Ketidaksengajaan

bel sekolah telah berbunyi seluruh murid murid SMA Bina Marta telah meninggalkan sekolah untuk segera pulang ke rumahnya masing-masing. Seperti sekarang ini seorang gadis dengan rambut tergerai indah sedang menunggu orang tuanya yang akan menjemput nya. Dia bersama dengan teman barunya yaitu Vita.

Hari ini Vita dan Bulan pulang bersama. Sehingga Vita tidak menyuruh supir di rumahnya untuk menjemputnya karna dia akan pergi ke tokoh perlengkapan lukisan untuk menemani Bulan. Seperti janjinya di kantin tadi jika pulang sekolah dia akan menemani Bulan ke toko lukisan.

Tidak butuh waktu lama, papah Bulan telah sampai di depan gerbang SMA Bina Marta untuk menjemput putri semata wayangnya.

Mereka berdua langsung naik ke mobil, dengan Bulan duduk di depan bersama dengan papahnya, dan Vita duduk di belakang sendiri.

"Teman barunya Bulan?" tanya papah Bulan sembari fokus menyetir.

"Iyah om," jawab Vita sedikit kakuh.

"Bulan itu di sekolah lamannya nggak punya teman dekat," kata papah Bulan tanpa mengalihkan pandangannya dari depan.

Vita tentu saja menyeritkan alisnya, masa iya Bulan yang cantik dan anak orang kaya tidak mempunyai teman dekat? Biasanya 'kan yang cantik dan kaya selalu mendapatkan perhatian yang lebih dan mempunyai sahabat dan teman lebih banyak.

"Kok bisa om. 'Kan Bulan cantik pasti banyak yang mau berteman sama dia...dan juga kaya," Kat Vita menyebutkan kata kaya sedikit pelan karna merasa tidak enak.

Papah Bulan, tentunya tertawa mendengar perkataan Vita yang sedikit kakuh di akhirnya.

"Memang banyak yang dekat sama Bulan, tapi mereka berteman dengan Bulan karna derajat orang tua Bulan yang tinggi, sehingga Bulan selalu mendapatkan teman palsu," kata Papah Bulan dan di balas anggukan kepala oleh Vita.

Benar saja, di sekolah lamannya Bulan tidak pernah mendapatkan teman atau sahabat real, semuanya palsu dan ingin berteman dengan Bulan karna sesuatu.

Sedangkan Bulan hanya menyimak pembicaraan papahnya dan juga Vita, teman barunya.

Hanya Vita yang Bulan percaya jika Vita berteman dengannya tanpa memandang latar belakang dirinya.

Tidak butuh waktu lama, mobil yang di kendarai papah Bulan telah sampai di tokoh perlengkapan lukisan. Mereka bertiga langsung turun dari mobilnya untuk segera masuk ke dalam toko.

Di sepanjang perjalanan mereka bertiga saling mengobrol, bisa di katakan papah Bulan mudah akrab dengan orang yang di anggap penting oleh Bulan.

Mereka bertiga mengelilingi setiap sudut di toko ruangan lukisan untuk mencari bahan lukisan untuk Bulan.

Bulan mengambil pensil, penghapus, pensil warna, krayon, kuas, kanvas, cat air, dan juga palet cat.

Bruk

Saking asiknya memilih bahan lukisan Bulan tidak sengaja menabrak seseorang berbadan atletis yang sedang mengambil kanvas dan juga kuas.

Bulu matanya yang lentik serta matanya yang tajam, wajahanya yang dingin, dia hanya menatap Bulan sejenak lalu mengambil kanvas dan juga kuas.

Sementara Vita sedang mencari lukisan untuk dia pajang di rumahnya, sementara papah Bulan sedang menerima telfon dari rekan kerjanya.

Sosok cowok itu adalah Alvaro, dia sedang mengambil kanvas dan juga kuas lalu pergi untuk segera ke kasir. Dan tidak sengaja Bulan menabraknya karna gadis itu keasikan memilih perlengkapan alat melukis.

Sosok cowok seperti Alvaro baru pertama kali Bulan temui yang mempunyai paket komplit.

Bibir Bulan sedikit terbuka untuk menyapa Alvaro tadinya , namun cowok itu langsung pergi sehingga Bulan hanya memandang punggung kokoh milik Alvaro yang sudah pergi.

Alvaro kelewat dingin.

Apa Alvaro juga pandai melukis? Apa cowok itu mempunyai hobi melukis? Jika benar dia mempunyai banyak kemampuan bukan? Bahkan Bulan masih tidak bergeming, dia baru bertemu dengan Alvaro lagi di toko lukisan.

Setelah membayar kanvas dan juga kuasnya, Alvaro langsung pergi meninggalkan toko lukisan. Cowok itu terlalu gercep karna cowok itu ke toko lukisan sudah menggunakan baju kaos warna hitam serta celana oversais berwana hitam serta sepatu sneakers berwarna abu-abu.

Sementara Bulan dan Vita masih menggunakan pakaian sekolah. Apa rumah Alvaro dekat dari sekolah sehingga cowok itu sudah menggunakan baju kaos.

"Lo kenapa?"

Tiba-tiba saja Vita memegang pundak Bulan sehingga gadis itu tersentak kaget. Bagaimana tidak jika dia masih memikirkan Alvaro yang baru saja di temui.

" Aku lihat Kak Al di sini tadi, beli Kanvas sama kuas," kata Bulan setelah sadar dari keterkejutannya.

"Ha?"

Vita membuka sedikit mulutnya, apa Bulan sedang salah orang?

"Mungkin lo salah lihat. Mana mungkin kak Al di sini. Lo tau 'kan ini tokoh lukisan bukan tokoh perlengkapan anak MIPA," kata Vita sembari menggelengkan kepalanya.

"Tapi 'kan bukan cuman anak seni aja punya hobi ngelukis," kata Bulan santai membuat Vita manggut-manggut dengan jawaban gadis itu.

"Apa yang lo bilang emang benar sih Lan, tapi 'kan nggak mungkin juga kalau Kak Al yang beli alat lukis," kata Vita.

Karna setahunya dia tidak pernah melihat Alvaro di toko lukisan, dan baru Bulan saja yang melihat sosok cowok itu.

"Aku serius Vit. Kak Al aja baru-baru ke kasir buat bayar kanvas dan juga kuas," kata Bulan lagi.

"Lo serius Lan?" tanya Vita.

Apa iya Bulan melihat Alvaro di tokoh lukisan ini?

"Aku nggak salah Lihat Vit, tatapan matanya aja sama muka dinginnya kentara banget, aku nggak mungkin salah lihat," sanggah Bulan.

"Kok bisa yah." Menolog Bulan.

"Maksudnya?" Bulan tidak mengerti dengan apa yang di katakan Vita, karna suara gadis itu sangat pelan.

"Kok bisa Kak Al di toko lukisan, emang dia punya hobi ngelukis?"

"Aku juga nggak tau, tapi yang jelas aku lihat kak Al tadi," kata Bulan.

"Dan aku nggak sengaja nabrak dia karna asik milih cat air," sambungnya membuat Vita menatapnya tidak percaya.

"Apa jangan-jangan...."

"Jangan-jangan apa?" Bulan berkata karna penasaran dengan perkataan Vita yang menggantung.

"Jangan-jangan kak Al ke toko ini buat beliin pacarnya perlengkapan lukisan," kata Vita ambigu.

"Bisa jadi sih," kata Bulan sedikit lesuh sehingga Vita melirik gadis itu.

"Lo suka sama kak Al?" tebak Vita dengan menyipitkan matanya ke arah Bulan.

Dengan cepat gadis itu menggelengkan kepalanya," Nggak kok," elak Bulan.

"Jujur aja kali Lan," ejek Vita.

"Udah selesai belinya?" tanya papah Bulan tiba-tiba dari belakang. Sehingga kedua gadis itu menatap ke belakang dan mengangguk mengiyakan ucapan papah Bulan.

Mereka berjalan ke kasir, lukisan yang di beli Vita di bayar oleh Papah Bulan. Vita sempat menolaknya karna merasa tidak enak hati. Namun Bulan dan papahnya kekeh untuk membayarkan lukisan gadis itu. Dan jadinya lukisan milik Vita di bayar oleh papah Bulan.

Mereka bertiga keluar dari tokoh perlengkapan lukisan untuk segera pulang dan mengantar Vita untuk kerumahnya.

Terpopuler

Comments

❤Ochii❤

❤Ochii❤

thour kk Alvaro sama mentari aj

2022-06-02

0

zhyzhieloo 🍓🍓

zhyzhieloo 🍓🍓

masih penasaran tokoh utamanya siapa

2022-03-05

0

тια

тια

hmmm
Next Thor 🥳

2021-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 Pertama
2 Buat masalah
3 Keterpesonaan
4 Apa kalian berpacaran?
5 Masalah Atribut
6 Daya tarik tersendiri
7 Ketua IPA dan IPS
8 Jadi, ini alasannya?
9 Melukis wajahnya
10 Ketidaksengajaan
11 Aroma mint, Alvaro
12 IPA vs IPS
13 Anak sopir?
14 Luar biasa
15 Berani melangkah
16 Gue capek (Alvaro)
17 Kedai Coffe
18 Pesanan Alvaro
19 Suatu kemustahilan
20 Ancaman tanpa disadari
21 Yang ke-dua kalinya
22 Pemilihan gaun
23 Kemiripan
24 Gadis yang kasar
25 Datang tepat waktu
26 SMA Pelita yang menarik
27 Singkat, padat dan jelas
28 Perhatian, Agas
29 Rasa yang berbeda
30 Alvaro
31 Menyingkirkan secara halus
32 Hubungan antara Agas dan Laura
33 Seni lukis
34 Lukisan, Laura
35 Cowok yang menggunakan topeng
36 Kita Sahabat
37 Steven dan Agas
38 Ada yang tidak beres
39 Kemarahan Frans
40 Pesta dansa
41 First kist
42 Matahari ku
43 Tamparan yang kesekian kalinya
44 Apa Alvaro?
45 Salah Paham
46 Berpandangan
47 Alvaro yang keras kepala
48 Angkatan meresahkan
49 Agas dan Steven
50 Perintah ibu Silva
51 Coffe Macchiato
52 Penawaran, Agas
53 Malang
54 Meja nomor tiga
55 Membeku di dekat Alvaro
56 Frans, keluar kota
57 Kehadiran Renal untuk Al
58 Pesanan Al
59 Sekolah
60 Supermarket
61 Pengumuman
62 Murid baru
63 Lo suka Mentari?
64 Penakluk cowok nakal
65 3 Brandalan SMA
66 Merebutkan Mentari
67 Kedekatan Mentari dan Alvaro
68 Alvaro curhat pada Mentari
69 Gue yang bakalan menang (Alvaro)
70 Persaingan
71 Steven nembak Mentari
72 Empat pangeran
73 Bulan
74 Rasa penasaran Tamara
75 Alvaro begitu manis
76 Kenapa harus Alvaro
77 Agas dan Mentari
78 Lo sukanya sama siapa?
79 Kedekatan Mentari dan Steven
80 Jadi sahabat lo
81 Menantang
82 Renal alergi
83 Sejarah bagi mereka
84 Mentari dan Alvaro
85 Merasa bahagia
86 Curi Start
87 Kemarahan Mentari
88 Hal pertama
89 Ngeselin
90 Alvaro
91 Renal dan Alvaro
92 Suka sama lo (Tamara)
93 Jantung gue
94 Tuan mudanya jatuh cinta
95 Penawaran
96 Agas dan Nasya
97 Renal dan Meyta
98 Karyawan di cafe Runi
99 Bulan
100 Kebebasan yang di janjikan
101 Lo hebat
102 Kegigihan Steven
103 Cafe
104 Bulan Menyebalkan
105 Kesepian
106 Jelita dan Tamara
107 Keegoisan
108 Memutar balikkan fakta
109 Frans Tanujaya
110 Lo takut
111 Gadis licik
112 Karna dia suka Alvaro
113 Perkelahian
114 Kemarahan kepala sekolah
115 Unek-unek Mentari
116 Begitu manis
117 Kesabaran setipis tisu dibagi tiga
118 Tentang Steven
119 Sesuatu
120 Mama Alvaro
121 Bertemu Stevani
122 Aku membenci mu
123 Berapa murid kurang ajar di kelas ini
124 Tamparan untuk Mentari
125 Alvaro ngamuk
126 Mundur?
127 Kemarahan Frans
128 Ketua Kelas Pilihan
129 Kedatangan Frans
130 Ketua kelas pilihan
131 Ketua Kelas Pilihan
132 Ketua Kelas Pilihan
133 Pernyataan Alvaro
134 Ketua Kelas Pilihan
135 Ketua Kelas Pilihan
136 Ketua Kelas Pilihan
137 Ketua Kelas Pilihan
138 Alvaro dan Mentari
139 Ketua Kelas Pilihan
140 Ketua Kelas Pilihan
141 Ketua Kelas Pilihan
142 Ketua Kelas Pilihan
143 Ketua Kelas Pilihan
144 Ketua Kelas Pilihan
145 Ketua Kelas Pilihan
146 Ketua Kelas Pilihan
147 Ketua Kelas Pilihan
148 Ketua Kelas Pilihan
149 Ketua Kelas Pilihan
150 Ketua Kelas Pilihan
151 Ketua Kelas Pilihan
152 Ketua Kelas Pilihan
153 Ketua Kelas Pilihan
154 Ketua Kelas Pilihan
155 Ketua Kelas Pilihan
156 Ketua Kelas Pilihan
157 Ketua Kelas Pilihan
158 Ketua Kelas Pilihan
159 Ketua kelas pilihan
160 Gue suka sama lo
161 Perkataan Gila
162 Gue mau tinggal bereng lo
163 Menyakitkan
164 Ketua Kelas Pilihan
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Pertama
2
Buat masalah
3
Keterpesonaan
4
Apa kalian berpacaran?
5
Masalah Atribut
6
Daya tarik tersendiri
7
Ketua IPA dan IPS
8
Jadi, ini alasannya?
9
Melukis wajahnya
10
Ketidaksengajaan
11
Aroma mint, Alvaro
12
IPA vs IPS
13
Anak sopir?
14
Luar biasa
15
Berani melangkah
16
Gue capek (Alvaro)
17
Kedai Coffe
18
Pesanan Alvaro
19
Suatu kemustahilan
20
Ancaman tanpa disadari
21
Yang ke-dua kalinya
22
Pemilihan gaun
23
Kemiripan
24
Gadis yang kasar
25
Datang tepat waktu
26
SMA Pelita yang menarik
27
Singkat, padat dan jelas
28
Perhatian, Agas
29
Rasa yang berbeda
30
Alvaro
31
Menyingkirkan secara halus
32
Hubungan antara Agas dan Laura
33
Seni lukis
34
Lukisan, Laura
35
Cowok yang menggunakan topeng
36
Kita Sahabat
37
Steven dan Agas
38
Ada yang tidak beres
39
Kemarahan Frans
40
Pesta dansa
41
First kist
42
Matahari ku
43
Tamparan yang kesekian kalinya
44
Apa Alvaro?
45
Salah Paham
46
Berpandangan
47
Alvaro yang keras kepala
48
Angkatan meresahkan
49
Agas dan Steven
50
Perintah ibu Silva
51
Coffe Macchiato
52
Penawaran, Agas
53
Malang
54
Meja nomor tiga
55
Membeku di dekat Alvaro
56
Frans, keluar kota
57
Kehadiran Renal untuk Al
58
Pesanan Al
59
Sekolah
60
Supermarket
61
Pengumuman
62
Murid baru
63
Lo suka Mentari?
64
Penakluk cowok nakal
65
3 Brandalan SMA
66
Merebutkan Mentari
67
Kedekatan Mentari dan Alvaro
68
Alvaro curhat pada Mentari
69
Gue yang bakalan menang (Alvaro)
70
Persaingan
71
Steven nembak Mentari
72
Empat pangeran
73
Bulan
74
Rasa penasaran Tamara
75
Alvaro begitu manis
76
Kenapa harus Alvaro
77
Agas dan Mentari
78
Lo sukanya sama siapa?
79
Kedekatan Mentari dan Steven
80
Jadi sahabat lo
81
Menantang
82
Renal alergi
83
Sejarah bagi mereka
84
Mentari dan Alvaro
85
Merasa bahagia
86
Curi Start
87
Kemarahan Mentari
88
Hal pertama
89
Ngeselin
90
Alvaro
91
Renal dan Alvaro
92
Suka sama lo (Tamara)
93
Jantung gue
94
Tuan mudanya jatuh cinta
95
Penawaran
96
Agas dan Nasya
97
Renal dan Meyta
98
Karyawan di cafe Runi
99
Bulan
100
Kebebasan yang di janjikan
101
Lo hebat
102
Kegigihan Steven
103
Cafe
104
Bulan Menyebalkan
105
Kesepian
106
Jelita dan Tamara
107
Keegoisan
108
Memutar balikkan fakta
109
Frans Tanujaya
110
Lo takut
111
Gadis licik
112
Karna dia suka Alvaro
113
Perkelahian
114
Kemarahan kepala sekolah
115
Unek-unek Mentari
116
Begitu manis
117
Kesabaran setipis tisu dibagi tiga
118
Tentang Steven
119
Sesuatu
120
Mama Alvaro
121
Bertemu Stevani
122
Aku membenci mu
123
Berapa murid kurang ajar di kelas ini
124
Tamparan untuk Mentari
125
Alvaro ngamuk
126
Mundur?
127
Kemarahan Frans
128
Ketua Kelas Pilihan
129
Kedatangan Frans
130
Ketua kelas pilihan
131
Ketua Kelas Pilihan
132
Ketua Kelas Pilihan
133
Pernyataan Alvaro
134
Ketua Kelas Pilihan
135
Ketua Kelas Pilihan
136
Ketua Kelas Pilihan
137
Ketua Kelas Pilihan
138
Alvaro dan Mentari
139
Ketua Kelas Pilihan
140
Ketua Kelas Pilihan
141
Ketua Kelas Pilihan
142
Ketua Kelas Pilihan
143
Ketua Kelas Pilihan
144
Ketua Kelas Pilihan
145
Ketua Kelas Pilihan
146
Ketua Kelas Pilihan
147
Ketua Kelas Pilihan
148
Ketua Kelas Pilihan
149
Ketua Kelas Pilihan
150
Ketua Kelas Pilihan
151
Ketua Kelas Pilihan
152
Ketua Kelas Pilihan
153
Ketua Kelas Pilihan
154
Ketua Kelas Pilihan
155
Ketua Kelas Pilihan
156
Ketua Kelas Pilihan
157
Ketua Kelas Pilihan
158
Ketua Kelas Pilihan
159
Ketua kelas pilihan
160
Gue suka sama lo
161
Perkataan Gila
162
Gue mau tinggal bereng lo
163
Menyakitkan
164
Ketua Kelas Pilihan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!