Pagi-pagi seperti ini sosok Agas sudah berada di depan pintu kelas MIPA dengan pakaian yang rapih serta wajahnya yang cerah, sosok Agas juga tidak kalah tampanya oleh sosok Alvaro. Ingat yah, Agas itu mantan Troublemakers di sekolah Bina Marta yang berubah karna kehadiran Mentari.
Agas tersenyum simpul saat melihat seorang gadis dengan rambut sebahunya sedang menuju ke kelas yang sedari tadi dia tunggu kedatangan gadis itu.
Mentari. Yah, gadis yang di tunggu oleh Agas adalah sosok Mentari yang sedang berjalan ke kelas MIPA dengan buku tebal dalam pelukan gadis itu.
Setiap pagi ke sekolah, Mentari selalu membawa buku tebal dalam pelukannya, bagaimanapun gadis itu masuk sekolah bergensi di Jakarta melalui beasiswa karna kepintarannya sehingga mendapatkan beasiswa di SMA Bina Marta yang di huni oleh anak orang kaya dan anak ambis yang mempertahankan beasiswanya di sekolah.
Agas berjalan untuk segera menghampiri Mentari dengan seragam sekolahnya yang rapih, serta tangannya dia masukkan ke dalam saku celananya membuat cowok itu semakin tampan.
"Good morning, Tar," sapa Agas kepada Mentari.
"Morning to, Agas," balas Mentari dengan senyuman melekat di wajahnya.
Mentari berjalan beriringan dengan Agas untuk masuk ke kelas MIPA. Mentari langsung menyimpan buku yang dia bawa di atas mejanya.
"Tumben lo kerja tugas di sekolah?" heran Agas, karna tidak biasanya Mentari tidak mengerjakan tugasnya.
Mentari melirik Agas sejenak lalu kembali mencatat di buku tulisnya." Semalam nggak sempet kerja tugas," jawab Mentari tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya.
"Kenapa?" tanya Agas kurang jelas.
"Kenapa apanya?" tanya balik Mentari sembari mencatat Jawabanya di buku tulis.
Agas menggeser kursi di sebelah Mentari lalu duduk di dekat Mentari." Kenapa nggak sempat ngerjain tugas?" tanya Agas.
Terdengar helaan nafas panjang dari Mentari.
"Gue kerja semalam," jawab Mentari.
"Lo 'kan bisa minta tolong sama gue, Tar," terang Agas.
Pergerakan tangan Mentari berhenti menulis.
Di liriknya Agas yang berada di sampingnya yang sedang meliriknya juga," Di saat gue ada masalah, gue pasti minta bantuan sama lo, Gas," kata Mentari menjedah perkataannya," tapi kalau soal materialisme gue nggak mau kalau gue masih mampu," sambungnya lalu kembali mengerjakan tugasnya.
"Tar," panggil Agas.
Mentari menggelengkan kepalanya, dia sudah tau apa yang akan di katakan oleh Agas nantinya.
"Gue bakalan lakuin apapaun buat lo," kata Agas dengan tulus kepada Mentari.
"Nggak termaksud materialisme, Gas, kalau gue masih mampu gue nggak bakalan lakuin itu semua," kata Mentari dengan bijak serta suara pelannya.
Apakah Mentari beruntung? Yah, Mentari mengatakan jika dia gadis yang beruntung bisa mengenal sosok Agas. Cowok yang selalu membantunya kapanpun gadis itu butuh, sosok cowok yang baik. Mentari sempat tidak percaya jika Agas bisa berubah karna dirinya, dengan alasan Agas jatuh cinta kepada sosok Mentari dari segi manapun, gadis yang sangat menarik menurut Agas.
Agas hanya menarik nafasnya panjang. Mentari selalu saja menolak bantuannya jika menyangkut uang.
Murid-murid SMA Bina Marta telah masuk ke dalam kelas satu persatu, karna Mentari datang sangatlah pagi.
Kalian tau siapa yang datang ke sekolah paling pertama? Mentari? Jawaban kalian salah. Karna jawabanya yang benar adalah sosok Agas. Agas selalu datang ke sekolah sebelum Mentari sampai. Dengan alasan biar dia bisa mengucapakan selamat pagi kepada gadis itu dan menyambutnya di depan pintu kelasnya.
Alvaro masuk ke dalam kelas membuat Mentari bernafas legah, setidaknya cowok itu masuk ke dalam kelas tanpa embel-embel Mentari mencari keberadaannya.
"Nggak balik ke kelas?" tanya Mentari sembari menutup bukunya, karna tugasnya sudah selesai dia kerjakan.
"Lima menit lagi," kata Agas santai.
"Ketua kelas itu harus ngecek temannya di kelas dulu. Entar kalau ada yang bolos jadi ribet sendiri," kata Mentari.
"Nggak akan ada yang berani bolos selama gue jadi ketua kelasnya," terang Agas.
"Karna mereka takut sama mantan bad boy sekolah ini," sambungnya dengan pedenya.
"Hal yang nggak patut di banggain," balas Mentari.
"Setidaknya mereka takut lakuin hal itu karna hal yang nggak patut di pamerin," kata Agas santai menaik nurunkan alisnya kepada Mentari.
Mentari hanya tertawa kecil dengan pengakuan Agas.
"Dan tentunya kehadiran lo buat gue sedikit berubah," kata Agas lagi.
"Itu semua karna niat lo yang mau jalanin," balas Mentari.
"Yah, setidaknya karna dorongan gadis yang udah buat gue kayak gini," ucap Agas lagi dan di balas gelengan kepala oleh Mentari.
"Kalau gitu gue ke kelas," pamit Agas kepada Mentari lalu beranjak dari kursinya.
" Selamat menjalankan tugas ketua kelas," kata Mentari dan di balas anggukan kepala oleh Agas.
"Jam istirahat gue kesini lagi kita makan di kantin dan gue yang traktir hari ini," ucap Agas mengacak rambut Mentari lalu keluar dari kelas .
Mentari mengambil buku pelajarannya dari tas, sembari menunggu kedatangan guru mata pelajaran pada pagi hari ini.
Deg
Saat Mentari ingin menyimpan bukunya di meja dia langsung di kagetkan oleh seseorang.
Jantung Mentari berdetak kencang, saking kagetnya melihat Alvaro sudah berdiri di depan mejanya dengan wajahnya yang dingin serta sorot matanya yang tajam.
Alvaro belum mengeluarkan sepatah katapun, tentu saja Mentari bertanya-tanya buat apa Alvaro berada di depan mejanya.
Alvaro langsung meletakan Dasi milik Mentari di atas meja Mentari, dasi yang waktu Senin Mentari pakaikan kepada cowok itu agar tidak di hukum, namun hasilnya tetap di hukum juga.
Mentari menatap dasinya yang berada di atas meja, yang di letakkan oleh Alvaro.
"Topi lo sama anak seni," kata Alvaro lalu pergi meninggalkan meja Mentari untuk segera ke bangkunya.
"Dia udah balikin," kata Mentari yang hanya di abaikan oleh Alvaro.
Alvaro langsung duduk di kursinya, cowok itu hanya duduk seorang diri karna tidak ada yang berani duduk dengannya, padahal Alvaro tidak pernah berbuat masalah kepada teman sekelasnya kecuali Agas waktu itu.
Mentari mengambil dasinya dari atas meja. Indra penciumannya langsung mencium aroma mint dari dasi yang di kembalikan oleh Alvaro. Wangi parfum cowok itu. Jelas saja Mentari tau karna Alvaro selalu menggunakan parfum aroma mint yang selalu dia pakai ke sekolah dari kelas sepuluh sampai sekarang.
Mentari langsung menyimpan dasinya di dalam tasnya. Tidak butuh Waktu lama guru mata pelajaran hari ini langsung masuk ke dalam kelas MIPA 1.
"Bagaimana Mentari?" tanya guru matematika kepada Menteri.
Mentari yang sudah tau apa maksud guru itu langsung menjawab," lengkap kok Bu," balas Mentari dan di balas anggukan kecil oleh guru matematika itu.
Guru matematika itu langsung duduk di kursinya, lalu mulai menjelaskan mata pelajarannya hari ini.
Semua di dalam kelas mencatat apa yang di jelaskan oleh guru matematika itu, kecuali Alvaro yang tidak mencatat apa yang di jelaskan guru di hadapannya, karna dia cukup mengandalkan memories ingatannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Memey
wangi mint mungkin Thor bukan wangi mine,karena mine artinya milikku🤨
2022-01-03
3
Talia Uly
lanjut thor
2021-12-18
1