Triple A dan twins N menatap Vero dengan sinis, mereka tidak menyukai ada pria asing yang mencoba untuk merayu salah satu anggota Wijaya. Begitupun dengan Kenzi yang juga mengertakkan giginya jika ada yang mendekati adik ataupun saudaranya, tatapan Kenzi mengarah kelima keponakannya dan tersenyum tipis.
"Ternyata mereka juga tidak menyukai monyet itu," batin Kenzi.
Dia berjalan mendekati keponakannya, "Paman tau bagaimana perasaan kalian berlima, pergunakanlah kelebihan kalian," bisik Kenzi.
"Serahkan kepada kami Paman," balas Niki yang membusungkan dada sembari tersenyum penuh arti.
"Paman lihat dan saksikan atraksi yang kami suguhkan," sambung Alex. Kenzi hanya duduk dan menyaksikan bagaimana kenalan keponakannya yang sangat ajaib itu.
Tanpa tau malu, Vero duduk di samping Vivian yang sangat kesal dengan keberadaan pria tampan di sebelahnya. "Bisakah kamu duduk di tempat lain?" ketus Vivian.
"Tidak, di sini sangat nyaman sekali."
"Hei pria berbulu, jauhi Aunty ku!" ketus Lexa yang bertolak pinggang menatap Vero dengan tajam.
"Oh ya ampun, kamu sangat cantik sekali. Bagaimana jika kamu saja yang menjadi kekasih pria tampan sepertiku?" tutur Vero yang tersenyum seraya mengedipkan matanya. Tiba-tiba bantal kecil melayang tepat mengenai wajah Vero, "dasar pedofil, dia itu keponakanku. Pergilah dari sini sebelum aku mematahkan leher mu itu," ancam Kenzi dengan sinis.
Bukannya takut Vero berdiri dan berjalan mendekati Kenzi sembari duduk, "perkenalkan namaku Vero, pria penuh pesona yang akan menjadi adik ipar mu," ucap Vero dengan penuh percaya diri sambil merangkul Kenzi.
"Lepaskan tanganmu di leherku atau tangan itu tidak akan berfungsi lagi," ucap Kenzi dengan raut wajah datarnya.
"Baiklah, tidak perlu tegang begitu." Vero melepaskan tangannya sembari menatap wajah kesal Kenzi.
"Apa kamu punya ide?" ucap Niko yang menatap keempat saudaranya.
"Tentu saja," sahut Niki.
"Dan bahkan aku punya rencana cadangan," sambung Alex yang tersenyum. Ketiga anak laki-laki itu saling melirik satu sama lainnya, sementara Lexa dan Lexi bertugas untuk membuat target sibuk, mereka bertugas untuk mengalihkan perhatian Vero, sungguh rencana yang sangat mudah bagi kelima anak kecil itu untuk menjalankan segalanya dengan sangat cepat dan bersih.
Vero ingin berpindah tempat, "kenapa kursi ini seakan di beri lem yang sangat kuat?" batin Vero yang terus berusaha untuk melepaskan pantatnya dari sofa.
"Ada apa Paman?" tanya Niki dengan sangat polos.
"Tidak, hanya saja sofa ini sangat nyaman sekali," kilah Vero yang terus memaksa agar bisa terlepas dari kursi, dia berusaha sangat keras. Tapi celana yang dia pakai robek dan menjadi pusat perhatian semua orang, "aku tak mengira jika celana Da*la*m Paman bermotif kupu-kupu," tutur Niko.
"Sial, mereka melihatnya. Seseorang tolong aku....bawa aku pergi dari sini," batin Vero yang sangat malu, apalagi saat menatap Vivian yang menahan tawanya yang sebentar lagi meledek.
Dengan cepat Niki memotret keadaan Vero yang sangat sial itu membuat sang empunya kesal, "jangan memotretku dalam keadaan seperti ini."
"Dan aku tidak peduli," jawab Niki yang terus memotret dan mendapatkan beberapa pose yang bagus untuk di masukkan sebuah album. Sebuah album lanjutan yang dulunya milik ayah mereka, El.
Demi menutupi rasa malunya, Vero terpaksa duduk dan meminum air mineral yang tersedia di atas meja yang tak jauh darinya, meneguk segelas air membuatnya sedikit tenang. Alex tersenyum dan menatap arah jarum jam, Kenzi hanya menatap permainan dari kelima keponakan nya yang sangat cerdas.
"Ternyata mereka sangat cerdas," batin Kenzi yang tersenyum samar.
"Aku sangat yakin jika ini adalah pekerjaan para keponakanku itu, good job! aku menyukai ini," batin Vivian yang juga tersenyum samar.
20 detik telah berlalu, Vero menggaruk seluruh tubuhnya karena rasa gatal yang sangat luar biasa. "Sial, kenapa sekarang seluruh tubuhku sangat gatal," gumam Vero yang masih terdengar oleh Kenzi.
"Kenapa Paman menggaruk seperti monyet?" ucap Alex dengan polos, tentunya mereka sangat pandai dalam berakting.
"Tolong bantu aku untuk menggaruki tubuhku," pinta Vero.
"Baiklah, dengan senang hati!" jawab Niki yang tersenyum.
Seketika rasa gatal itu menghilang membuat Vero lega, tapi beberapa detik kemudian perutnya terasa sangat mulas hingga mengeluarkan suara kentut yang menggelegar seperti memenuhi ruangan itu. Kenzi yang kesal itu merubah posisinya dengan cepat dan menendang Vero yang sekarang tersungkur hingga kepalanya mencium lantai. Sekali lagi suara nyaring itu keluar dengan sangat kuat dari yang pertama, kesialan dari Vero berimbas kepada Kenzi yang saat itu berada dekat dengan pantat Vero yang baru saja mengeluarkan gas.
"Sial, berani sekali kamu mengentuti wajahku," gerutu Kenzi yang dengan gerakan cepat menimpa tubuh Vero. Kelima anak-anak itu ikut bergabung dalam menimpa tubuh Vero, kejadian hanya bertahan beberapa detik saja karena ruangan itu sangat bau. Vero segera berlari menuju toilet setelah bertanya kepada pelayan yang tak jauh dari nya.
"Awas! jangan sampai tercecer di lantai," pekik Alex yang tertawa terbahak-bahak, di ikuti oleh semua orang yang juga tertawa.
"Kerja bagus, itu baru keponakanku," ucap Kenzi yang bertos ria kepada kelima keponakan nya.
"Tentu saja," sahut mereka dengan kompak.
Kenzi kembali menatap adiknya, "kenapa kamu membawa monyet itu kesini?"
"Sudah aku katakan jika dia mengikuti kemanapun aku pergi," ucap Vivian dengan jengah.
"Kamu tenang saja, aku akan mengirim monyet itu ke asalnya."
"Terbaik," ujar Vivian yang mengacungkan kedua jempol tangannya mengarah kehadapan sang kakak.
"Tentu saja."
"Bagaimana kabar Rayyan di sana Kak?" tanya Vivian dengan sangat antusias.
"Tanyakan itu kepadaku langsung, jangan kepadanya," ucap seseorang dari arah belakang yang membuat mereka menoleh ke asal suara.
"Kamu di sini? bukankah dua minggu lagi?" tanya Kenzi yang menautkan kedua alisnya.
"Memangnya kenapa? apa aku di larang untuk datang kesini?"
"Tidak."
Vivian membulatkan matanya saat menatap pria itu yang tak lain adalah Rayyan, teman seperjuangan dan sahabat dari sang kakak.
"aku tak menyangka jika sad boy itu benar-benar tampan," gumam Vivian yang terpesona dengan wajah tampan dari Rayyan, dia melihat interaktsi Kenzi dan Rayyan yang saling memeluk karena beberapa bulan jarang bertemu.
"Siapa itu?" bisik Niko.
"Entahlah, aku juga tidak tau!" balas Alex.
"Siapa nama Paman?" ucap Lexi yang sangat penasaran. Kedua pria dewasa itu menghentikan aktivitas mereka sembari menoleh ke sumber suara, Rayyan tersenyum sembari mendekati Lexi dan menggendongnya. "Perkenalkan nama ku Rayyan, sahabat dari Paman Kenzi."
Vero yang baru keluar dari toilet itupun mengepalkan kedua tangannya saat melihat interaksi di hadapanya, "siapa pria itu? kenapa dia terlihat sangat dekat dengan Vivian?" lirihnya.
Vero berjalan mendekati semua orang dan menggandeng Vivian dengan mesra, Vivian yang kesal itu pun melayangkan pukulan di perut Vero dengan keras membuat kelima anak-anak itu bertepuk tangan dan tertawa. Sedangkan Kenzi dan Rayyan hanya menggelengkan kepalanya, "ada yang ingin aku sampaikan kepadamu, ayo kita bicarakan ini di tempat lain," seloroh Rayyan.
"Ayo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
A.0122
sepertinya vivian bnr² akan berjodoh dgn rayyan
2022-04-17
0
Oi Min
Amar..... Rayyan sainganmu..... Koe mundur alon alon we.....
2022-01-18
0
Almahyra Haq
ayoo Rayan lamar vivian.. biar itu kutu kupret gak ganggu vivian terus
2021-11-23
1