Kana membuka gorden kamarnya lalu membuka jendela bertralis itu agar terjadi pertukaran udara sehingga tidak terasa pengap di dalam kamar. Cahaya matahari menyeruak masuk membuat seseorang yang masih berada di bawah selimut itu menggeliat malas.
"Kak, bangun udah jam 7. Tumben Kakak malas." Kana duduk di samping ranjang lalu membuka selimut yang menutupi separuh tubuh Adrian.
"Jam berapa sayang?" tanya Adrian.
"Tujuh Kak, bangun! Itu udah Kana siapin sarapan di bawah. " Kana merapikan tempat tidur bagian samping Adrian.
"Kepalaku kok pusing ya Na?" Adrian bangkit dari tidurnya bersandar pada kepala ranjang lalu memijit pangkal hidungnya sambil sesekali mengeleng-gelengkan kepala memastikan jika pusing yang dia rasakan hanya sebentar.
Kana menyentuh kening Adrian dengan punggung tangannya. "Hangat Kak. Mau bolos kerja aja?"
Adrian menggeleng. "Hari ini ada meeting."
"Ya udah aku siapin air hangat buat mandi ya Kak. Besok kalau punya uang lebih bikin kran air panas dong Kak. Jadi irit gas elpiji." Kana beranjak dari duduknya tersenyum manis ke arah Adrian yang menatapnya geli itu. Sempat-sempatnya istri kecilnya memprotes dengan caranya yang polos seperti itu. Sungguh, istri kecilnya ini menggemaskan.
Sepeninggal Kana, Adrian memilih memejamkan mata. Kepalanya terasa berat, perutnya juga mual, sepertinya maagnya kambuh. Adrian baru ingat kemarin di kantor dia cuma makan mie seduh dan se-cup kopi. Jangan-jangan karena itu. Lebih baik dia tidur sebentar lagi siapa tahu pusing di kepalanya hilang.
*
Kanda terkikik geli saat melihat Kana yang sejak tadi mengomel karena Kanda yang usil melemparinya dengan kulit kacang.
"Bang, Please aku udah capek nih! Jangan usil!" Dengan gemas Kana mengumpulkan kulit-kulit kacang yang bertebaran di meja sambil sesekali memberi tatapan membunuh pada kakaknya yang siang ini mampir ke rumahnya, katanya tanggal tua jadi dia numpang makan.
"Na, ambilin gue minum haus!" pinta Kanda tangannya menyentuh tenggorokan dengan gaya dramatis.
"Gak mau ah. Ambil sendiri!" tolak Kana kesal. Enak saja tuh orang udah numpang makan masih minta dilayanin.
Kanda beranjak dari duduknya. "Kualat lu disuruh orang tua gak mau." Lalu berjalan menuju dapur. Kana menatap abangnya sambil menyumpah serapahnya bahkan Kana merapalkan mantera agar abangnya berubah jadi robot pembersih rumah.
"Na, apaan nih? Wiidih, lu bikin menu sehat?" teriak Kanda dari arah dapur. Kana merengut pasti deh Kanda membaca kertas menu makanan sehat dari Rahayu yang dia tempel di pintu kulkas.
"Dari bunda Rahayu." Kana menghampiri Kanda yang tertawa cekikikan membaca deretan menu.
"Astaga, gila ya. Tiap hari ada menu semangka?" Kanda geleng-geleng kepala.
"Biar apa?"
"Biar aku cepat hamil Bang," jawab Kana jujur.
Kanda yang sedang minum itu langsung tersedak. "What??"
"Itu tuh mama sama bunda ngebet minta cucu." Kana membuka pintu kulkas mengambil satu cup es krim dan membawanya ke ruang tv.
"Masa?" tanya Kanda yang berjalan dibelakang Kana.
"Iya," Kana membanting tubuhnya ke sofa.
"Makanya aku disuruh makan yang sehat-sehat," jelas Kana lalu asik menyendoki es krimnya.
"Tapi ya wajar sih Na. Kalian kan sudah menikah jadi sah-sah saja kalau mereka minta cucu."
"Kenapa gak minta lu aja sih Bang?"
Kanda mendelik. "Gila! Gue mana ada istri, gue kan belum nikah."
"Oh iya ya." Kana cengengesan. "Tapi sebenarnya aku masih agak takut sih Bang walaupun Kak Adrian udah njelasin kalau hamil itu gak seribet yang orang bilang." Wajah Kana berubah sedih.
"Ngapain pakai takut?" Kanda duduk di samping adiknya. "Hamil itu udah kodrat wanita Na. Hamil salah satu perjuangan wanita. di luar sana banyak wanita yang gak dikasih kesempatan buat hamil. Makanya kalau lu nanti hamil, tandanya lu dikasih kepercayaan Tuhan. Lu harusnya bangga Na. Lagian lu mau hidup berdua aja dengan Adrian kalau tua nanti? Gak ada yang jaga, gak ada yg ngerawat? makanya harus ada generasi penerus Na." Kanda menjelaskan pada adiknya yang kini tengah menatapnya dengan mulut terbuka.
"Ngapa lu, ngeliatin gue segitunya? Lu gak incest kan Na?"
"Amit-amit. Ini beneran kamu yang ngomong Bang?" tanya Kana tak percaya sejak kapan abangnya ini bisa serius?
"Bukan, dokter Boyke. Ya, gue lah, oncom!"Kanda mengacak-acak rambut Kana gemas membuat Kana merengut kesal.
"Bang pesenin makan malam dong, buat kita bertiga. Aku lagi malas masak nih! Rasanya capek banget."
Kanda menyipitkan matanya. "Yang bayar?"
"Aku," sahut Kana cepat membuat senyum terbit di bibir Kanda.
"Mau makan apa lu?" Padahal tadi Kanda sudah makan mie instan tapi kayaknya makan lagi gak masalah.
"Apaan ya, terserah deh Bang!"
"Gak ada makanan dengan nama terserah!" Kanda mengeluarkan ponselnya mencari aplikasi pemesanan makanan. Kana mengetuk-ngetuk dagunya berpikir keras.
"Kayaknya rica-rica bebek enak Bang."
Kanda mengerutkan dahinya. "Bukannya lu gak suka bebek?"
"Enak kayaknya." Air liur Kana serasa menetes saat membayangkannya.
"Oke! Gue pesenin. lu yang bayar." Lumayan makan gratis lagi. Tadi juga Kana cuma masakin mie instan mana kenyang?
"Tumben lu pake 'aku-kamu'?" tanya Kanda.
"Gak boleh pake 'gue-gue' sama Kak Ian." Kana menjawab cuek asik menyendoki es krim
Sedang asik mengetik, bel rumah terdengar berbunyi. Kana menatap takjub ke arah kakaknya. "Wah, Bang keren banget! Baru pesen udah datang aja."
Kanda mendengus. "Itu tamu! Orang gue baru mau ngetik." Kanda menunjuk layar ponselnya.
Kana terkekeh, berdiri dari duduknya lalu bergegas pergi membuka pintu. " Lho kakak udah pulang? Tumben?" Kana terkejut melihat Adrian yang sudah berdiri lesu di depan pintu.
"Akhirnya ..." desah Adrian tiba-tiba memeluk Kana erat, menghirup aroma tubuhnya dalam-dalam.
"Kakak kenapa?" Kana binggung, tapi tangannya terulur membalas pelukan Adrian.
"Pusing banget Na," bisik Adrian.
Kana melepas pelukannya lalu menatap Adrian tangannya terulur menyentuh keningnya. "Udah gak panas."
"Ya udah masuk dulu Kana bikinin teh hangat. Ada bang Kanda tuh di dalam," suruh Kana.
Adrian menarik Kana ke pelukannya. " Tapi pelukannya jangan dilepas ya, pusingnya ilang deh kalau meluk kamu."
Kana tersenyum geli. "Modus banget deh!"
"Ngapain lu jam segini pulang Ian? Biasanya malem?" Kanda heran menatap Adrian yang datang bersama Kana.
"Pusing gue. Heran gak ilang-ilang mana mual lagi maag gue kambuh." Adrian menjatuhkan dirinya di sofa bersandar sambil memijit pangkal hidungnya.
"Aku bikinin teh dulu ya." Kana bergegas menuju dapur.
" Gue kopi dong Na!" teriak Kanda.
" Bikin sendiri!" sahut Kana dari dalam dapur.
"Kampret, gue udah pesenin makanan lho!" Kanda tak mau menyerah.
"Yang bayar kan Kana!"
"Asem lu!"
Adrian terkekeh mendengar perdebatan kakak beradik itu, saat-saat yang Adrian rindu. Walaupun mereka berdua sering berdebat tapi jika berjauhan keduanya saling merindukan. Buktinya Kanda sering sekali datang ke rumahnya untuk bertemu Kembali dengan pura-pura minta makan, padahal Adrian tahu Kanda merindukan adik kesayangannya itu.
"Ini tehnya sama pancake durian dikasih tetangga depan." Kana yang datang langsung meletakkan nampan berisi secangkir teh dan sepiring kue.
"Lha kok cuma satu cangkirnya, terus ini. Tadi kayaknya gue gak liat ada pancake lu sembunyiin ya!" Kanda menunjuk-nunjuk nampan dengan muka tak terima.
Kana menatap Kakaknya santai. " Tadi Kana kan bilang bikin sendiri bang Kanda kan gak lagi meriang. Terus soal pancake tadi ada di meja ketutup tudung saji."
Kanda melotot sebal. "Jahat lu!" Akhirnya Kanda mengalah pergi menuju dapur untuk membuat kopi sendiri.
"Kamu tuh, gak boleh gitu sama Kakak sendiri." Adrian mencubit pipi Kana pelan lalu mengambil sepotong pancake. Baru gigitan pertama perut Adrian terasa diaduk-aduk.
"Kok, bau banget sih Na. Ini basi ya?"Adrian melepeh gigitan pertamanya dengan tisu.
"Enggak kok, tadi aku habis tiga potong masih enak." Kana mengambil sisa gigitan Adrian lalu memakannya.
"Masih enak kok Kak." Kana melahap sisa potongan itu dan mengunyahnya. Adrian yang melihat itu merasa perutnya makin diaduk-aduk.
"Eh, busyeetttt! Lu rakus amat makan sendiri!" seru Kanda yang datang dengan secangkir kopi, buru-buru mengambil sepotong pancake dan langsung melahapnya Bau durian membuat kepala Adrian bertambah pusing dan perutnya mual seperti naik roller coaster.
"Gak beres nih," gumam Adrian lalu berlari ke arah kamar mandi.
"Hoekk...hoekkk...hoekk." Suara muntah Adrian terdengar sampai ke ruang TV di mana dua orang yang berada di sana saling berpandangan dengan penuh tanya.
"Laki lu kenapa dah?" Kanda mencomot satu pancake.
"Gak tau, masuk angin kali," sahut Kana ikut mengambil satu pancake sambil menghampiri suaminya yang menunduk di atas wastafel dengan muka pucat pasi.
"Kakak gak apa-apa?" tanya Kana lalu menyuapkan pancake di tangannya melihat itu Adrian mual lagi lalu memutahkan isi perutnya.
Adrian sakit.
**********
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments
Momo R
kana hamil dah tu
2021-07-07
0
Siti Suprihatin
Kana hamil Andrian yg nyidam😁
2021-05-26
0
Anonymous
sodaraan ko seru banget
2021-04-07
0