Maaf, kita pisah saja.

Rumah mungil bergaya minimalis dengan teras yang dihiasi banyak tanaman hias yang biasanya terlihat tenang kini sedikit ramai dengan pertengkaran penghuninya.

"Kak, mau ke mana?" Kana mengejar suaminya yang lebih dulu masuk kamar.

"Aku sudah lelah Na." Adrian duduk di tepi ranjang kamar, wajahnya terlihat sangat kelelahan dan murung.

" Ya sudah kakak istirahat dulu." Kana tersenyum manis, biasanya Adrian akan luluh dengan senyum manisnya ini. Tapi sepertinya kali ini tidak, wajah Adrian tetap murung.

"Kamu tahu aku bukan lelah karena itu. "Adrian menatap Kana tajam, kata-katanya terkesan datar dan dingin membuat hati Kana mencelos.

"Kak." Kana menyentuh pundak Adrian tapi dengan cepat Adrian menghindar. mendapat perlakuan yang tak biasa dari Adrian itu membuat Kana sakit. Hatinya terasa dicubit.

"Kakak kenapa? Apa salah Kana?"

"Kamu masih tanya apa salah kamu?"Adrian berdiri tegap di depan Kana menatap istri cantiknya itu tajam.

"Apa artinya aku buat kamu?"

"Maksudnya apa sih Kak?"

Adrian menghela napas kasar. "Kita sudah menikah Na. Tapi kenapa sampai sekarang aku bahkan tidak mendapatkan hakku sebagai suami kamu! Jadi, apa arti aku buat kamu!"

Kana gelagapan dia gugup. Bibirnya terkatup rapat karena dia tidak bisa menjawab pertanyaan Adrian. Dia binggung.

"Kak. Aku minta maaf!" Kana mencoba meraih tangan Adrian yang langsung menjauh dengan cepat itu.

"Bersikaplah dewasa Na. Kamu harus tahu apa saja kewajiban kamu sebagai istri. Aku lelaki dan aku bisa saja dengan mudah mendapatkan wanita lain di luar sana."

Kana terkesiap mendengar kata-kata Adrian yang sangat menyakiti itu. "Kak, kok ngomongnya begitu? Maafin Kana, Kak! Kemarin Kana belum siap saja." Kana merasa Adrian bukan Adrian yang biasanya.

Adrian tersenyum sinis. " Belum siap? Lalu sampai kapan aku harus menunggu? Sampai kapan?? Sampai aku harus bertemu dengan wanita lain yang bisa memenuhi apa yang aku mau?"

Kana mengigit bibirnya menahan tangis lalu cepat-cepat menggeleng.

"Lalu kapan Na?"

Kana terdiam. Dia juga tidak tahu kenapa dia menjadi gagu tiap Adrian menanyakan tentang hal 'itu'.

Kana mendekat ke arah Adrian. "Kak-"

"Cukup!" Adrian menahan Kana dengan tangannya. "Sepertinya kita tidak bisa begini terus Na."

Kana mendongak ke arah Adrian menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Ma-maksud Kakak apa?" tanya Kana binggung. Mendadak perasaan tak enak menyelimuti hatinya.

Adrian menatap Kana lekat-lekat, lalu menghela napas kasar. " Maaf, kita pisah saja."

Kana menutup mulutnya dengan tangan saat mendengar apa yang dikatakan Adrian. "Ma-maksud Kakak apa?"

"Kita cerai Na." Adrian lalu beralih membuka lemari baju dan mengambil koper yang ada di atas lemari memasukan bajunya satu persatu.

"Cerai? Bagaimana bisa Kak?"

"Tentu saja bisa karena kamu tidak pernah berubah jadi dewasa." Adrian menutup koper menguncinya.

"Kak, kenapa Kakak tega sama aku?" Air mata Kana sudah tidak bisa dibendung lagi. Kana menangis sejadi-jadinya.

Adrian tersenyum sinis lalu menatap tajam Kana yang menatapnya penuh air mata. "Masih banyak wanita di luar sana yang bersedia menikah denganku." Selesai bicara Adrian menarik kopernya untuk keluar dari kamar.

"Kak!" Kana menarik tangan Adrian berusaha agar Adrian mengurungkan niatnya.

"Lepaskan aku. Kita urus perpisahan kita segera." Adrian melepas tangan Kana lalu mendorongnya menjauh sampai Kana tersungkur jatuh.

"Kak!! Jangan pergi!" teriak Kana sekuat tenaga. Matanya terbuka keringat membanjiri dahi dan pelipisnya.

"Na, kamu mimpi?" Adrian yang baru saja pulang dari kerja itu mendekati Kana menyentuh pipinya. Kana menatap sekelilingnya lalu bernapas lega ternyata hanya mimpi. Jadi barusan hanya mimpi. Syukurlah.

"Na ..." panggil Adrian agar Kana menatapnya.

Kana menatap suaminya lalu menghambur ke pelukannya.

"Kamu kenapa sih? Mimpi buruk?" tanya Adrian, Kana mengangguk di dalam pelukan Adrian. Air mata sudah membasahi kedua matanya.

"Aku mimpi kakak mau pisah sama aku." sahut Kana tergugu. Adrian mengernyit kemudian tertawa membuat Kana melepas pelukannya dan menatap Adrian tajam.

" Kamu sih masih sore begini udah tidur aja?"

Kana menatap ke arah jam weker di nakas. Jam 5 sore. Dia ketiduran, karena hari ini tidak ada perkuliahan jadi Kana menghabiskan waktu dengan bersantai di rumah bersama Abby yang sejak tadi asik menonton drama Korea di kamarnya.

"Tadi di dalam mimpi aku, Kakak marah besar karena aku belum ngasih malam pertama terus Kakak pergi mau cari wanita lain."

Kana beranjak dari tidurnya bersandar di kepala ranjang termangu memikirkan mimpinya.

Wanita lain?

Tidak! Tidak boleh!

Adrian hanya milik Kana dan Kana mau selamanya begitu.

Adrian menahan tawanya. "Itu kan hanya mimpi. Mana mungkin sih Na hanya gara-gara gak dapat malam pertama aku mau minta begitu."

Kana mencondongkan tubuhnya ke arah Adrian. " Kakak gak mau cari wanita lain kan?"

Adrian tersenyum membelai pipi istrinya. "Tidak ada terbesit pikiran itu Na."

Kana tidak tahu saja seberapa besar perasaan Adrian padanya. Adrian rela menolak tawaran untuk naik jabatan dan di tempatkan di luar pulau demi menikahi Kana. Adrian rela menolak banyak wanita yang lebih dewasa hanya demi Kana. Semua karena Kana.

"Buat aku, kamu adalah rumah ternyaman untuk pulang dan berbagi suka maupun duka, Na. Orangtuamu membesarkanmu dengan penuh cinta dan kasih sayang mereka mengorbankan apapun yang mereka punya untuk kamu. Jadi, tidak sepantasnya kamu disakiti apalagi mereka mempercayakanmu padaku, dengan menyakiti kamu sama saja dengan menyakiti dan menyia-nyiakan kepercayaan mereka."

Kana speechless dengan apa yang dikatakan suaminya itu, beberapa kali pacaran tapi baru dengan Adrian dia menemukan ketulusan. Adrian mau menerima Kana apa adanya. Sifat kekanak-kanakan, manja, egois yang ada pada diri Kana mampu Adrian terima dengan tulus dan Kana bisa lihat itu dari mata Adrian.

"Dan untuk malam pertama kita yang selalu gagal , aku akan menunggunya Na. Menunggu sampai kamu siap karena aku tahu kamu masih beradaptasi dengan status baru kamu sebagai seorang istri." Adrian tersenyum membelai lembut kepala Kana.

"Kak- a-aku siap." Kana mengenggam erat tangan Adrian.

"Apa?" Adrian masih belum paham dengan apa yang dikatakan Kana.

Kana tersenyum lalu menempelkan telapak tangan Adrian ke pipinya. "Malam ini Kana siap Kak. Kakak boleh ambil hak Kakak sebagai suami dan Kana akan melakukan kewajiban Kana sebagai istri."

Adrian tersentak kaget saat mendengar apa yang dikatakan Kana. "Kamu serius Na?" Adrian memastikan sekali lagi dia takut salah dengar.

Kana tersipu lalu mengangguk pelan. Adrian bersorak dalam hati. semoga malam ini dia tidak gagal lagi.

Adrian akan menjadikan malam ini malam yang tidak terlupakan untuk Kana.

*****

maafkan part ini gak ngefeel sama sekali. maafin lagi dikejar deadline kerjaan di dunia nyata. terimakasih ya udah baca, like, komen dan vote cerita aku! 😍😍😍

Terpopuler

Comments

Elly

Elly

itu si Abby Kayak nya Otak nya eror ya thor

2021-02-21

0

Merrie Martiana

Merrie Martiana

lanjut

2020-05-20

1

Muti

Muti

lama kli kk

2020-05-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!