Ahhh!!

Warning!

Sebelumnya aku minta maaf puasa begini nulis yang sedikit bikin 'sesek' berhubung aku sedang tidak puasa dan sedang gabut akibat WFH. Ampuni aku ya Allah.

Bagi yang usianya belum genap 16 + please jangan baca. untuk yang sudah genap baca asal bijak ya. dan bacanya selepas buka aja.

happy reading.

*******************

"Duh, mana sih!" Kana mondar - mandir di dalam kamar mandi sambil sesekali menghentik-hentakkan kaki kebiasaannya jika panik.

Kana mengamati sekeliling kamar mandi mencari kemungkinan lingerie itu berada. Kana benar-benar ingat lingerie itu dia simpan di laci bawah wastafel tapi tidak ada saat Kana mencarinya.

Apa jangan-jangan Adrian tahu? Terus Adrian marah dan membuang lingerie itu? Kana mengigit kuku jarinya, pikirannya benar-benar kalut. Kata-kata Moli dan Nea terus terngiang di telinganya.

Gimana kalau Adrian benar-benar menghabiskan malam pertamanya dengan wanita lain. Tidak! Tidak boleh terjadi.

Kana mengeleng-gelengkan kepalanya tidak mau membayangkan kemungkinan yang buruk.

Ah, paling cuma keselip di tumpukan handuk.

Kana membuka-buka laci sekali lagi mengeluarkan lipatan handuk bersih dan memeriksanya satu persatu.

"Cari apa Na?"

Kana tersentak kaget sampai menyenggol tempat perlengkapan mandi sisinya berhamburan ke lantai. "Kak Adrian, U-dah pulang dari ronda?" Kana buru-buru merapikan benda-benda yang jatuh dan mengembalikannya ke tempat semula.

"Iya, sengaja pamit sama bapak-bapak yang lain besok ada meeting soalnya, harus bangun pagi. Kamu nyari apa sayang serius banget sampai kaget begitu?" Adrian mengamati Kana yang sibuk memasukkan lipatan handuk ke tempatnya semula.

"Enggak ada kok kak, cuma... cuma ... nyari peniti kok iya peniti." Kana menatap Adrian ragu-ragu takut kebohongannya terbongkar.

"Peniti buat apa?"

"Buat ini... bersihin kuping, iya bersihin kuping!"

"Oh, ya bener sih dokter juga nyaranin kalau bersihin telinga pakai peniti aja." Adrian manggut-manggut membuat Kana bernapas lega. Untung gak curiga.

"Kirain nyari lingerie yang kamu sembunyiin di laci wastafel."

"Iya nyari it-" Kana menutup mulutnya rapat-rapat.

Duh, Kana! Ceroboh banget sih kamu Na! pakai keceplosan segala! Kalau Moli tahu pasti aku diomelin.

Jadi Adrian tahu kalau Kana sudah nyembunyiin lingerie itu?

"Kok gak diterusin? Malu ya, ketahuan?" Adrian mendekat membuat Kana memundurkan tubuhnya sampai membentur tepian wastafel .

"Enggak, kok!"

Adrian tersenyum, mengurung Kana dengan dua tangan dia letakkan di sisi kanan dan kiri Kana, membuat Kana merasa de javu dengan posisi seperti ini.

"Kenapa gak dipakai aja sih Na?"

Kana menatap Adrian gugup. "Emang kakak mau aku pakai itu?"

"Iya." Adrian mendekatkan bibirnya ke telinga Kana. "Malam ini dipakai ya Na," bisik Adrian meletakkan lingerie warna merah itu ke tangan Kana. Membuat Kana terbengong-bengong melihat lingerie merah marun yang ada di tangannya.

Tadi gak lihat dia bawa ini.

Kana mengigit bibirnya binggung. Apa ini sudah saatnya?

"Iyalah, kamu mau nunda sampai kapan?" Suara dan wajah Moli lagi-lagi melintas dipikirannya.

"Awas, Na ntar dia nyari yang lain lhoo..." sekarang Nea yang ikut menghantui pikirannya.

"Ingat cewek di kantornya cakep-cakep lho Na." Suara kakaknya yang bicara dengan wajah tengil pun ikut membayangi pikirannya membuat Kana merasa ditekan.

"Oke, oke aku pakai malam ini! Puas!" teriak Kana seolah-olah bayangan teman-temannya itu nyata dan akan segera menghilang saat dia berkata begitu.

Kana membuka pintu kamar mandi dengan gugup. Berulang kali dia menarik ke bawah ujung lingerie yang panjangnya jauh di atas lutut itu. Sayangnya itu tidak mampu menutupi paha putih mulusnya. Lagi pula sebenarnya percuma juga karena lingerie yang dia pakai transparan.

Kana menarik napas sebelum keluar dari kamar mandi, dilihatnya Adrian sedang mengganti kaos polo-nya dengan kaos putih kesukaannya.

Kana menutup pelan pintu kamar mandi berharap Adrian yang sedang berdiri membelakanginya itu tidak melihatnya. Kana masih malu sekaligus gugup setengah mati.

Sayangnya, harapan Kana pupus karena begitu Kana menutup pintu Adrian membalikkan badannya.

"Wow, Kamu... " Adrian menatap Kana takjub. Semua sesuai dengan ekspektasinya selama ini. Sejak Kanda meledeknya habis-habisan karena belum berhasil melepas 'segel' adiknya, Adrian bertekad dalam hati untuk segera merealisasikan semuanya sehingga kakak iparnya yang jomlo menahun itu berhenti meledeknya .

Beruntungnya dia tanpa sengaja menemukan lingerie yang disembunyikan oleh Kana di laci kamar mandi karena itu menandakan Kana pun sebenarnya sudah tahu kewajiban sebagai istri dan dia jadi punya alasan untuk meminta hak-nya sebagai suami.

"Cantik." Adrian berjalan mendekati Kana yang sejak tadi berusaha menarik-narik ujung lingerie-nya sambil duduk di tepi ranjang.

"Hey, jangan tegang gitu dong Na. Kamu kayak lagi hadapan sama algojo aja." Adrian mencoba mencairkan suasana agar Kana tidak terlampau tegang.

"I-ini tipis bang-et Kak!"

Adrian tersenyum ikut duduk di samping Kana. "Semakin tipis malah semakin cantik dipakainya."

"Tapi gak bisa buat kuliah."

Adrian nyaris tertawa mendengar kata-kata Kana, istri kecilnya yang polos. "Ini memang bukan buat kuliah, tapi buat nyenengin suami. Jadi, hanya boleh dipakai di rumah itu pun di kamar sama suami."

"Oh, begitu. Pantesan Moli bil- " Kana urung melanjutkan kata-katanya hampir saja Adrian tahu kalau Moli itu penasehat malam pertamanya.

"Aku udah pernah bilang belum sih Na, kalau kamu cantik." Adrian tak begitu peduli dengan kata-kata Kana yang menggantung, saat ini yang terpenting adalah Kana ada di depannya.

"Udah kok, sering," jawab Kana lugu membuat Adrian gemas dibuatnya.

"Kalau gitu malam ini aku mau bilang, kamu cantiiiiik banget." Adrian membelai lembut pipi Kana. "Dan aku beruntung bisa jadi suami kamu," imbuhnya.

"Aku juga beruntung banget punya suami kayak kakak." Kana memeluk Adrian erat.

" Jadi, boleh kan malam ini?" tanya Adrian hati-hati. Kana melepaskan tubuhnya dari pelukan Adrian lalu menatap heran.

" Boleh apa?"

"Mengambil hak aku sebagai suami kamu."

Kana berkedip beberapa kali mencerna kata-kata Adrian dan wajahnya langsung memerah seperti buah tomat saat tahu arti dari kata-kata Adrian itu.

"Boleh?" ulang Adrian. Kana menatap Adrian ragu sebelum akhirnya mengangguk. Adrian tersenyum lega membelai pipi Kana menarik dagunya dan mengangkatnya sedikit.

"Aku suka bibir kamu. Manis," bisik Adrian lalu mengecup bibir Kana dengan hati-hati dia tidak ingin membuat Kana takut. Hingga akhirnya kecupan lembut itu berubah menjadi *******-******* kecil nan memabukkan . Tak perlu waktu lama untuk Kana mulai mengikuti irama ciuman Adrian yang lembut.

Satu desahan lolos dari bibir Kana saat lidah mereka saling bertaut. Desahan Kana itu memercikan gairah pada diri Adrian yang selama 32 tahun terpendam. Mereka saling mengikis jarak, tak ada sekat begitu dekat.

Kecupan Adrian beralih pada pipi, hidung, leher dan berlama-lama di sana memberikan begitu banyak tanda kepemilikan. Tangan Adrian mengelus punggung Kana dari bawah lingerie.

Membuat Kana merasa seperti ada aliran listrik di tubuhnya. Seperti ada ribuan kupu-kupu yang bertubrukan di dalam perutnya.

Dengan sangat Lihai Adrian meloloskan lingerie melewati kepala Kana dan melemparnya entah ke mana.

"Kak ... " Kana terkesiap tanpa sadar tangannya mendorong sedikit dada Adrian wajahnya merah dengan pandangan sayu karena menahan sesuatu yang bergejolak sejak Adrian menyentuhnya. Tangannya berusaha menutupi bagian sensitif yang kini terbuka nyata.

Adrian terpana melihat Kana. Gadis itu bersemu dengan pipi merah menatap dengan mata bulat yang terlihat sayu membuatnya semakin cantik.

Adrian mengelus kepala Kana mengecup bibir Kana lembut lalu menempelkan keningnya di kening Kana.

"Aku tidak akan memaksa jika kamu belum siap Na. Aku akan berhenti." Adrian menatap ujung hidung Kana. Kana memejamkan mata saat aroma napas adrian hangat menyapu seluruh wajah Kana. Membuat jantung Kana berdegup lebih kencang. Dalam hati Adrian berharap Kana tidak menyuruhnya berhenti.

Kana membuka matanya wajahnya terasa panas saat mata Adrian menangkap tatapannya dengan tatapan yang penuh damba.

"Te-teruskan saja Kak." Kana menggenggam tangan Adrian erat. Tanpa menunggu lebih lama lagi Adrian mencium bibir Kana membaringkan dan mengurung Kana di bawah tubuhnya. Ciumannya berbeda dengan ciuman sebelumnya kali ini lebih berhati-hati namun menuntut untuk meminta yang lebih dari ini.

"Percaya sama aku Na, ini tidak akan sakit," janji Adrian pada Kana. Kana hanya diam binggung harus merespon apa, karena kalau boleh jujur Kana masih takut untuk melepas mahkotanya. Tapi bagaimana pun Adrian adalah suaminya dan Adrian berhak mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan. Kana tidak bisa menunda lebih lama lagi.

Adrian menarik dirinya sejenak untuk sekedar melepas kaos yang baru beberapa menit dia pakai melemparnya ke seberang tempat. Mengabaikan Kana yang menatapnya kaget karena baru sekali ini Kana melihat pria tanpa memakai baju. refleks Kana memejamkan matanya. Malu.

"Buka aja matanya Na, kamu harus membiasakan diri toh ini akan setiap hari kamu lihat." Kana menuruti perintah suaminya itu, membuka matanya dan menatap Adrian malu-malu. Membuat Adrian gemas melihatnya.

Tanpa menunggu lebih lama Adrian menghujani kecupan ke seluruh wajah Kana turun ke bawah leher Kana, menyecap halus dan manisnya kulit Kana memberikan tanda kepemilikan di sana.

Tangan bebas Adrian menyentuh setiap jengkal tubuh Kana membuat Kana mendesah tertahan. Sungguh bagi Adrian tubuh Kana adalah sesuatu yang dia damba memabukan dan bikin candu.

"Siap?" Adrian berbisik di telinga Kana menyesap cuping telinganya.

Kana hanya mengangguk dengan mata terpejam jantungnya berdegup kencang saat dia merasa Adrian mulai memposisikan dirinya.

Sayangnya sebelum peyantuan itu terjadi terdengar bel pintu rumah berbunyi membuat Kana dan Adrian menghentikan kegiatan mereka lalu saling pandang.

"Astaga siapa yang bertamu malam-malam begini?" Adrian mengacak rambutnya gemas.

"Kita abaikan saja?" Tidak sudi Adrian menunda lagi karena sangat sulit mendapatkan momen berharga ini.

"Buka dulu aja kak siapa tahu tamu penting." Kana buru-buru mengambil selimut dan menyelimuti dirinya.

Adrian menghirup napas dalam-dalam mencoba menenangkan 'sesuatu' di bawah sana yang sejak tadi berontak.

"Baiklah. " Adrian mengambil bajunya memakai secepat mungkin dan melesat keluar kamar.

Awas saja jika tamu itu tidak penting akan Adrian maki-maki karena menganggu ibadah surganya.

Astaga, Adrian berubah jadi menyeramkan karena hal ini. Dasar lelaki!

"Lho, Bun , Yah kok malam-malam kemari?" Segala sumpah serapah menguap entah ke mana saat Adrian mendapati kedua orangtuanya berdiri di depan pintu saat dia membukanya.

"Masuk dulu." Ardian membuka pintu lebar-lebar untuk orang tuanya.

"Kok malam-malam ke sini ?" ulang Adrian lagi.

"Ini baru jam 10 kali Ian, kamu aja yang maunya tidur lebih awal, " goda Hasan ayah kandung Adrian.

"Maklum Yah, pengantin baru," goda Maya terkikik geli.

Adrian hanya tersenyum sambil menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"Kita harus ke Jogja sekarang Ian,"

"Lha, ngapain Bun malam-malam begini?" tanya Adrian.

"Pak lek Hamdan kecelakaan sekarang koma di rumah sakit," sahut Hasan.

Adrian tersentak kaget.

Ahhh!!!

Gagal lagi!!!

*******

Terpopuler

Comments

Rafika Aprilyanti Alfian

Rafika Aprilyanti Alfian

hahahaaa gagal maning gagal maning dong son belah durennya🤣🤣

2021-11-28

0

wanda arikei

wanda arikei

paling gemes bc novel model kek gni🥱🥱🥱

2021-07-02

0

Siti Suprihatin

Siti Suprihatin

gagal lagi🤣🤣🤣

2021-05-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!