...EPS 4. TAK SEDINGIN RUPAMU 2...
BRUHHH!!!
Satu tonjokan mendarat di muka pak sopir ditambah dengan amarah Zovan yang meluap.
"Berani-beraninya lo berbuat nggak senonoh"
BRUHHH!!!
Kedua kalinya tonjokan mendarat di muka pak sopir, darah segar mengalir dari hidung dan bibirnya. Pak sopir tidak sempat untuk melawan karena kalah cepat dengan gerakan tangan Zovan. Pukulanya langsung membuat pria itu terkapar di aspal, tanpa bisa bangun untuk melawan.
Nadya langsung menghampiri Ariska dan memeluknya, bertanya tentang bagaimana keadaannya dan terus mengusap-usap pundaknya. Ariska menggeleng sembari menangis. Nadya langsung menelpon polisi, melaporkan bahwa ada percobaan Penculikan dan Pelecehan.
Zovan berlari mengalihkan pelukan Ariska dari Nadya ke dirinya, tangannya mendekap Ariska dengan erat. mengelus pundak dan rambutnya.
"nggak apa-apa Ris, sekarang lo udah aman. Ada gue di sini. sorry ya gue terlambat" Ucap Zovan dengan perasaan yang penuh ke khawatiran.
Ariska hanya bisa menangis , dia belum bisa mengeluarkan sepatah katapun. Masih terlihat jelas di pikirannya apa yang terjadi memberinya Trauma yang begitu membebaninya.
Pak sopir yang sudah terkapar di jalan dibawa oleh polisi, Ariska sempat melihat laki-laki itu dengan pandangan yang penuh amarah dan takut dalam satu waktu. Tidak ingin lagi dia bertemu dengan orang seperti itu.
"Lain kali, lo harus balik sama gue. Kalau mau balik sama orang lain lo harus ngasih tau gue lo mau ke mana, naik apa, plat nomornya berapa dan jangan pernah lo matiin Location dan data Handphone lo"
"Sorry, gue nggak sempet angkat telepon dari lo tadi Ris" Ucap Zovan dengan nada bicara Zovan yang lembut dan sangat merasa menyesal.
Ariska hanya menggangguk, masih dengan ekspresi yang ketakutan dan kaget. Dia langsung diantarkan pulang naik motor dengan Zovan sedangkan Nadya sudah diantar pulang oleh pak polisi sampai kerumahnya.
Dirumah, orang tua menanyakan apa yang terjadi sampai Ariska terlihat ketakutan dan matanya yang sembap. Zovan mengantar Ariska ke kamar telebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan tadi.
setelah memastikan Ariska tenang dan bisa tidur, Zovan menuju ruang tamu dan menceritakan semuanya yang terjadi dengan Ariska. Berita tersebut sontak membuat Orang taunya kaget dan lemas.
"Tante mohon minta tolong sama nak Zovan mulai sekarang tante titip Ariska ke kamu. Tante Takut kejadian seperti ini terulang lagi"
"Iya van, om mohon ya. Om nggak mau kehilangan anak om satu-satunya"
Zovan mengangguk, mengiyakan perkataan kedua orang tua Ariska. Zovan bersedia menanggung beban berat untuk menjaga Ariska. Dengan begitu, orang tua ariska menjadi sedikit lega.
seperti itulah sebenarnya seorang Zovan Ananda Putra, yang terlihat selalu cool dan bersikap dingin tetapi sangat hangat dari dalam. Mempertaruhkan segalanya demi orang terdekatnya.
Tapi tak hanya menitipkan Ariska pada Zovan, kedua orang tua Ariska pun sudah memikirkan rencana untuk mencari sopir pribadi yang akan mengantar jemput Ariska kemanapun dia akan pergi.
*****
Cuaca pagi ini begitu cerah, Alarm berbunyi menandakan sudah pukul 06.00 Ariska terbangun dari mimpinya membuka mata dan mencoba untuk melupakan apa yang terjadi hari kemarin. Tangannya dengan sigap meraih handuk yang tergantung berjalan memasuki kamar mandi.
Memakai seragam sekolah, menata rambut yang agak berantakan, menambahkan sedikit liptint di bibir agar tidak terlihat pucat. Memakai sepatunya dan menjijing tas gendongnya.
Berjalan menuju ruang makan, terlihat kedua orang tuanya sedang mempersiapkan sarapan.
"Pagi mah, pagi pah" sapa Ariska dengan lembut mencium kening ibunya.
"Pagi juga sayang"
"Hari ini kamu berangkat sekolah bareng papah yah, nanti pulangnya harus bareng Zovan. Papah lembur hari ini"
"Oh iya, papah juga ada rencana untuk nyari sopir pribadi buat kamu. Tapi sementara sampai papah dapet orang yang cocok. Kamu harus pulang dijemput ayah atau bareng Zovan" Tegas ayahnya.
"iya pah, tapi nggak perlu sampai cariin sopir pribadi buat Ariska. Ariska baik-baik aja kok" Jawab Ariska sambil menyuapkan sandwich ditangannya.
*****
Sedangkan ibu Zovan terlihat begitu terheran-heran pagi ini dengan sikapnya Zovan yang tidak biasa, bangun pagi, melewatkan sarapan dan terlihat terburu-buru. Padahal biasanya, Zovan selalu bangun lebih siang, menyempatkan sarapan dan bersiap-siap dengan santai. Entah apa yang merasuki Zovan pagi itu. Ia langsung berpamitan dengan ibunya.
Ariska pagi itu sudah sampai di depan gerbang, turun 2 kakinya dengan sepatu berwarna hitam putih berjalan memasuki gerbang tanpa memperhatikan sekitar
"Heh, lo nggak liat ada gue di sini" Tegur Zovan dengan satu tangannya yang menarik mundur tas Ariska.
"Aduh Zozo, kok lo tumben sih jam segini udah nongkrong aja depan gerbang. Biasanya juga lo masuk lewat tembok kan" Ledek Ariska sembari melepaskan tangan Zovan dari tasnya.
Ternyata, ini alasan Zovan pagi ini dengan sikap yang tidak biasanya itu, dia ingin memastikan bahwa Ariska sampai di sekolah dengan aman. Sikap ini lah sikap hangat Zovan, perhatian kecilnya yang membuat Ariska merasa nyaman dan tergantung padanya.
"Hey Ris, eh ada Zovan juga" Suara yang masih terdengar asing, memecahkan suasana pagi ini. Zefa menyapa Ariska dan Zovan yang masih bercanda dan terlihat sangat serasi.
"Gw duluan ya ris, lo kan udah ada temennya" Pamit Zovan tanpa memperhatikan Zefa yang sedari tadi menunggu balasan sapaannya.
Hal ini sedikit membuat Zefa kesal, mengapa Zovan begitu baik terhadap Ariska sedangkan terhadap Zefa dia begitu dingin seperti es batu? "Apa lebih nya Ariska dibanding gw?" ucap Zefa dalam hati.
tetapi Zefa tidak bisa memperlihatkan kesalnya, karena dia tahu kalau dia memperlihatkannya hanya akan seperti orang bodoh.
Bel masuk berbunyi, semua murid sudah memasuki ruangan kelas. Jam pelajaran pertamapun dimulai dengan keheningan didalam kelas. Guru mulai menjelaskan tentang isi materinya hari ini. Sebagian murid ada yang dengan teliti memperhatikan dan ada juga yang terlihat mengantuk di pojokan bahkan ada yang menyembunyikan makanan di kolong mejanya memakanya secara diam-diam.
"Ayo cepat jalannya, cepat sedikit keburu pergi mataharinya" Terdengar lantang suara seseorang dari luar.
Semua murid dengan rasa penasaran dengan apa yang terjadi dilapangan, melihat keluar jendela dan mendapati ada beberapa siswa yang sedang dihukum berdiri di lapangan. Ariska yang duduk di samping jendela otomatis langsung terarah ke 1 orang. Yaps, diantara 5 siswa tersebut ada 1 orang yang ia kenal, ada Zovan diantaranya.
Melihat suasana itu, Ariska hanya menghela napas pendek.
"Pasti mau coba bolos lagi" Ucapnya dengan pelan dan menggelengkan kepala.
Jam pelajaran pertama selesai, Ariska mencoba melihat ke lapangan lagi memastikan apakah Zovan masih dihukum atau sudah selesai. Ternyata, sudah 30 menit lewat Zovan masih berdiri di lapangan.
Ariska berpura-pura izin ke toilet, padahal diam-diam dia membeli minuman dan menuju ke sisi lapangan. Memberikan minuman tadi ke Zovan, Agar Zovan bisa minum dan tidak dehidrasi.
Teman-teman Zovan yang lain hanya tertawa melihat kelakuan gadis satu ini, Zovan berbagi minuman itu dengan siswa yang lain.
"gue balik kelas dulu ya, takut dicariin sama guru" Ucap Ariska sambil berlari menyusuri koridor
Sampai di kelas mereka menatap Ariska dengan tersenyum-senyum. Ia heran kenapa semua orang memperlihatkan ekspresi seperti itu?
"Ada apasih nad, ko mereka pada ngeliatin gue" Tanya Ariska dengan mengernyitkan jidat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments