Beberapa orang mulai berkumpul mengelilingi tempat Zen dan Vero berada. Orang-orang itu saat ini memang awalnya mempunyai niat jahat kepada mereka, terutama Vero yang dimana akan menjadi sasaran empuk dari rencana mereka.
Mereka merupakan segerombolan preman yang berniat memalak orang-orang yang melewati jalanan ini, dan tidak sengaja melihat seorang wanita cantik yang sedang mengalami musibah dan hendak merampoknya, bahkan membuat wanita itu menjadi mainan mereka.
“S-Siapa kalian” kata Vero yang cukup terkejut melihat beberapa pria sudah mengepung dirinya.
Zen yang kedua tangannya masih berada dibahu Vero, akhirnya mulai melepaskannya lalu memasukan kembali pergelangan tangannya kedalam kantong jaketnya dan memperhatikan keadaan disekitar dirinya dengan tenang. Vero sendiri yang tersadar bahwa Zen sudah melepaskan bahunya, langsung berlindung dibalik tubuh Zen karena merasakan terintimidasi oleh orang-orang tersebut.
“Pergilah, aku sangat malas meladeni kalian” kata Zen dan langsung membuat semua orang yang berada di sana langsung tersenyum mengejek kepadanya.
Orang yang sebelumnya ditendang Zen dan tersungkur juga sudah bangun. Tetapi sesaat kemudian, dirinya langsung mengeluarkan sebuah pisau dan menodongkannya kearah Zen beserta Vero yang berada di sana.
“Cih... setelah kamu menendangku, kamu ingin kami pergi begitu saja?” katanya.
Zen memang bisa merasakan perasaan negatif dari seseorang, karena memang dirinya merupakan sifat negatif. Jadi sangat mudah bagi Zen merasakan sesuatu yang menyimpang disekitarnya, termasuk saat seseorang akan mencoba berbuat jahat kearah Vero tadi.
Awalnya Zen memang tidak ingin membantu Vero, namun karena Vero menghadang perjalanannya, terpaksa Zen membuatnya menghindar. Namun karena orang yang berniat jahat itu sudah berada dibelakang Vero, akhirnya membuat Zen terpaksa menyingkirkannya juga karena dirinya ikut menghalangi perjalanannya.
Niat awalnya Zen ingin langsung beranjak dari sana, namun naasnya segerombolan kawan dari orang yang dia tendang tadi malah sudah mengepung dirinya dan membuatnya sedikit kesal, karena banyak sekali orang yang akan menghalangi jalannya.
“Sudahlah, niat awal kita untuk menjarah seluruh benda berharga dari wanita cantik itu dan membuatnya menghangatkan ranjang milikku, tetapi malah kita harus membunuh orang malam ini” balas salah satu pria yang merupakan pemimpin kelompok tersebut.
“Benar ketua, mari kita habisi pria sombong itu dan membawa wanita cantik itu bersama kita” balas bawahannya yang tidak sabar ingin mencoba mencicipi gadis yang saat ini sedang terlihat ketakutan.
Tentu saja perkataan mereka membuat Vero mulai takut dan berusaha mencari cara untuk melarikan diri dari sana. Namun sayangnya, dirinya saat ini sudah terkepung dan dirinya tidak tahu harus berbuat apa.
“T-tuan apa yang harus kita lakukan” bisik Vero kepada Zen yang saat ini masih berdiri dengan tenang ditempatnya.
Tentu lutut Vero langsung lemas melihat raut wajah Zen yang seakan sudah pasrah dengan keadaan itu. Hingga akhirnya dirinya melihat beberapa orang sudah mulai mendekat kearahnya dan berniat menyerang Zen.
Vero tentu saja langsung menutup matanya karena ketakutan sambil berjongkok ditempatnya. Dengan air mata yang sudah tumpah dari matanya, saat ini dirinya mulai gemetaran ketakutan akibat kejadian yang sedang dialaminya.
“Maafkan aku Nenek, sepertinya aku tidak bisa lagi membanggakanmu” gumam Vero disela-sela isakannya.
Namun anehnya, dirinya malah mendengar suara rintihan kesakitan dari area sekitarnya. Tentu saja Vero sangat bingung dan langsung membuka sedikit kelopak matanya yang tertutup dan mencoba mengintip keadaan sekitarnya.
Tetapi apa yang dia lihat membuatnya sangat terkejut. Pria yang berekspresi datar yang hendak dijadikan pelampiasan kemarahannya tadi, saat ini sedang melawan para gerombolan preman yang berniat berbuat jahat kepadanya.
Dengan tangan pria itu yang masih berada pada kantong jaketnya, pria tersebut mulai melawan orang-orang yang mempunyai niat jahat itu dengan santai menggunakan kakinya. Tendangan demi tendangan mulai mendarat satu persatu kearah tubuh para preman tersebut dan membuat beberapa dari mereka mulai tersungkur.
“Apa yang kalian lakukan, cepat serang dirinya bersamaan” kata pemimpin segerombolan preman itu panik, karena melihat Zen bisa menghalau serangan anak buahnya.
Tentu saja serangan tendangan Zen semakin menjadi. Zen mulai melompat dan langsung melesat kearah pemimpin kelompok tersebut. Dengan gerakan cepat, Zen langsung mengayunkan kakinya tepat menuju kepalanya dan membuatnya tersungkur seketika.
Darah mulai keluar dari mulut pria itu, namun saat ini dirinya sudah tak sadarkan diri karena memang tendangan Zen tadi cukup keras mendarat pada kepalanya, dan membuat beberapa orang di sana mulai panik melihat pemimpin mereka sudah terkapar di sana.
Mereka hendak menyerang Zen, namun gerakan cepat Zen kembali membuat mereka tersungkur. Serangan demi serangan, tendangan demi tendangan mulai menghujani seluruh kelompok tersebut dan akhirnya seluruh preman yang ingin menyerang Zen sudah terkapar tak sadarkan diri semua.
“Sudah kubilang, jika kubilang pergi ya pergi” gumam Zen malas dan mulai membersihkan bekas debu dan kotoran yang menempel diujung celananya.
Zen hendak pergi dari sana dan tidak menghiraukan wanita yang bersamanya tadi. Tentu saja pemandangan Zen yang akan beranjak tidak luput dari pandangan Vero dan langsung beranjak dari tempat dirinya berjongkok dan langsung menyusul Zen, karena menurutnya akan lebih aman jika dirinya pergi bersama Zen.
Namun saat dirinya beranjak, penglihatannya tidak sengaja melihat baju yang dikenakan salah satu preman karena jaket yang digunakannya sedikit tersingkap dan melihatkan baju yang dikenakan oleh pria itu.
“Bukankah itu baju staf pembersih dari perusahaan Gold Rock milik Bram” gumam Vero.
Vero lalu melihat siapa pria tersebut dan menyadari bahwa dia tadi melihat pria itu sedang melewati mobilnya saat memarkirkannya didepan gedung perusahaan Gold Rock.
“Apa hubungan mereka dengan perusahaan Gold Rock” gumam Vero dan menyadari bahwa Zen sudah berjalan meninggalkannya.
Tentu saja karena dirinya masih merasa ketakutan, Vero mulai mengejar pria itu dan meninggalkan mobil mewahnya di sana, karena menurutnya lebih aman pergi bersama Zen dari pada berdiam disini dan dikerumuni oleh preman kembali.
“T-tuan tunggu aku” kata Vero yang saat ini sudah berjalan sejajar dengan Zen.
Zen dengan wajah acuhnya hanya menengok kearah Vero sejenak dan kembali melanjutkan perjalanannya. Tentu Vero bingung harus berbuat apa, karena sifat dari Zen sangat dingin kepadanya.
“Ah... maafkan perilakuku tadi Tuan” kata Vero selanjutnya, karena mengira Zen masih marah dengan perilakunya tadi sesaat sebelum para preman itu menyerang mereka.
“Hemm...” balas Zen dengan helaan dan melanjutkan perjalanannya.
Tentu saja jawaban Zen membuat Vero sedikit merasa tidak enak, karena menurutnya Zen masih tidak menyukainya. Namun anehnya, Zen malah tidak mempermasalahkan dirinya yang berjalan berdampingan dengannya.
“Ah... kalau begitu perkenalkan nama saya Vero tuan” kata Vero yang berinisiatif mengenalkan dirinya untuk membuka percakapan mereka.
“Zen” balas Zen singkat.
Tentu saja Vero terkejut bahwa pria yang berjalan disebelahnya akan menjawab pertanyaannya, walaupun dengan nada yang datar dan singkat. Tetapi menurutnya itu sudah cukup untuk mengikis tembok pembatas tak kasat mata yang membatasi dirinya dengan pria yang berada disebelahnya.
“Maafkan aku Tuan Zen, tetapi apakah anda tidak mengenalku?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 451 Episodes
Comments
XiaoYan
god
2022-05-14
0
aku tersesat....
yoooooooooo
2022-04-11
1
SAIKO
..
2022-01-24
0