Alvaro menatap Mentari dengan tatapan matanya yang membuat siapapun akan terhipnotis, wajah yang dingin, sorot mata tajam, bulu mata lentik, hidung mancung, rambut sedikit berantakan, rahang yang tegas, serta tubuhnya seperti seorang atletis, wajanya yang sangat tampan, satu kata mendekreprisikan cowok itu, yaitu sempurna dari segi fisik.
Hembusan angin di atas roftop menerbangkan anak rambut Mentari, dia masih tidak berkedip memperhatikan sosok cowok berwajah dingin di hadapannya.
Mentari tidak munafik, dia juga mengakui jika Alvaro itu tampan. Meski nakal cowok itu banyak di kagumi perempuan di sekolah, karna mempunyai wajah yang tampan, nyaris sempurna.
Mentari menggelengkan kepalanya, dia lupa tujuannya kesini, untuk mencari Alvaro bukan menatap Alvaro penuh kekaguman.
"Balik ke kelas, Al!" perintah Mentari setelah sekian detik terdiam karna terhipnotis wajah milik Alvaro Tanujaya.
Tanpa berniat membalas perkataan gadis di hadapannya, Alvaro langsung melewati Mentari lalu duduk di bangku usam.
"Al!" panggil Mentari.
Alvaro hanya melirik Mentari lalu menatap ke depan membiarkan angin di atas roftop menerpah wajahnya yang dingin.
Mentari menghampiri Alvaro, dia tau cowok itu irit bicara, membuat Mentari harus seperti apa menanggapi sosok Alvaro.
"Balik ke kelas Al!" Mentari berkata tegas namun di hiraukan oleh sosok Alvaro.
Mentari menarik nafasnya dalam-dalam." Bisa nggak satu hari lo dengerin, apa kata gue," kata Mentari.
Alvaro menatap manik mata Mentari, sehingga mereka berdua saling bertatapan, di roftop sekolah.
"Gue mohon sama lo Al!"
Alvaro beranjak dari kursinya, lalu mendekati Mentari, membuat gadis itu memundurkan langkahnya ke belakang.
"Jangan atur hidup gue." Alvaro berkata dengan menekan setiap perkataannya.
Lepas mengatakan itu dia berlalu meninggalkan Mentari. Namun, langkah kaki cowok itu terhenti karna perkataan Mentari.
"Selama lo masih sekolah di sini, lo harus patuh sama peraturan sekolah!" Mentari berkata tegas lalu menghampiri Alvaro.
"Lo harus patuhi aturan yang berlaku di sekolah!" Mentari memberanikan diri, menatap manik mata Alvaro.
Apakah Alvaro hanya bisa memasang wajah dingin saja? Katakan jika sosok Alvaro pandai mengekspresikan wajahnya, bagaimana pun keadaan yang dia hadapi, dia hanya memasang wajah dingin. Bahkan teman kelasnya, tidak pernah melihat wajah khawatir milik Alvaro, senyum, marah, bahkan tertawa. Cowok itu hanya memasang wajah dinginya, serta sorot matanya yang tajam.
Mereka berdua saling bertatapan, tanpa Mentari sadari jika jam pelajaran wali kelas mereka telah masuk 12 menit yang lalu.
"Mentari."
Deg
Lagi dan lagi jantung gadis itu berdetak kencang, saat mendengar suara tegas memanggil namanya. Mentari memejamkan matanya, apakah ini sudah jalan hidupnya? Menjadi seorang ketua kelas layaknya ketua OSIS?
Karna percakapannya yang menyita banyak waktu, membuat Mentari lupa, jika kepala sekolah bisa saja mencari keberadaannya.
"Apa kalian berpacaran?"
Mentari langsung meneguk salivanya, perkataan kepala sekolah itu seperti pernyataan. Kepala sekolah yang menggunakaan sepatu hak tinggi, menghampiri Mentari dan Alvaro.
Kepala sekolah itu menghembuskan nafasnya berat, lalu menatap Alvaro.
"Patuhi peraturan, selama kamu sekolah di sini, Alvaro Tanujaya," ucap kepala sekolah menekan nama Alvaro.
"Kembali ke kelas, Mentari!" kata kepala sekolah dengan tegas.
"Kalau begitu saya pamit Bu," pamit Mentari, sembari menundukkan kepalanya, lalu berjalan pergi meninggalkan roftop sekolah.
"Jam pulang sekolah, kamu keruangan saya." Kepala sekolah berkata dengan pelan, namun tegas, membuat Mentari menarik nafasnya dalam-dalam.
"Baik Bu," jawab Mentari.
Wajah Alvaro, masih tetap sama, hanya menampilkan wajah dingin, serta sorot matanya yang tajam.
"Apa perlu saya memberitahukan kel-" Perkataan kepala sekolah itu langsung tercekat di tenggerokannya.
"Tidak perlu!" ucap Alvaro dengan tegas lalu pergi dari roftop sekolah.
Bahkan kepala sekolah itu tersentak kaget, Alvaro benar-benar mewarisi sifat papahnya sepenuhnya.
"Kemana sopan santun mu, Alvaro Tanujaya!"
Alvaro tetap melanjutkan langkah kakinya, dia mengabaikan panggilan kepala sekolah itu.
Dengan sorot matanya yang tajam, serta wajahnya yang super dingin, dia menuruni anak tangga.
Alvaro tidak ingin di atur!
Alvaro tidak ingin hidupnya di atur oleh orang lain!!
Dia benci di ganggu!
Itulah sosok Alvaro Tanujaya. Sosok cowok tampan berwajah dingin SMA Bina Marta. Hampir Tiga tahun lamanya bersekolah di SMA Bina Marta, namun belum merubah arah pandang seseorang kepadanya, yaitu rasa penasarannya kepada sosok Alvaro.
Alvaro melewati lapangan sekolah, sehingga anak-anak seni yang sedang latihan menatap ke arah sosok cowok berwajah dingin, berjalan di lapangan dengan baju yang berantakan.
Wajahnya yang dingin serta sorot matanya yang tajam membuat, orang-orang akan tau jika cowok itu salah satu troubelmaker sekolah SMA Bina Marta.
Sosok gadis dengan rambut tergerai indah di lapangan menatap Alvaro, dengan senyuman manis melekat di wajah gadis itu. Gadis itu menggunakan bando berwarna pink.
"Lo lihat apa sih Lan?" tanya salah satu teman kelas gadis itu, sehingga dia melihat ke arah pandangan gadis bernama Bulan.
"Nggak kok," bohong gadis itu, lalu kembali melanjutkan lukisannya yang tertunda karna melihat sosok Alvaro.
Teman sekelasnya itu menggelengkan kepalanya," Semua orang bakalan tau kali Lan, kalau lo lagi lihatin kak Alvaro."
"Terlihat dari cari lo mandangin kak Alvaro," sambungnya.
"Nggak kok, aku cuman baru lihat dia," elak gadis itu melanjutkan lukisannya.
Yah, gadis itu bernama Bulan, hari ini adalah pelajaran seni, yaitu seni melukis, sehingga mereka berada di lapangan karna cuaca juga mendukung.
"Gimana lo baru lihat, orang lo baru kemarin pindah," sahut teman sekelasnya itu, membuat bulan tertawa anggun.
"Dia serem tau," ucap teman sekelasnya.
"Tapi tampan kok," balas Bulan sembari fokus melukis.
"Kata tampan udah biasa lolos dari mulut orang yang pertama kali lihat kak Alvaro," ucap teman Bulan, yang baru akrab tadi.
"Wow!" mulut teman Bulan sedikit terbuka melihat hasil lukisan Bulan.
"Jelek yah," ucap Bulan lesuh.
Temanya itu menggelengkan kepalanya kuat." Lukisan lo keren banget Lan! bahkan gue baru lihat lukisan sebagus ini di sekolah." Teman sekelasnya itu, berkata takjub dengan lukisan Bulan.
Yah, Bulan memang pandai melukis semenanjak duduk di bangku SD. Bahkan bakatnya itu membuatnya ingin selalu belajar seni, melukis dan terus melukis.
Baginya lukisan itu sangat penting dalam hidupnya, dia akan melukis sesuatu yang menarik baginya.
Gadis yang menggunakan bando berwarna pink itu, melukis perkampungan yang masih asri, terlihat dari gambarnya.
Meski tanpa teks, gadis itu tetap lancar melukis, mengandalkan kemampuannya yang berfikir.
"Lo udah suka ngelukis sejak kapan Lan?" tanya temannya itu masih memperhatikan lukisan bulan, yang sangat menarik di matanya. Lukisan Bulan benar-benar memanjakan mata.
"Sejak SD," jawab Bulan santai, sembari memberikan warna pada lukisnya yang belum kelar.
"Pantas aja lukisan lo bagus banget!" pujinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
тια
uwahhhhh
next Thor 🥳
2021-12-03
0
Gina Askandary
Next, thorr
2021-12-02
0
Jusna
lanjut ka
2021-12-02
0