"Kak?" panggil Kana dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
Adrian tersenyum kaku lalu memberi isyarat pada Kana untuk mendekat. "Wah, kalau ada cewek cantik macam begitu mah gue juga bakalan cepet siuman." Itu bisikan Kanda yang berniat menggoda adiknya yang raut mukanya sudah tak enak. Kanda menahan tawanya lalu segera mendekati Adrian.
"Jangan dengerin kakak kamu Dek, itu teman kantor kami." Seperti malaikat dan iblis, suara Joddy ini lebih mirip seperti bisikan malaikat sedangkan bisikkan Kanda lebih mirip bisikan iblis yang berusaha menggoyahkannya.
"Lha kenapa lu bisa sampai pingsan begini Ian?" tanya Kanda menepuk pundak Adrian yang terlihat lebih segar.
"Kekurangan nutrisi, istrinya di rumah gak ngurusin kali." Ini bukan Adrian yang menjawab melainkan wanita yang sejak tadi ada di samping ranjang Adrian menyuapi Adrian dan membuat salah paham Kana.
Adrian menatap Kana yang wajahnya berubah masam. Padahal ketika melihat Kana tadi rasa pusing dan Mual Adrian berlkurang tapi sepertinya bakalan ada badai lagi, karena gestur wanita di sampingnya tadi sangat dekat saat menyuapi Adrian pasti Kana sudah salah paham. Adrian sudah menolak dan mau makan sendiri tapi temannya ini memaksa.
"Saingan berat nih Na, mana cantik, elegan dan body-nya gitar Spanyol pula kalau lu mah ukulele,"bisik Kanda lagi, memprovokasi Kana dan sepertinya berhasil. Dengan 'gagah-nya' seorang wanita, Kana berjalan memutari ranjang Adrian sehingga berada tepat di depan wanita itu.
"Jangan sok tau ya Tante!" Dengan kesal Kana mengambil mangkuk berisi bubur itu lalu berjalan kembali ke tempatnya semula.
"Kamu siapa? Berani banget!" Wanita itu terlihat marah. Kana mendecih, rupanya wanita rubah ini belum tahu kalau Kana adalah istri Adrian.
"Aku istrinya Kak Adrian." Kana berkata lantang dengan dagu terangkat menunjukkan kalau dia percaya diri.
Bukannya kaget tapi wanita itu malah tertawa meremehkan. "Istri? Aku ibunya dong." Susan menatap Kana seperti mengejek.
"Sorry, San. Dia memang istriku,"sahut Adrian yang sejak tadi diam. " Dan Kana, ini Susan dia teman satu divisi di kantor."
Kana tersenyum penuh kemenangan berbanding terbalik dengan wanita bernama Susan yang menatap Kana tak percaya.
"Makanya Tante, datang dong kenikahan kemarin." Karena setahu Kana semua teman kantor Adrian diundang saat mereka menikah. Jadi, kemungkinan Susan ini tidak datang.
Susan menatap Kana dari atas sampai bawah dengan tatapan menilai. Susan memang tidak datang waktu Adrian menikah, karena memang dia ada tugas ke luar kota. Susan juga dengar kalau Adrian pria yang ditaksirnya itu menikah dengan perempuan yang lebih muda tapi Susan tidak menyangka akan semuda ini. Cantik memang dengan make up demam ala Korea itu tapi apa iya ini tipe Adrian?
"Oh, kamu istrinya Adrian?" Susan berusaha menutupi kekagetannya. Tersenyum sombong ke arah Kana. "Urusin dong suaminya. Asal kamu tahu saja, jabatan Adrian di kantor itu tidak main-main kalau dia sakit bisa kacau kantor."
Kana menatap tajam ke arah Susan tak terima karena dipojokan. Kenapa jadi dia yang disalahkan?
"Gak usah sok tau ya Tan."
"Aku bukan tante-tante!" Susan tak terima.
"Oh, ya maap habis wajahnya kayak tante-tante sih. Boros muka!"
Kanda yang sejak tadi menahan tawa terpaksa menutup mulut dengan kepalan tangannya, sedangkan Adrian memijit pangkal hidungnya.
"Kayaknya gue sama Susan balik aja deh ke kantor." Joddy yang masih bisa berpikir jernih akhirnya mengambil keputusan. Dia tahu betul siapa Susan. Dia masih saja terobsesi pada Adrian dan tidak akan berhenti menganggu kalau mereka masih di sini. Lagipula tadi Susan sendiri yang memaksa untuk ikut mengantar Adrian padahal kan Joddy bisa sendiri mengantarnya.
"Kamu aja yang balik ke kantor aku masih ingin di sini," tolak Susan dengan wajah tak rela jika harus meninggalkan Adrian.
"Mau ngapain? Istrinya sudah datang," sergah Joddy mulai kesal dengan tingkah Susan.
"Kamu pulang saja San. Terimakasih sudah nemenin. Tapi sekarang istri sama kakak iparku sudah datang lagipula setelah infusnya habis aku juga boleh pulang kamu tidak perlu menunggu di sini." Adrian berusaha tidak menyinggung Susan.
Kana menjulurkan lidahnya ke arah Susan? Dengerin tuh tante!
Susan mengambil tas jinjingnya memberi tatapan
membunuh pada Kana lalu bergegas pergi begitu saja tanpa berkata apapun.
" Biarin aja."Joddy tersenyum meyakinkan kalau dia bisa mengatasi semuanya. "Gue cabut dulu, lu ambil aja cuti 2 hari buat istirahat entar jangan lupa minta surat dokter. Mobil lu biar diantar sopir kantor." Joddy menepuk pundak Adrian yang mengangguk pelan itu.
"Duluan ya Dek?" Joddy tersenyum manis pada Kana lalu ber-tos ria dengan Kanda sebelum akhirnya bergegas pergi menyusul Susan.
"Enak ya yang disuapin cewek cantik,"sindir Kana sebal, melirik tajam ke arah Adrian ya ng tersenyum kaku itu.
"Niat dia cuma nolong Na. Aku udah nolak tapi dia maksa terus aku bisa apa? Lagian tadi Joddy kan lagi jemput kamu diparkiran, tadi aku benar-benar lemas sebelum dapat infus." Adrian meraih tangan bebas Kana menempelkan punggung tangan Kana di pipinya membuat Kanda memutar bola mata jengah melihat tingkah lebay Adrian.
"Siapa Susan? Masa kalau temen bisa sampai bela-belain nunggu terus nyuapin!" Kana masih tidak terima dengan apa yang dia lihat tadi.
"Aku gak punya perasaan apapun pada Susan Na. Kan tadi aku bilang aku udah nolak buat disuapin. Aku minta maaf kalau kamu kesel."
"Masa gak ada perasaan apa-apa sama cewek yang badannya kayak gitar Spanyol. Emangnya aku yang badannya cuma kayak ukulele?" Kana cemberut.
Adrian mengernyit darimana istrinya punya kosakata seperti itu? " Demi Allah Na, aku gak ada perasaan apa-apa pada Susan. Lagian siapa yang bilang badan kamu kayak ukulele?"
"Bang Kanda," jawab Kana lugas menatap Kanda yang pura-pura menatap ke arah langit-langit. Adrian menatap tajam ke arah Kanda. Kompor meleduk!
"Suapin ya Na?Kalau yang nyuapin kamu kayaknya gak mual deh," rayu Adrian dengan wajah dibuat sememelas mungkin. Sayangnya Kana yang sudah terlanjur kesal tidak terbujuk dengan rayuan Adrian.
" Gak mau. Aku masih kesel." lalu meletakkan mangkuk ke tangan Kanda yang gelagapan itu.
"Kok dikasih ke gue?" tanya Kanda.
"Kamu aja Bang nyuapin. Aku masih kesel!"
Kanda dan Adrian saling bersitatap lalu dengan cepat Adrian mengambil mangkuk di tangan Kanda. Mending dia makan sendiri daripada disuapi Kanda. Kalau Kanda yang nyuapin bisa-bisa sendoknya ikut ke makan.
Kanda mendecih. "Jadi apa kata dokter?" Kanda bertanya dia benar-benar penasaran. Bagaimana mungkin sekelas Adrian bisa pingsan hanya gegara kurang makan?
"Semua hasil lab baik. Dokter juga binggung kenapa aku bisa kekurangan nutrisi. Mungkin karena gak ada makanan yang masuk. Bagaimana mau masuk tiap diisi balik lagi." Adrian menyuapkan makanan ke mulutnya sembari menatap Kana dan ajaib, mualnya tidak begitu terasa.
"Tuh Bang berarti emang bukan karena Kana gak kasih makan Kak ian. Tapi Kak Ian-nya aja yang lagi malas makan!" seru Kana mematahkan kata-kata Kanda yang menuduhnya tidak pernah memasak.
Kanda mendengus. "Lha terus kenapa lu tiba-tiba sering mual sama muntah?" tanya Kanda lagi.
"Gak tahu." Adrian mengangkat bahu.
"Jangan-jangan lu didukunin lagi,"tebak Kanda asal.
"Generasinya udah generasi micin Bang! Masih aja percaya sama yang begitu!" sergah Kana.
" Ah, nyamber aja lu! Ya sapa tahu aja kan! kalau pemeriksaan medis aja gak ditemukan penyakit. Bisa sajakan dia dapat perlakuan non-medis."
Kana dan Adrian hanya saling berpandangan, sedikit termakan omongan Kanda.
Masa sih?
*******
Terimakasih ya yang selalu ngikutin cerita mal pertama Kana. komeentar kalian bikin aku semangat!
selalu cintaaa kalian!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Meisri Sudarmini
part konyol nih...
Kanda vs Kana
🤣🤣🤣🤣
2022-01-31
0
Nur Rochimah
hamidun
2021-06-03
0
Siti Suprihatin
😅😅😅😅
2021-05-26
0