Murid-murid SMA Bina Marta berjalan beriringan untuk segera keMurid lapangan sekolah untuk melaksanakan upacara bendera pada pagi hari ini. Sepuluh menit lagi upacara bendera pada pagi hari ini akan di laksanakan, terlihat sosok gadis dengan rambut sebahunya sedang mengatur teman sekelasnya untuk baris rapih di tengah lapangan.
Gadis dengan rambut sebahu itu, menggunakan atribut yang lengkap, mulai dari topi, sepatu berwarna hitam, dasi, papan nama, dan juga lambangnya. Terlihat dari baju sekolahnya yang rapih, di menggunakan kaos kaki berwarna putih sampai lutut, sudah kalian tebak bukan, jika dia adalah sosok Mentari ketua kelas MIPA 1 yang sudah di kenal oleh murid-murid SMA Bina Marta dan juga guru-gurunya di sekolah.
"Syukur deh, atribut mereka lengkap semua," gumam Mentari.
Mentari mengamati sosok cowok yang baru saja masuk ke dalam lapangan, baju sekolah yang dia biarkan keluar, rambutnya yang sedikit acak-acakan serta menggunakan sepatu berwarna abu-abu. Dari kejauhan Mentari sudah menebak jika cowok itu, tidak menggunakan atribut lengkap.
Mentari berjalan ke tengah lapangan, sehingga pasang mata yang berada di lapangan menatap Mentari penuh kekaguman, wajahnya yang cantik, rambutanya yang dia biarkan tergerai indah, serta gadis itu selalu tersenyum jika seseorang menyapanya, gadis tangguh menghadapi teman sekelasnya. Nama Mentari sudah tidak asing lagi di SMA Bina Marta.
Mentari langsung menarik pergelangan tangan Alvaro, untuk segera keluar dari lapangan sekolah. Dia tidak ingin jika kepala sekolah melihat Alvaro tidak menggunakan atribut lengkap ke sekolah.
Mentari membawa Alvaro di belakang kelas seni. Sementara Alvaro hanya memasang wajahnya seperti biasa saat Mentari menarik pergelangan tangannya.
"Topi sama dasi lo mana!?" tanya Mentari, lebih tepatnya lagi sebuah pernyataan untuk sosok Alvaro Tanujaya.
Alvaro menatap Mentari dengan tatapannya yang selalu dingin.
"Jangan urus gue!"
Lepas mengatakan kata itu, Alvaro ingin pergi dari belakang kelas seni, namun dengan cepat Mentari mencekal pergelangan cowok itu.
"Jelas ini urusan gue Al! Gue ketua kelas, udah kewajibannya gue buat ngingetin kalian semua termasuk lo Al!" kata Mentari dengan tegas.
"Nggak ada untungnya lo jadi ketua kelas!" ucap Alvaro dengan dingin, suara cowok itu pelan namun perkataannya mampu menusuk jantung.
"Jelas ada keuntungannya buat gue," terang Mentari.
Mentari melepaskan dasinya dan juga topinya, untuk dia berikan kepada sosok cowok di hadapannya.
Mentari memakaikan Alvaro dasi, sementara cowok itu hanya diam, melihat Mentari memasangkan dirinya dasi. Setelah di lihat cukup rapi Mentari memasangkan topi di kepala Alvaro.
"Jangan lo lepas sampai upacara selesai, dengerin kata gue," ucap Mentari lalu pergi dari belakang kelas seni. Dia yakin jika Alvaro akan menyusul, karna cowok itu selalu mengikuti upacara bendera hanya saja atributnya yang kurang lengkap.
Meski atribut Alvaro tidak lengkap, namun Mentari yakin dia akan sedikit bernafas legah oleh kepala sekolah.
Dari jendela kelas seni, sosok gadis dengan rambut tergerai indah Menggunakan jepitan rambut berwarna pink sedang menatap Alvaro dari jendela kelasnya. Dia tidak sempat melihat Mentari karna gadis itu baru saja pergi.
Alvaro langsung pergi dari belakang kelas seni, dengan topi yang dia kenakan dan juga dasi pemberian Mentari.
"Lagi lihat apa Lan?" tanya salah satu teman sekelas bulan, bernama Vita, mereka berdua sudah akrab sedari kemarin.
Gadis bernama Vita itu, melihat ke arah jendela tidak melihat siapa-siapa di sana.
"Nggak lihat apa-apa kok," bohong Bulan.
Mereka berdua berjalan keluar kelas, karna sebentar lagi akan bell upacara bendera berbunyi.
"Topi lo mana Lan?" tanya Vita saat dia baru sadar jika Bulan tidak menggunakan topi.
"Aduh! Topi aku ketinggalan di mobil papah," Bulan sedikit panik, bagaimana tidak, jika ini hari pertamanya mengikuti upacara bendera di SMA Bina Marta, karna Bulan adalah gadis pindahan dari Yogyakarta." Gimana nih Vit, aku takut kalau sampai di hukum," sambungnya membuat Vita jadi ikutan pusing.
Mereka tidak bisa keruangan koperasi membeli topi, karna guru-guru sudah memasuki lapangan sekolah, untuk segera melaksanakan upacara bendera.
Kelas seni baris di dekat kelas MIPA 1. Sehingga murid-murid kelas MIPA 1 melihat ke arah gadis bernama Bulan, yang baru saja mereka lihat.
Murid baru, itu yang ada di dalam benak mereka jika gadis yang dia lihat itu merupakan murid baru SMA Bina Marta.
"Aku takut di hukum Vit," ucap Bulan.
"Lo nggak usah takut, gue juga bakalan di hukum. Entar kalau murid atributnya nggak lengkap di panggil ke depan gue juga maju," ucap Vita membuat Bulan mengucapkan banyak terimakasih.
Dia tidak menyangka jika teman barunya itu sangat baik.
Sementara Alvaro yang berbaris paling belakang, sedari tadi melihat tingkah Bulan dan juga Vita.
Dua puluh menit berlalu, kepala sekolah mengambil mikrofon untuk memberikan wejangan pagi hari ini, untuk SMA Bina Marta.
Kepala sekolah yang mengunakan kacamata itu, menyampaikan wejangan kepada murid-murid SMA Bina Marta.
Hingga tibah saatnya, kepala sekolah mengumumkan murid-murid yang tidak menggunakan atribut lengkap untuk segera maju ke depan.
Sementara Bulan memegang tangan Vita, dia beneran malu dan takut, bagaimana jika hanya dia saja yang tidak lengkap?
"Untuk murid-murid yang tidak menggunakan atribut lengkap, silahkan maju ke depan!" kata kepala sekolah dengan tegas menggunakan mikrofon.
Alvaro langsung maju, hingga dia memberhentikan langkahnya di dekat sosok gadis yang menggunakan jepitan rambut berwarna pink.
Bulan dan Vita sampai tidak berkutik saat melihat Alvaro berada di sampingnya. Alvaro melepaskan topinya lalu memberikannya kepada Bulan.
Bulan langsung saja mengambilnya, dia tidak tau maksud Alvaro saat ini, sosok cowok yang sudah dua kali dia lihat.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, cowok itu langsung maju ke depan untuk kumpul bersama dengan murid yang tidak menggunakan atribut yang lengkap seperti dirinya.
"Sekarang lo pakai itu topi pemberian kak Alvaro," ucap Vita kepada Bulan.
Vita masih tidak percaya, jika sosok Alvaro yang memberikan Bulan topi, padahal mereka berdua tidak saling kenal.
"Tapi kasihan, dia di hukum karna kasi topinya ke aku Vit," ucap Bulan merasa bersalah kepada Alvaro yang sedang berdiri di depan.
"Kak Alvaro udah biasa, emang lo mau di hukum di hari pertama lo upacara?" tanya Vita. Dengan cepat Bulan menggelengkan kepalanya.
"Nah, maka dari itu," ucap Vita.
Bulan dan Vita melihat ke arah depan, melihat siapa saja yang di hukum karna atributnya tidak lengkap.
Hingga seorang gadis dengan rambut sebahunya maju ke depan, membuat semua pasang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Bagaimana tidak jika gadis itu tidak menggunakan topi, padahal mereka lihat tadi jika Mentari menggunakan atribut lengkap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments