakan keberadaannya, namun semuanya sudah terlambat
“Siapa ka- Mmmpphhh-Mmmpphhhh”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 451 Episodes
Comments
Aletha Mulle
lanjut
2022-04-14
0
sekedarnyasaja
koq makin kesini yg kasih like makin turun ya..,ayo dong mana like kalian semua biar author makin senang
2022-01-23
2