Alvaro mendonggakkan kepalanya dan menatap sejenak Mentari lalu kembali fokus dengan handponenya.
"Apa kurang jelas?" ucap Alvaro tanpa mengalihkan pandangannya dari handponenya.
Mentari menggelengkan kepalanya lalu kembali melanjutkan catatannya,"tunggu yah," kata Mentari lalu melenggang pergi setelah menulis coffe pesanan Alvaro.
Mentari berjalan ke arah mamanya untuk memberikan catatan para pengunjung kedai coffe mereka.
"Kamu antar coffe ini di meja nomor lima yah," kata mamah Mentari sembari meracik coffe pesanan milik pengunjung meja nomor lima.
Mentari hanya mengangguk mengiyakan ucapan dari mamahnya.
Setelah mengantarkan coffe ke meja nomor lima, Mentari kembali meracik coffe pesanan Alvaro. Tak di pungkiri gadis itu pandai meracik coffe.
Setelah coffe macchiato sudah siap di racik oleh Mentari, gadis itu langsung berjalan ke arah meja nomor delapan yang di tempati oleh Alvaro.
"Selamat menikmati," kata Mentari setelah meletakkan coffe pesanan Alvaro.
Cowok itu mendonggakkan kepalanya sehingga matanya dan juga mata Mentari saling bertatapan.
Mentari baru memperhatikan sudut bibir Alvaro memerah, seperti baru mendapatkan pukulan lebih tepatnya sebuah tamparan.
Mentari tau jika luka Alvaro saat ini adalah luka yang baru dia dapatkan.
Alvaro langsung menyesap coffenya. Satu kata dalam benak Alvaro coffe yang di bawah oleh Mentari sangat pas untuknya.
Mentari pamit undur diri, karna dia ingin mengantar coffe di meja pengunjung lainnya. Gadis itu berjalan meninggalkan meja Alvaro namun perkataan Alvaro langsung menghentikan langkah kaki Mentari yang membawa nampan.
"Yang racik coffenya siapa?" Tanya Alvaro sehingga menghentikan langkah kaki Mentari.
Gadis dengan rambut sebahu itu menggigit bibirnya, apa coffe racikannya tidak enak?
Mentari membalikkan badannya sehingga dia kembali bertatapan dengan wajah dingin milik Alvaro yang tampan dengan rambutanya sedikit acak-acakan.
"Gue.... Emang kenapa?" Tanya Mentari sedikit ragu-ragu. Takut-takut cowok itu tidak menyukai racikannya dan membuat seluruh pengunjung kedai coffe berfikir yang tidak-tidak.
Padahal Mentari sudah memberikan racikannya yang sangat pas, yang biasa dia buat, dan semua pengunjung kedai coffe memuji cara meracik coffe buatan Mentari.
Mentari menunggu jawaban dari Alvaro, karna cowok itu hanya diam saja tidak mengatakan apapun saat Mentari mengatakan jika dia yang meracik minumnya.
Hingga panggilan dari Mamah Mentari membuat membuat gadis itu langsung pergi.
"Mentari, kamu antar coffe ini di meja nomor empat," kata Mamah Mentari karna hanya melihat Mentari berdiri seperti orang bodoh.
"Iyah, mah," balas Mentari lalu berjalan menuju dapur tempatnya dan mamahnya Meracik Minuman.
Sedangkan Alvaro memandang gadis itu yang sudah menghilang di hadapannya, dia kembali meminum coffenya.
Ting
Saat Mentari ingin mengantar coffe kemeja nomor empat, handponenya bergetar menandakan adanya pesan masuk.
"Kamu lihat aja dulu handphonya, siapa tau nak Agas. Biar Mamah yang bawa coffenya," kata Mamah Mentari lalu mengambil alih coffe yang di bawah oleh Mentari.
Gadis itu menganggukkan kepalanya memberikan coffe itu kepada mamahnya. Saat kejadian disekolah tadi Agas belum memberikan kabar kepada Mentari.
Mentari duduk di kursi kasir sembari mengecek handphonya. Dan benar saja, yang mengirimkannya pesan adalah sosok Agas.
"Tar, malam ini gue jagain Steven. Bagaimanapun Steven tanggung jawab gue selama gue jadi ketua kelas IPS .''
Mentari tersenyum simpul, memang benar jika cowok itu memang baik dan bertanggung jawab sebagai ketua kelas.
" Jangan begadang yah Gas, besok sekolah."
Lepas membalas pesan Agas, gadis rambut sebahu itu menyimpan handponenya karna dia juga kerja.
Dari kejauhan Alvaro bisa memperhatikan Mentari. Gadis itu sedang sibuk karna para pengunjung kedai coffenya sudah ingin pulang sebagian dan mereka mulai membayar di kasir.
Kedai coffe sederhana milik orang tua Mentari sudah di kenal oleh kalangan anak muda, kedai coffe sederhana tapi rasa coffenya sangat nikmat sehingga banyak anak muda yang mampir ke kedai coffe sederhana milik mamah Mentari yang bernama ibu Runi
Bahkan Alvaro baru pertama kalinya ke kedai sederhana milik mamah Mentari. nama Kedai coffe milik mamah Mentari yaitu kedai coffe sederhana.
Seorang gadis dengan rambutanya yang panjang tergerai indah memasuki kedai coffe dengan bando berwarna pink serta tas kecil yang dia pakai berwarna pink, katakan jika gadis itu menyukai warna pink.
Dia memasuki kedai tidak seorang diri, dia bersama gadis dengan rambut terikat serta menggunakan hodie berwarna biru, sedangkan gadis yang menggunakan bandol berwarna pink itu menggunakan rok sampai lutut serta kaos oversize berwarna hitam gambar kucing.
"Kamu beneran baru kesini?" Tanya Bulan kepada gadis rambutnya yang terikat.
"Gue beneran, ini kedai coffe sederhana milik mamah kak Mentari," kata Vita mengeluarkan handponenya dari saku hodienya.
"Kak Mentari ketua kelas MIPA 1?" Tanya balik Bulan dan di balas anggukan kepala oleh Vita.
"Kok kamu baru kesini, memangnya kamu baru tau?" Tanya Bulan lagi kepada Vita.
"Gue penasaran dengan racikan coffe disini, enakan yang di cafe atau di kedai sederhana kayak gini." Dengan santainya Vita berkata kepada Bulan.
Mamah Mentari langsung menunju meja nomor tiga yang di huni oleh penghuni baru yang baru saja masuk, yang tak lain dan tak bukan adalah sosok Bulan dan Vita.
"Mau pesan apa, anak cantik?" Tanya Mamah Mentari dengan senyuman ramah kepada pelanggan yang masuk kedai sederhana miliknya.
"Pesan capuccino sama Macchiato, " kata Vita dan di catat oleh Mamah Mentari.
"Makanannya?" Tanya mamah Mentari lagi.
"Mau pesan apa lo makanannya?" Tanya Vita kepada Bulan.
"Roti bakar aja," jawab Bulan kepada Vita.
"Makanannya roti bakar sama Chicken fingers, Tan," kata Vita di sertai senyuman manisnya.
"Mohon di tunggu yah," kata Runi lalu pergi meninggalkan meja nomor tiga.
"Tar, buat coffe Macchiato sama capuccino," kata Runi kepada Mentari yang sedang memainkan handponenya menyimak pembicaraan di group mengenai Steven, dan juga gosip tentang Alvaro sebagai anak sopir yang sudah tersebar luas di SMA Bina Marta.
Dengan cepat gosip itu tersebar, bahkan teman sekelas Mentari bergosip riah. Mereka berani berbicara seperti itu karna di dalam group seangkatan tidak ada sosok Alvaro.
"Ada masalah di sekolah lagi?" Tanya Runi yang melihat wajah kecut putrinya, dia sedang membuat roti bakar dan juga chicken fingers.
"Nggak ada kok mah," balas Mentari bohong. Meski Mentari mengatakan tidak ada namun Runi hanya mengangguk namun hatinya tidak percaya jika putrinya tidak mempunyai masalah.
"Sepertinya di mejah nomor tiga dan delapan teman sekolah kamu yah, Tar," kata Runi menyiapkan toping untuk roti bakar yang di pesan oleh Vita dan juga Bulan.
"Kalau meja nomor delapan teman sekelas Tari, tapi kalau meja nomor tiga Tari belum lihat," kata Mentari dan dibalas anggukan kepala oleh Runi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Arum Prasetyowati
jangan2 Bulan ma Alvaro seibu ya...
2022-02-09
3
тια
uwahhh
next Thor 🥳🥳🥳🥳
2021-12-26
0
Talia Uly
teruskan thor
2021-12-26
0