Mentari sudah melihat segerombolan murid-murid lainnya, berada di tengah lapangan berteriak mendukung jagoan mereka, bukannya memisahkan mereka hanya menyemangati.
Sementara guru-guru belum tau, jika ada perkelahian di lapangan sekolah, karna guru-guru sedang rapat hari ini.
Gadis dengan nama Mentari, itu berani menerobos murid-murid yang menonton. Mentari langsung melototkan matanya saat sudah berhasil menerobos. Dia sudah melihat Alvaro dengan pakaian yang sudah berantakan dan saling memberikan pukulan satu sama lain.
"Al!" panggil Mentari dengan khawatir namun tidak di hiraukan oleh Alvaro.
Mentari semakin panik karna cowok itu tidak berhenti memukuli lawannya yang berada di bawah kungkuhannya saat ini.
"Al berhenti!" teriak Mentari namun tidak di gubris oleh Alvaro.
Tidak ada yang meleraikan pertengkaran di lapangan, mereka hanya menonton seakan-akan tontonan di hadapannya sangat di sayangkan jika mereka lewatkan.
Mentari tidak berani berlari meleraikan Alvaro, bisa-bisa dia yang akan luka jika berani melakukan itu semua.
Mentari langsung berlari untuk segera mencari Agas. Yah, hanya Agas saja yang bisa membantunya untuk meleraikan pertengkaran Alvaro dengan anak IPS itu.
Mentari berlari untuk segera ke kelasnya untuk mencari Agas.
"Agas mana?" tanya Mentari baru tiba di ambang pintu sembari mengatur nafasnya karna berlari.
"Agas lagi ke kantin," jawab salah satu teman kelasnya.
Mentari langsung berlari meninggalkan kelas untuk menyusul Agas, sementara teman kelasnya yang melihat Mentari hanya menatap kasihan gadis itu. Hampir tiga tahu menjadi ketua kelas dia selalu di repotkan dengan masalah yang di perbuat oleh Alvaro.
Maka dari itu, teman sekelasnya tidak ada yang ingin menjadi ketua kelas, karna mereka tau resikonya akan berdampak kepadanya.
Mereka selalu menunjuk Mentari menjadi ketua kelas, karna mereka yakin Mentari bisa menanganinya.
Alvaro salah satu murid terpintar di SMA, dia selalu menjadi juara dua umum. Meski dia selalu buat masalah, namun otak cowok itu tidak perlu di ragukan lagi. Wajah Alvaro yang dingin sangat cocok, karna selain mempunyai wajah dingin cowok itu tampan.
Banyak yang mengangumi ketampanan milik Alvaro, hanya saja cowok itu selalu membuat masalah sehingga banyak yang takut kepadanya. Andai saja dia bukan cowok trouble sudah pasti perempuan di SMA akan menyatakan rasa cintanya kepada sosok Alvaro. Meski salah Alvaro salah satu trouble di sekolah, namun masih banyak yang suka sama cowok itu, karna ketampanannya, seperti dewa Yunani.
Mentari berlari untuk segera ke kantin, matanya mengamati seluruh isi kantin untuk mencari sosok Agas.
Mata Mentari langsung melihat sosok cowok sedang duduk di kursi dengan kakinya di atas meja sembari meminum minumannya.
"Agas!
Mentari langsung berlari ke arah Agas.
"Gas, bantuin gue!" kata Mentari.
"Bantuin apa?" tanya Agas berdiri dari kursinya.
Mentari tidak menjawab pertanyaan Agas, dia langsung menarik pergelangan tangan cowok itu untuk segera keluar kantin.
Sedangkan Agas tersenyum simpul, melihat tangan Mentari menariknya keluar kantin. Mentari langsung sampai di lapangan dia sudah tidak melihat murid-murid berkerumunan di lapangan.
Mentari langsung menegang, itu artinya perkelahian antara Alvaro telah usai. Dan sekarang cowok itu berada di kantor.
"Lo ngajakin gue buat apa kesini Tar?" tanya Agas sembari melihat lapangan yang kosong.
Agas melirik Mentari yang sedang memejamkan matanya." Gue bakalan dapat masalah," gumam Mentari yang hanya dia saja yang mendengarkannya.
Mentari terlambat menangani masalah Alvaro, karna saat dia dan Agas sampai di lapangan sudah tidak ada murid-murid yang berkerumun lagi.
"Perhatian-Perhatian."
Suara mikrofon sekolah berbunyi, sehingga murid-murid sebagian menghentikan aktifitasnya, karna pengumuman yang akan di sampaikan oleh kepala sekolah. Tak terkecuali Mentari dan juga agas memasang telinganya baik-baik.
Mentari meremas ujung roknya, dia merapalkan doa agar bukan namanya yang akan di sebut oleh kepala sekolah meski kemungkinanya kecil.
"Atas nama Mentari kelas 12 IPA 1 untuk segera keruangan kepala sekolah."
Deg
Sudah Mentari duga, dia akan mendapatkan panggilan terkhusus dari kepala sekolah.
"Sekali lagi saya sampaikan, atas nama Mentari kelas 12 IPA satu, untuk segera keruangan kepala sekolah."
Agas langsung melirik Mentari. Tidak mungkin 'kan jika Mentari mempunyai masalah dan di panggil langsung oleh kepala sekolah.
"Tar lo nggak lagi punya masalah kan?" tanya Agas. Tidak srek saja jika seorang Mentari mempunyai masalah dan di panggil untuk segera keruangan kepala sekolah.
"Bukan gue yang punya masalah," ucap Mentari," tapi Alvaro," sambungnya lalu pergi dari lapangan untuk segera keruangan kepala sekolah.
Mentari hanya bisa menundukkan kepalanya saat ini, dia sedang berada di ruangan kepala sekolah bersama dengan Alvaro duduk di kursi sampingnya.
Wajah cowok itu masih seperti biasa hanya menampilkan wajah dinginya saja, serta wajahnya yang lebam karna perkelahian.
Kepala sekolah yang menggunakaan kacamata itu menatap Alvaro dan Mentari secara bergantian. Dia kepala sekolah yang berkacamata tebal sekaligus wali kelas Mentari dan Alvaro.
Kepala sekolah yang berkacamata itu sejak kelas sepuluh sampai sekarang menjadi wali kelas Mentari, dan dia juga yang selalu menunjuk Mentari untuk menjadi ketua kelas.
"Kamu tau apa kesalahan kamu?" Kepala sekolah mulai mengintrogasi Mentari dengan suara intimidasi. Ini yang membuat Mentari khawatir jika teman sekelasnya berbuat ulah, karna dirinya yang akan menjadi orang pertama di introgasi atas kesalahan mereka.
"Iya Bu," jawab Mentari masih menundukkan kepalanya. Dia takut menatap manik mata kepala sekolah sekaligus wali kelasnya itu.
"Kamu kemana saja Mentari? Kenapa tidak meleraikan pertengkaran antara teman kelas kamu dengan kelas sebelah?" tanya kepala sekolah, lebih tepatnya pernyataan untuk Mentari.
Mentari mendonggakkan kepalanya, memberanikan diri untuk menatap kepala sekolah, meski dia takut menatap kepala sekolah itu.
"Kamu sudah tau kan kewajiban ketua kelas itu seperti apa?" Suara rendah namun tegas itu memberikan pernyataan kepada Mentari.
"Sekali lagi saya minta maaf Bu," kata Mentari dengan wajah cemas meminta maaf kepada kepala sekolah di hadapannya.
"Ibu tidak minta permintaan maaf, kamu Mentari. Ibu hanya bertanya kemana kamu saat Alvaro berantem dengan kelas IPS," terang kepala sekolah sembari memperbaiki kacamatanya yang sedikit melorot.
"Saya ke kantin Bu, manggil Agas." Mentari berkata jujur, karna apa yang dia katakan memang benar jika dia kekantin memanggil Agas.
"Kamu yang ketua kelas Mentari bukan Agas," terang kepala sekolah kepada Mentari. "Jadi kamu yang harus menyelesaikannya bukan teman kelas kamu atau Agas," sambungnya masih dengan suara rendah namun tegas.
"Sekali lagi saya minta maaf Bu." Hanya kata itu saja yang mampu di keluarkan oleh Mentari. Dia tidak bisa membelah dirinnya karna ini sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai ketua kelas.
Sementara Alvaro masih setia memasang wajah dinginya, seakan-akan dia tidak melakukan kesalahan membuat Mentari menarik nafasnya dalam karna sifat Alvaro yang terlalu dingin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Nofta Putri
tuh orang ya kutu batu atau apa sihh sampai sesantai itu heran deh
2024-12-06
0
FN Syantika
Dipikir pikir kenapa selalu Mentari yang jadi penanggung jawab kesalahan teman sekelasnya. Jadi kasihan sama Mentari. 🥺
2024-05-08
0
IK
jadi ketua kelas ny tugas ny berat bngt yaa
2022-11-19
1