Penyerangan yang akan di lakukan oleh Kenzi dan anggota inti dari Mafia Black Wolf secara terang-terangan, membasmi para musuh yang ingin merebut persenjataan yang akan di kirimkan ke Rusia. Lokasi yang sangat trategis untuk melakukan penyerangan, Kenzi memanfaatkan situasinya yang berada di perairan yang menjadi wilayahnya.
Suara tembakan yang bergema dan memekakkan telinga bercampur, Kenzi melakukan penyerangan dengan mengecoh lawan hingga masuk ke dalam jebakan yang telah dia rencanakan. Dia tersenyum tipis, " bagus, para kecoa itu masuk ke dalam jebakanku," gumannya.
Kenzi melihat target yang berada di hadapannya dengan jarak 150 meter, tidak sulit baginya untuk mengendap-endap dan memanfaatkan situasi saat ini. Target utamanya ialah pemimpin dari Black Mamba yang selalu menyusahkan dan memperlambat pergerakannya. Kenzi berlari sangat cepat dan menendang pemimpin Black Mamba dengan sangat keras, hingga pria itu tersungkur. Pemimpin musuh itu bernama Edward, dia menoleh menatap tajam sang pelaku yang tengah tersenyum mengejek.
"Brengsek, cukup besar juga nyalimu," ucap Edward dengan lantang dan berusaha berdiri.
"Heh, aku tidak takut dengan siapa pun. Bangun, dasar pecundang! lawan aku dan kita buktikan kemampuan masing-masing," tantang Kenzi yang menyiapkan posisi yang pas dengan kedua tangan yang mengepal dengan sempurna, menatap musuh dengan sangat tajam berusaha mencari titik kelemahan.
Kenzi menggerakkan keempat jari tangan kanannya dengan pelan, mengkode untuk musuh maju terlebih dahulu. Dan benar saja, Edward maju terlebih dahulu dengan melayangkan tendangan yang dapat di tangkis oleh Kenzi dengan sangat mudah.
"Dasar lemah!" ucap Kenzi yang tersenyum tipir dan dengan gerakan cepat dia memukul tulang kering Edward dengan sangat keras, membuat sang empunya meringis kesakitan.
"Sialan!" pekik Edward yang berusaha memperontak, tapi dengan gerakan yang sangat cepat Kenzi menggores leher musuh dengan sangat mudah hingga tewas tak bernyawa.
"Terlalu banyak bicara," ucap Kenzi yang tersenyum meremehkan seraya meludahi pemimpin musuh.
Kenzi berjalan dengan elegan sembari membuang jasnya yang kotor terkena cipratan darah musuh, "bersihkan semuanya," titah Kenzi dengan wajah datarnya.
"Baik King."
Kenzi merasa sangat kecapekan hingga memutuskan untuk pulang ke apartemen, sekaligus ingin mengawasi dan memantau aktivitas kelima keponakannya secara langsung. Walaupun para keponakannya sangatlah nakal, tapi kasih sayang nya tidak akan berubah sama sekali, hanya saja caranya yang berbeda.
Dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam apartemen, pemandangan pertama kali yang di lihat adalah Amar yang berjalan mendekatinya dengan raut wajah yang sedih.
"Kenapa kamu sedih?" tanya Kenzi.
"Lihatlah ponselku Tuan," sahut Amar yang menatap ponsel mahalnya dengan penuh dramatis.
"Lalu?" ucap Kenzi yang menatap ponsel milik sang asisten beberapa detik.
"Ponselku rusak akibat salah satu keponakanmu Tuan, masih ada tiga kali ansuran yang harus aku bayar," ucap Amar seraya memohon.
"Ck, katakan dengan jelas dan jangan terbelit-belit atau aku akan menjahit mulutmu itu," ancam Kenzi. Seketika Amar menelan saliva dengan susah payah, "aku ingin meminta...." ucapan Amar terhenti karena mendengar suara pintu yang di tendang dari arah luar yang membuat mereka menoleh.
"Dasar tidak sopan, jangan menendang pintu," ucap Kenzi yang meninggikan suaranya.
"Maafkan kebiasaanku Kakak, dimana triple A dan juga twins N?" tanya wanita itu yang tak lain adalah adik kandungnya yang bernama Vivian. Seorang gadis cantik yang berpakaian pria itu berusia 22 tahun sedang tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi dan juga putih membuat Amar melupakan ponselnya yang rusak karena terpesona kepada gadis tomboy itu.
Yah, Amar menyukai Vivian saat Kenzi mengenalkannya di saat video call dulu. "Ternyata wajahnya yang asli lebih cantik dan juga natural," batin Amar yang melupakan pertanggungjawaban dari ponsel mahalnya yang rusak.
"Ehem," suara deheman seseorang membuat Amar mengalihkan perhatiannya yang ternyata adalah Kenzi yang menatapnya dengan tajam.
"Oh helo, aku bertanya di sini dan kenapa kalian mengacuhkan aku? dimana keponakan ku itu?" tanya Vivian sekali lagi tanpa mempedulikan kejadian yang menurutnya sangat tidak penting.
"Kami di sini Aunty," ucap kelima anak itu dengan serempak, mereka berlari dengan sangat cepat dan memeluk Vivian dengan sangat erat.
"Sial, anak-anak itu sangat beruntung memeluk calon kekasihku," batin Amar yang kesal.
"Kenapa kamu masih di sini, pergilah sekarang. Aku sangat muak melihat wajah bodohmu itu," kata Kenzi yang langsung menusuk ke hati.
"Aku akan pergi, tapi sebelum itu aku ingin menanyakan kondisi ponselku yang di rusak oleh keponakanmu Tuan," ucap Amar.
"Aku akan mentransfer nya nanti, hanya masalah ponsel murahan kamu menganggu waktuku. Cepat! pergilah dari sini," usir Kenzi yang membuat Amar mengelus dada sembari berlalu pergi.
"Apa katanya tadi? ponsel murahan? bahkan seluruh gaji dalam sebulanku tidak cukup untuk membelinya, dasar orang kaya," umpat Amar.
"Kenapa kalian tinggal di sini?" tanya Vivian yang melepaskan pelukannya dan menatap kelima anak itu dengan serius.
"Ayah, ibu, Paman, dan bibi Anna pergi ke Swiss untuk pekerjaan mereka selama sebulan penuh dan menitipkan kami kepada Paman Kenzi," ucap Alex.
Vivian menatap kakaknya dengan lirikan mata penasaran, Kenzi yang seakan mengerti itu pun dengan cepat menjawab rasa penasaran sang adik, "akan aku jelaskan nanti, bagaimana dengan study mu?" tanya Kenzi.
"Baik, dimana Rayyan? aku tidak melihatnya," ucap Vivian yang celingukan.
"Dia belum bisa pulang, mungkin saja dua minggu atau lebih."
"Apa kita hanya mengobrol di sini?" tukas Lexi yang bertolak pinggang membuat Vivian tertawa dengan tingkah laku keponakannya yang sangat menggemaskan itu.
Mereka menuju sofa empuk yang tersedia di apartemen milik Kenzi, sedangkan Vivian bermain dengan kelima keponakan membuat Kenzi tak habis pikir dengan apa yang di lihatnya sekarang, "kenapa mereka sangat dekat dengan Vivian dan bertingkah laku baik? sedangkan denganku mereka sangat nakal sekali, " gumamnya yang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Kenzi tidak tau jika triple A dan twins N tidak akan mengerjai seorang wanita, karena itu pantangan bagi mereka. Vivian terus bermain dan melupakan waktu dan juga alasannya datang yaitu bertanya akan keadaan Rayyan yang sudah lama tidak ada kabar.
"Aku sangat penasaran dengan wajah Rayyan, apakah dia sangat tampan?" tutur Vivian yang menatap sang kakak dengan sangat antusias.
"Dia sangat jelek, karena akulah yang paling tampan di sini," ucap seseorang yang menyerobot masuk, siapa lagi jika bukan Vero. Pria tampan dengan sejuta pesona dalam memikat wanita, tapi dia lebih tertarik dan tertantang untuk menaklukkan singa betina seperti Vivian yang tidak terpengaruh dengan wajahnya yang tampan yang brewokan.
Vivian mendengus kesal karena selalu di ikuti oleh Vero, "dasar Kingkong, sudah aku katakan untuk tidak mengikutiku," cetus Vivian yang meninggikan suaranya.
"Memangnya kenapa? aku datang dari Amerika hanya untuk bertemu dengan mu dan juga menguntit, anggap saja aku fans terberatmu. Bagaimana?" jawab Vero dengan enteng seraya mengedipkan sebelah matanya dengan penuh pesona.
"Sial, ingin rasanya aku tenggelamkan dia di samudra Atlantis," gumam Vivian dengan pelan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Cahaya Warna
emang brp hrgnya ? gajinya tentu puluhan jt secara asisten CEO gitu loooch....
2022-07-04
0
A.0122
vivian msh aja tomboy ya dan minta triplets dan twins aja buat nyingkirin veri
2022-04-17
0
Lady El
kalo mau tenggelami dia ajak aku sekali Vivian kita jadi genk
2022-03-15
1