Laura kebingungan karena dia tidak bisa berkomunikasi & menyentuh orang-orang. Laura lantas melayang diatas halaman rumahnya. Datanglah rombongan keluarga pihak pasien yang koma itu. Laura kemudian turun lagi posisinya tapu tak menyentuh tanah ujung kakinya.
"Kami sekeluarga turut belasungkawa sedalam-dalamnya." Hansen mewakili keluarganya.
"Terimakasih Tuan, saya pribadi juga minta maaf karena menyebabkan kondisi salah satu keluarga Tuan kritis." Ryan menjawab.
"Marilah kita bersama-sama mendoakan semoga istri anda tenang disana." Tuan Wijayakusuma mengelus pundak Ryan untuk menguatkan.
Mereka bersama rombongan mengantar jasad Laura ke peristirahatan terakhirnya. Laura yang masih mengikuti rombongan itu sambil menyaksikan tubuhnya tertutup penuh oleh gundukan tanah. Hingga semuanya berangsur-angsur pergi, Laura memutuskan mengikuti rombongan keluarga Wijayakusuma. Ternyata mereka menuju rumah sakit dimana ia dirawat terakhir hingga menghembuskan nafas terakhirnya.
"Aku ingin melihat Putri dari wanita Malang itu, bisakah kau mengantarku kesana Irene." Tanya Nyonya Wijayakusuma menghentikan langkahnya.
"Baik Nyonya silahkan ikuti saya." Irene berjalan didepan sebagai penunjuk jalan.
Demikian Laura yang masih penasaran itupun mengikuti langkah rombongan keluarga Wijayakusuma. Sampai didepan cermin besar mereka berhenti. Seorang suster menggendong seorang bayi mungil sambi memperlihatkan betapa menggemaskan bayi tanpa ibu itu.
"Kasihan bayi sekecil itu tidak memiliki ibu, Hansen kelak kau menikahi Diandra jangan biarkan hal seperti ini terjadi. Kau paham kan? " Nyonya Wijayakusuma menoleh Hansen dengan harapan penuh.
"Bila ibunya tidak ceroboh bermain ponsel dijalan pasti Javier juga tidak se kritis sekarang ini." Imbih Hansen mengepal tangannya.
"Dasar pria bermulut tajam, ingin kutinju tapi tidak bisa." Laura berusaha meninju Hansen berulang kali.
"Irene apakah benar mobil Javier mengalami rem blong? " Tuan Wijayakusuma bertanya sambil melipat kedua tangannya.
"Benar tuan, sebelumnya keryawan bengkel sudah memanipulasi perbaikan. Dia akan kami urus kejalur hukum karena kelalaian bekerja." Irene tegas menjawab.
"Suamiku, ayo kita melihat Javier. Hansen jangan beritahu Diandra, aku takut dia akan merasa bersalah. " Nyonya Wijayakusuma menggandeng tangan suaminya meninggalkan tempat bayi.
"Irene, coba kau hubungi Diandra apa ada jadwal Javier dalam waktu dekat ini. Sepertinya dia akan pulih dalam waktu yang lama juga." Hansen mengikuti orang tuanya pergi.
"Baik tuan."
Laura yang mendengar perbincangan tersebut sadar bahwa tindakannya sudah banyak membuat masalah. Suami & Putri kecilnya bukan saja menjadi korban tetapi keluarga orang lain juga. Laura tahu bahwa menerima kompensasi banyak dari keluarga konglomerat tersebut.
***
"Javier yang malan, dia harus menderita seperti ini. Apakah sudah mendapat kabar rumah sakit rujukan di Singapura?" Nyonya Wijayakusuma bertanya pada suaminya.
"Sudah, sekarang kita harus bersiap pulang istirahat. Besok kita antar Javier ke Singapura langsung dari Bali." Tuan Wijayakusuma memeluk istrinya yang tak berhenti menangis.
"Ayah & ibu pergilan mengantar Javier, aku akan mengurus bisnis & pekerjaan Javier dulu. Bagaimanapun juga Javier adalah adikku. Tetap aku sangat sedih & terpukul, jika sudah beres aku segera menyusul."Hansen ikut memeluk ibunya yang menangis dipelukan ayahnya.
Suasana ruangan itu penuh haru, Laura yang sudah matilun bisa melihat kepedihan yang tersirat. Seorang pria terbalut perban disekujur tubuhnya & alat bantu bertahan hidup. Beberapa selang tertanam dalam tubuhnya. Keadaanya seolah tak ada harapan hidup. Laura keluar dari ruangan tersebut.
"Eh kau bisa melihatku ya, dari tadi kau menatapku? " Laura menunjuk hidungnya.
"Iya, sangat jelas bahkan aku ingin merontokkan gigimu itu." Javier mengatakannya penuh amarah.
"Apakah kau hantu juga sepertiku?"
"Apak kau buta, pria yang terbaring didalam itu adalah aku. Kau tahu karena kebodohanmu bermain ponsel sudah merusak hidup berapa orang hah." Javier maju mendekati Laura.
"Sepertinya keluargamu juga kaya, karena sudah memberikan kompensasi sangat besar. Terimakasih." Laura mundur kebelakang.
"Cih.... Semasa hidup kau pasti banyak menyebabkan kesulitan ya. Sampai matipun kau masih menyusahkan saja." Javier maju mendekatkan wajahnya ke wajah Laura.
"(Ya ampun tampan sekali sih hantu ini, seperti artis Korea yang dramanya banyak aku tonton. Tapi siapa ya sepertinya aku lupa)". Laura menatap Javier kagum.
"Kau sedang mengagumi wajahku yang tampan inikah. Kau pasti tidak asing bila pernah melihat drama Korea." Javier dengan bangga menolehkan kepalanya.
"Apakah kau artis Jung?"
"Baguslah otakmu masih berfungsi saat sudah mati." Javier tersenyum sinis.
"Pria didalam sana juga tidak kalah tampan. Tapi mulutnya sangat tajam & angkuh. Pasti wanita bodoh & mengincar hartanya yang mau dengan pria seperti itu hahahaha."
"Jangan asal bicara atau kau tidak bisa reinkarnasi. Dia memiliki wanita yang luar biasa, gadis yang aku cintai akan menikah dengannya. Jadi kakak iparku, itulah kenapa aku datang ke Bali." Javier menembus masuk ruangan ia dirawat.
"Jadi itu sebabnya ya, setidaknya kau masih ada harapan hidup. Sedangkan aku sudah mati jasadku sudah terkubur. Kau harus berjuang untuk merebutnya kembali jika hidup. Karena aku lihat kakakmu sangat sadis."
"Kau salah lagi, kenyataannya kakakku memberikan segalanya. Aku yang sebenarnya serakah dalam hidup & masih ingin memiliki wanitanya." Javier melayang meninggalkan ruangangan melewati jendela.
Javier lalu berada di sebuah taman rumah sakit diikuti Laura.
"Aku ingin kembali ke tubuhku, melanjutkan hidupku. Walaupun seumur hidupku dipenuhi cemburu melihat wanita yang aku cintai bersanding dengan kakakku sendiri." Javier melayang mengelilingi taman bunga.
"Hai kenapa kau tak mencobanya?" Laura mengejar Javier.
"Aku sudah mencobanya, tapi seorang pria memakai baju serba hitam mengatakan sebelum memperoleh air mata wanita yang aku cintai maka tubuhku sulit menerima jiwaku." Javier memasang wajah frustasi.
"Tadi ibumu berpesan kalau Diandra tidak boleh tahu keadaanmu, takut kalau merasa bersalah. Begitu yang aku dengar." Laura mengulangi perkataan Nyonya Wijayakusuma.
"Benarkah? Padahal Lucifer berpesan waktuku hanya 40 hari kalo tidak bisa maka aku mati." Javier semakin frustasi.
"Baiklah aku akan mencoba masuk ke tubuhmu jika kau bersedia." Laura memberikan ide lada Javier. Karena berpisah dengan orang yang dicintai tanpa pesan terakhir sangat menyakitkan. Terlebih lagi Laura melihat Javier masih ada kesempatan hidup walaupun sangat tipis.
Tiba-tiba Hansen & Irene melintasi mereka ketika hendak menuju parkiran mobil. Javier & Laura sepakat mengikuti mereka berdua menyelinap dalam mobil. Sambil mendengarkan pembicaraan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Winda Tarima
gwe kyak pernah nonton nih flm korea..
2020-10-30
1
Tari Ana
iihhh.,.hantu..
2020-08-15
1
Pembacaaaa_
lanjut
2020-08-10
0