Melihat ayahnya tertawa, Gin mengeluh.
"Ayah, umurku masih 5 tahun dan dua hari lagi akan 6 tahun. Masih jalan yang panjang untuk aku berlatih, lagipula aku masih anak-anak!" keluh Gin memasang jari tengahnya.
Kuro tidak mengerti tanda jari Gin tapi dia tertawa sambil mengikuti gerakan jari anaknya.
"...."
Kini giliran Gin yang terdiam.
Mengabaikan kebodohan keduanya, Kuro tersenyum berkata. "Haha, jika kamu bosan, apakah kamu mau ikut dengan papa?"
Gin tertarik, "Oh, kemana?"
"Haha, ikut saja dengan papa. Apakah kamu pernah mengunjungi kota?"
Mata Gin terbelalak. "Apakah kita akan ke kota?"
"Ya, ayah juga ingin bertemu seseorang di sana?"
"Yossh! Ayo berangkat sekarang!" Gin sangat senang hingga berteriak.
Pasalnya, selama 5 tahun hidup di dunia ini, dia tidak pernah sekalipun pergi jauh dari Villa rumahnya. Karena daerah Villa jauh dari pemukiman dan terlihat agak terpencil, Gin tidak pernah tahu kehidupan apa diluar daerah Villanya.
Tempat tinggalnya dikelilingi perbukitan, hutan dan sungai yang indah. Bisa dikatakan bahwa rumah Gin adalah keinginan setiap orang yang membutuhkan kedamaian.
Gin pernah mendengar ada kota kecil tidak jauh dari Villanya, namun kata tidak jauh itu sebenarnya 3 Kilometer. Dengan sifat Gin, ia tidak pernah berpikir untuk mengunjunginya.
Lagipula, ada juga penjaga yang melindungi sekitar daerah Villa Gin yang tidak bisa membuatnya keluar secara bebas. Ditambah, dia sangat nyaman hidup di Villa dan mendapatkan segalanya.
"Uhuh, uhuk, tapi sebelum itu, ayah akan minta izin ke mama kamu." ucap Kuro sambil mengeluarkan sebuah benda pada sakunya.
Saat melihat benda yang dikeluarkan Kuro, mata Gin tidak bisa terkejut.
Itu... Itu...
Smartphone?
Benda itu berbentuk layaknya Smartphone di Bumi, namun secara sekilas, itu tidak memiliki kamera yang biasa terpasang di belakang.
Gin penasaran dan bertanya. "Ayah, benda apa itu?"
Kuro tersenyum dan menyadari sesuatu, "Oh, haha, kamu pasti baru pertama kali melihatnya. Ini adalah benda sihir ajaib yang biasa digunakan untuk komunikasi jarak jauh. Namanya ‘Pon Pon’."
Pon Pon?
Siapa yang memberikan nama bodoh ini?
Gin sangat penasaran pada benda itu dan bertanya. "Ayah, bisakah aku meminjamnya?"
"Oh, ini ... "Kuro memperhatikan bahwa anaknya penasaran dengan Pon Pon dan meminjamkannya.
Gin memeriksa setiap bagiannya. Em, bentuk luarnya persis sama seperti Smartphone di Bumi tapi hanya tidak memiliki kamera. Gin kemudian memeriksa bagian dalamnya namun Pon Pon tidak menyala seperti yang diharapkan.
"Ayah, bagaimana menyalakannya?"
"Haha, dasar anak bodoh, kamu harus menyalurkan Mana kamu ke dalamnya." Kuro mengolok-olok anaknya dengan terbahak-bahak.
"Diamlah!" Gin merasa jengkel setiap kali diejek ayahnya, namun perhatiannya lebih fokus pada Pon Pon.
Em?
Tidak ada aplikasi, Email, atau lainnya? Hanya nomor seseorang dan namanya?
Apakah hanya bisa untuk berkomunikasi?
"Ayah, apakah Pon Pon tidak memiliki Wifi, Internet, atau game?"
"Wifi, Internet ... Benda apa itu?"Kuro bingung dan mengelus dagunya.
"Uh, lupakan ... Ini ambil kembali Pon Pon bodoh ini." Gin menggerutu karena benda itu tidak sesuai harapannya.
Gin mengharapkan bahwa benda itu akan memiliki internet atau game. Lagipula jika hal-hal seperti itu ada, di dunia fantasi ini tidak akan begitu membosankan.
Ais, dunia isekai abad pertengahan sangat membosankan!
Setelah ayahnya menelpon dan berkomunikasi pada ibunya. Akhirnya dengan izin itu, Gin bisa pergi keluar dari Villa untuk melihat kota bersama ayahnya.
Yah, setidaknya dengan kabar ini, Gin merasa senang dan ingin melihat dunia sedikit lebih luas.
...
...
...
Gin dan ayahnya berjalan keluar dari gerbang Villa. Bocah itu melihat sekeliling dengan bingung.
"Ayah, dimana kereta kudanya?"
Kuro meregangkan tubuhnya menghirup nafas dalam-dalam. Melihat kebawah pada anaknya dia menjawab. "Apa maksudmu kereta kuda?"
Eh?
"Maksud ayah, kita tidak pergi ke kota dengan kereta kuda? Oh, mungkin hewan seperti elang raksasa atau sesuatu yang lain yang bisa membawa kita ke sana dengan cepat!"
Gin merasa bersemangat karena dia memikirkan bagaimana jika dia bisa terbang menaiki sebuah burung. Meski tidak terbang secara langsung tapi itu pasti pengalaman yang luar biasa.
Namun fantasi Gin tidak sesuai yang dia harapkan.
Kuro hanya menggaruk kepalanya dengan malu dan tertawa canggung, "Aha, ahaha ... "
Oi, ada apa dengan ayah bodoh ini?
"Ah, Shiro ... Sebenarnya kita tidak memiliki kereta kuda atau burung yang kamu maksudkan itu." kata Kuro dengan malu.
"Maksud ayah, kita akan berjalan kaki sampai ke kota?" Gin merasa kaget dan frustasi. Itu tiga kilometer!
"Ya, itu benar, tapi jika Shiro merasa terlalu lama, kita bisa berlari." ucap Kuro meyakinkan.
Gin jengkel dan wajahnya jelek, "Berlari? Lupakan! Aku akan kembali ke Villa dan membaca buku."
Gin menolak dan merasa bahwa pergi ke kota akan sangat melelahkan. Dia berpikir apa spesialnya di sana? Mungkin itu akan menjadi sebuah kota yang dikelilingi tembok besar dan di dalamnya ada berbagai toko di sepanjang jalan.
Lupakan, dia sudah banyak melihatnya di anime.
"Oh, itu sayang sekali, tapi aku ingin mengenalkan kamu pada teman papa bernama Maria seorang Bartender yang seksi ... Terlebih dia memiliki sesuatu yang besar!" ucap Kuro terkekeh misterius.
Gin yang akan berjalan kembali ke Villa, mendengar kata-kata ayahnya.
Itu seperti bergema dalam benaknya seperti lonceng suci.
Besar! Besar! Besar!
Oppai! Oppai! Oppai!
Muehehehe!
Gin tersenyum mesum dengan mulut penuh liur. Tangannya saling menggosok seperti gatal oleh sesuatu.
"Kukuku, ayah, apakah informasi ini sangat relevan?"
"Kukuku, ayah seratus persen benar anakku!"
Kedua ayah dan anak ini sama-sama tersenyum secara menjijikkan. Mungkin di saat inilah mereka benar-benar kompak dan memiliki pikiran, tujuan yang sama.
"Baiklah, ayah, kita tidak bisa melewati kesempatan ini untuk melihat benda mistis itu. Kita harus mensurvei secara langsung dengan akurat Opp... Maksudku kota kecil itu?"
"Benar anakku."
Saat keduanya hendak beranjak, tiba-tiba telinga mereka berdua merasakan sensasi sakit.
Itu adalah Ava yang menarik kedua telinga anak dan suaminya. Wajahnya tampak tersenyum tapi secara sekilas kita bisa melihat bahwa dahinya seperti menghitam. Itu adalah senyum menakutkan.
"Arara ... Apa yang kalian pikirkan hingga memasang ekspresi menjijikkan itu? Hem." Nada suara Ava nampak lembut. Namun bagi Gin dan Kuro itu lebih seperti suara bisikan iblis.
Punggung mereka berdua berkeringat dingin, dan seperti ketakutan naluriah dalam lumbuk hati mereka muncul.
Hal yang harus diketahui. Bagi Gin, apapun yang terjadi jangan sampai membuat ibunya marah! Atau kalau tidak, itu akan menjadi akhir buruk baginya.
Dia bisa saja mengolok-olok ayahnya hingga mati, namun untuk menyinggung perasaan ibunya. Oh, itu adalah sesuatu hal yang tak pernah ia pikirkan!
Mungkin salah satu hal yang sangat ditakuti Gin di dunia ini adalah senyum ibunya saat ini.
"Kenapa kalian diam? Hm, suami sayang, apakah kamu mengajari sesuatu hal buruk bagi Shiro lagi?" tanya Ava dengan suara lembut dan halus.
Kuro menelan ludah dan berkeringat, "Ah, bukan bukan. Kami hanya membicarakan tentang memburu Beast nanti saat perjalanan! Kan, Shiro ... "
Ayahnya tampak menyedihkan dan berkedip mengisyaratkan sesuatu. Gin mengerti dan berbicara. "Ah, itu benar! Ibu, ayah dan aku berbicara tentang cara membunuh Beast saat diperjalanan."
Ava melepas cubitan tangannya, dia berjongkok dan memeluk Gin ke dadanya. Meninggalkan Gin yang sesak nafas terhimpit dua benda besar.
Ava dengan sedih berbicara. "Shiro sayang, sebenarnya ibu tidak mau kamu pergi keluar karena terlalu berbahaya dan ibu tidak mau kamu bertemu Maria wanita murahan itu. Tapi karena ulang tahunmu sudah dekat, ini bisa menjadi hadiah yang bagus karena usahamu belajar sihir dengan keras selama ini.
Kamu bisa memperluas pengetahuan dengan melihat dunia dan melihat hal-hal luar biasa yang biasa kamu baca di dalam buku."
Gin membiarkan ibunya memeluknya. Meski dia terhimpit oleh benda kesukaannya, dia tidak memiliki nafsu dan hanya merasakan kehangatan hati seorang ibu kepadanya.
"Mm, aku akan berjanji akan berhati-hati ibu." ucap Gin membalas pelukan ibunya sambil tersenyum.
Kuro dari samping juga tersenyum indah saat ini. Melihat istri dan putranya saat ini, dia juga merasakan rasa kekeluargaan sejati.
Setelah puas, akhirnya mereka berpamitan.
"Suami, jaga Shiro dengan baik, jangan sampai ada luka lecet sama sekali pada tubuhnya."
Kuro hanya tersenyum mencium dahi istrinya. "Tenang saja, aku akan menjaga putra kita dengan baik."
Setelah itu, Kuro dan Gin pergi sambil melambai pada Ava yang berdiri di gerbang.
Ava juga tersenyum bahagia sambil melambaikan tangannya.
Pada saat ini, Ginshiro seorang pria paruh baya yang jiwanya bereinkarnasi dari Bumi akan memperluas pengetahuan tentang dunia lain...
Dan ini akan menjadi awal perjalanan yang menyenangkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
R E M E D Y
tidack ramah bintang 1
2023-06-01
1
Astarte
hayoo lu
2023-01-07
0
Astarte
yahaha bjir
2023-01-07
0