Kenzi melihat semua orang yang menatapnya, pandangan yang seakan tak lepas saat kedatangannya. Kenzi melihat Abian dan juga Lea, sepupunya yang juga ada di sana. "Kalian di sini? siapa yang menjemput kedatangan kalian?" tanya Kenzi yang mengerutkan dahinya.
"Ayolah! aku masih mengingat jalan pulang dan tak akan tersesat," cetus Lea yang menutupi kegugupannya.
"Aunty dan Uncle di sini?" ucap Lexi yang membesarkan kedua matanya dan memeluk Lea dan Abian dengan sangat erat, mereka tidak pernah bertemu secara langsung tetapi sangat akrab saat melakukan video call.
"Tentu saja, bagaimana keadaan para keponakan Aunty yang tampan dan juga cantik ini?" ucap Lea yang menoel pipi triple A dan twins N dengan gemas, Abian menatap interaksi Lea yang sangat terlihat jika dia ingin sekali mempunyai anak. Dengan cepat Abian menghapus salah satu sudut matanya yang berair, "maafkan aku Lea, aku terpaksa menutupi ini dari mu," batin Abian yang menatap istrinya dengan sendu.
"Kami sangat baik, apalagi Paman Kenzi memfasilitasi kami semua," jawab Lexa dengan sangat antusias.
Kenzi duduk di samping Abian dan menatap ayahnya dengan penuh tanda tanya, "kenapa Papa memanggilku kesini?" ucapnya yang to the point.
"Dasar anak durhaka, seharusnya kamu berbasa-basi dulu dan menanyakan keadaan Papa dan juga Mama," protes Bara yang kesal terhadap sikap Kenzi yang persis seperti Nathan di saat muda dulu.
"Aku tidak suka menghabiskan waktu untuk bertele-tele," sahut Kenzi tanpa ekspresi membuat sang ayah mendengus kesal.
"Bara meminta mu kesini untuk menerima perjodohan itu," ungkap Nathan yang membuat Bara kesal dan melempar kakak iparnya dengan bantal kecil di sofa.
"Sial, kenapa kamu berterus terang!"
"Apa yang di katakan Kenzi itu benar, jangan bertele-tele dan mengatakannya dengan singkat, padat, dan jelas."
Bara yang kesal mengalihkan perhatian menatap putranya denga penuh harap, "menyerahlah dan menerima perjodohan dari Papa."
"Tidak, aku tidak akan menerimanya."
"Ayolah, pikirkan masa depanmu dan hari tuaku. Apa kamu menginginkan aku mati sebelum menggendong seorang cucu darimu, begitu?" ucap Bara yang mengikuti trik ibu Lilis, ibu kandungnya dulu.
Kenzi memutarkan kedua bola matanya dengan jengah, "kalau mau mati yaa mati saja." Bara mengambil salah satu sandal yang terpasang di kakinya, sebuah sandal melayang tepat sasaran mengenai wajah tampan sang anak. Sementara semua orang terkejut tapi tidak dengan Alex, Lexa, Lexi, Niko, dan Niki yang tertawa dan bertepuk tangan kegirangan dengan nasib sang Paman.
"Penyebab kematianku adalah dirimu, karena kamu mendoakan ku untuk mati, dasar anak durhaka!"
"Apa salahku? aku hanya meluruskan perkataan Papa saja," jawab Kenzi yang membela diri. Bara berusaha mengontrol emosi yang tersulut itu dengan cara menghela nafas dalam dan mengeluarkannya secara perlahan.
"Menikahlah dengan gadis pilihan Papa, gadis itu sangat cantik dan juga pintar, sangat cocok untuk menjadi istrimu dan Papa sangat yakin jika kamu akan menyukainya. Bertemu dengannya sekali saja, " bujuk Bara dengan mulut manisnya.
"Kenapa tidak Papa saja yang menikah dengan gadis itu?" kata-kata Kenzi menyulut emosi Naina yang menatap tajam suaminya.
"Apa kamu ingin menikah lagi, SAYANG?" tekan Naina yang melototi matanya dan hampir saja terlepas dari tempatnya.
Bara menelan saliva dengan susah payah karena dia sangat takut dengan sang istri, "hehe....jika kamu memberiku ijin," lirih pelan Bara.
"Aku tidak suka berbagi, dan jika itu terjadi? maka bersiaplah dengan terongmu yang akan aku potong menjadi dua agar adil," ancam Naina, membuat para lelaki di ruangan itu seakan linu di bagian bawahnya.
"Aku hanya becanda, kenapa kamu sangat serius. Ini semua karena ulahmu, dasar anak nakal." Bara menuntuk wajah anaknya yang terlihat sangat santai.
"Kalian lanjutkan saja, aku sangat lelah dan ingin beristirahat." Kenzi berdiri dan berlalu pergi dengan santai tanpa menghiraukan panggilan dari sang ayah, "hah, sepertinya ini cukup sulit. Aku akan memikirkan rencana lain," batin Bara yang tak kehabisan akal sehat dan akal buntu, akal sehat karena bisa berpikir dengan jernih di saat tidak ada jalan lainnya.
Kenzi membuka pintu kamarnya dan menghirup udara dengan sangat dalam, mengeluarkannya secara perlahan. Dia berjalan menuju tempat tidur dan menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur yang sangat empuk. Berubah posisinya yang menelentang dengan kedua tangan yang menjadi alas untuk menopang kepalanya, menatap langit-langit kamar dan memikirkan cara untuk tidak di jodohkan.
"Aku tidak ingin menikah ataupun di jodohkan, lihat saja bagaimana aku akan menghindarinya. Umurku masih muda untuk menikah, kenapa Papa selalu saja memaksaku. Lebih baik aku istirahat dan melupakannya," monolog Kenzi yang menutup kedua matanya dan tertidur dengan pulas.
Bara menatap kelima cucunya dengan penuh harapan yang dalam, dia berjalan mendekati cucunya yang tengah bermain. "Ada sesuatu yang ingin Kakek bicarakan kepada kalian," kata Bara yang membuat kelimanya menghentikan aktivitasnya.
"Katakan saja ada apa," tutur Alex yang menatap Bara dengan serius.
"Apa kalian ingin adik?" tawar Bara.
"ADIK?" ucap mereka dengan serempak dengan mata yang berbinar, sementara Lea hanya menggelengkan kepalanya.
"Tentu saja kami menginginkannya," ucap Lexi.
"Maka kalian harus bekerjasama dengan Kakek."
"Baiklah, itu urusan mudah. Katakan apa yang harus kami lakukan?" sambung Niki dengan antusias dan bersemangat.
"Kalian harus membuat Paman Kenzi kewalahan dan mengeluh dengan sikap kalian yang sangat nakal, hingga Paman Kenzi setuju untuk menikah. Bagaimana?" Bara menaik alis matanya menatap kelima cucunya yang sekarang tersenyum pepsodent.
"Bisa di atur, apapun demi adik kami. Tapi bagaimana mendapatkan seorang adik?" tanya Niko dengan polos membuat Bara menggaruk pangkal hidungnya seraya berpikir untuk mencari perumpamaan yang pas.
"Di saat Paman Kenzi menikah nanti."
"Bagaimana bisa menjadi seorang adik?" sambung Alex.
"Hem, pertemuan yang terjadi antara para kecebong yang berlomba lari dengan sangat cepat, yang pertamalah menjadi juaranya."
"Lalu dimana adik kami berada?" celetuk Lexa yang di angguki oleh Lexi.
"setelah mereka berlomba lari, maka tunggulah selama 9 bulan 10 hari di dalam perut istri Paman Kenzi dan kalian akan menuai hasilnya. Kakek pergi dulu, lanjutkan aktivitas tadi," ucap Bara yang ingin menghindar dari pertanyaan cucunya. Bara meninggalkan ruangan itu menuju kamarnya, dia sangat senang karena di berkahi kelima cucu yang sangat genius dan nakal di saat bersamaan, dengan begitu dia akan lebih mudah untuk mencapai tujuannya yang ingin memiliki cucu dari Kenzi.
Dari kejauhan Naina melihat tindakan dari suaminya yang sangat kekeuh membuat Naina menggelengkan kepalanya dengan perlahan, dia tak mengerti dengan isi pikiran suaminya yang satu ini. Dita memegang pundak adik iparnya dengan lembut, "jangan di pikirkan, ikuti saja permainan dari Bara."
"Aku meragukan rencananya, tidak ada yang bisa merubah pendapat Kenzi yang sama-sama keras kepala. Sebelas duabelas dari Papanya sendiri!"
Dita tersenyum lembut, "Berpikirlah positif dan dukunglah tindakan Bara."
"Kakak benar."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Dafadevi
👍🏽
2022-05-05
1
Oi Min
Knp dg Lea/Abian?? Apa yg di sembunyikan Abian?? G mngkin Abian punya wanita lain kan?? Apa dia sdah bosan hidup??
2022-01-18
1
Taurus 93
kayaknya Abian mandul deh,,
2021-12-05
2