Hari pertama perpisahan antara Alex, Alexa, dan Alexi. Mereka menangis karena keputusan dari kedua orang tuanya yaitu Al dan Shena untuk pergi ke luar negeri dalam urusan pekerjaan. Ini kali pertama mereka berjauhan, "kenapa sangat mendadak Bu?" ucap Alex sang kakak yang meneteskan air matanya.
"Bagaimana kami akan hidup tanpa Ibu dan Ayah, apalagi selama sebulan," sambung putri sulung mereka, kembaran dari Alex. Seketika hati Shena seakan menolak untuk pergi jauh dari ketiga anak kembarnya, Shena menyamakan tinggi dengan ketiga anaknya sembari mengecup pipi mereka secara bergantian.
"Tenanglah, Paman Kenzi yang akan merawat kalian. Bukan kah itu sangat menyenangkan? Kalian bertiga bisa bermain dengan Niko dan Niki," ucap Shena yang berusaha menahan air matanya agar tidak menetes.
Sebenarnya dia sangat tidak setuju dengan keputusan suaminya untuk meninggalkan ketiga anak kembarnya, tapi El memohon untuk memikirkan nasib Kenzi dan juga permintaan dari Bara yang menginginkan cucu dari putra sulungnya.
"Baiklah, jadi diri Ibu dan Ayah di sana. Jangan lupa untuk terus menghubungi kami," seloroh Lexi, putri bungsu mereka.
"Hem, jaga diri kalian baik-baik."
Kenzi sedikit bosan dengan drama yang ada di hadapannya, dia hanya menatap dengan jengah sembari melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "apakah masih butuh waktu yang lama untuk perpisahaan yang sangat membosankan ini?"
Al yang kesal menoleh ke arah adik sepupunya, "ck, kamu tidak akan tau bagaimana rasa berjauhan dari anak-anak mu. Kamu akan tau jika sudah mempunyai anak nanti," cetus Al.
"Paman ini sangat sombong sekali, lihatlah apa yang akan aku lakukan nanti," batin Alex yang menatap Kenzi dengan sinis.
"Baiklah, Ibu dan Ayah pergi dulu. Jangan nakal di sini dan patuhi apa yang di katakan oleh paman kalian," nasehat Shena yang di balas dengan anggukan kepala oleh triple A. Shena dan Al melambaikan tangan dan masuk ke dalam helikopter menuju ke Swiss, air mata triple A mengucur dengan deras serta isakan tangisan karena ini pertama kalinya mereka berpisah selama sebulan penuh.
10 menit kemudian, Kenzi melihat kakak sepupunya bersama dengan istri dan kedua putra kembar mereka yang berumur sama dengan Alex, Lexa, dan Lexi yaitu 6 tahun. Mereka juga mengadakan perpisahan dengan alasan yang sama, Anna sangat berat meninggalkan kedua putra kembarnya Niko dan Niki. Perpisahaan selama sebulan penuh merupakan rintangan bagi sepasang pasangan itu.
El berjalan mendekati Kenzi seraya menatapnya dengan tajam, "jika kedua putraku lecet sedikit saja, maka aku akan menggantungmu di tiang jemuran," ancam El.
"Yaya....pergilah dari sini sebelum aku benar-benar muak dengan suasana ini," jawab Kenzi yang mendapatkan reward berupa jitakan hangat dari kakak sepupunya yang sekarang tengah berjalan menuju helikopter kedua dengan penerbangan yang juga dari Swiss.
Sekarang tinggallah Kenzi dengan kelima keponakannya yang berusia 6 tahun itu, dia menatap keponakannya dengan tatapan remeh. Sedangkan kelima anak-anak itu menatap paman mereka dengan kesal, "kenapa Paman menatap kami begitu?" ucap Alex dengan ketus.
"Kita tidak akan tinggal di mansion melainkan di apartemen yang baru saja Paman beli," ucap Kenzi yang menatap keponakannya.
"Terserah Paman saja, ayo kita masuk ke mobil," ucap Alex yang seperti pemimpin dari keempat adik-adiknya, mereka lahir hanya perbedaan menit saja. Kenzi menatap kelima keponakannya itu tanpa mengacuhkan dirinya, "sial, ini kali pertamanya aku di acuhkan oleh orang lain," gumam Kenzi.
Niko membunyikan klason mobil Kenzi secara berulang membuat sang empunya sangat kesal, "kenapa Paman hanya berdiri saja? ayo kita ke apartemen," pekik Lexa.
"Yaya baiklah."
"Dasar bocah ingusan," batin Kenzi yang berjalan menuju mobilnya.
Kenzi tidak ingin jika tinggal bersama ayah dan juga pamannya, dia lebih memilih untuk tinggal di apartemen nya. Dengan begitu dia lebih leluasa tanpa mengkhawatirkan ucapan Bara yang selalu menyudutkannya mengenai pernikahan dan perjodohan.
"Jalankan mobilnya," perintah Kenzi tanpa menoleh ke arah sang supir.
"Kenapa Paman jarang tersenyum?" ucap Lexi yang sangat penasaran.
"Mungkin saja Paman sedang sakit gigi," sela Lexa.
"Benarkah? itu artinya Paman jarang menggosok gigi karena bau mulut," ucap Lexi.
"Aku rasa begitu, Paman seharusnya menggosok gigi secara rutin agar tidak sakit gigi."
"Mereka sangat cerewet," gumam Kenzi yang jengah dengan percakapan kedua keponakan perempuannya.
"Jangan berbicara dengannya, lihat saja wajah nya yang sangat mirip dengan Ayah Al," celetuk Alex.
"Benar, sangat mirip dengan Paman Al."
"Mungkin saja itu turunan dari kakek," sambung Niki.
"Bisakah kalian diam!" cetus Kenzi yang menoleh ke arah keponakannya yang seketika diam, kelimanya saling melirik satu sama lain karena memahami rencana yang akan mereka lakukan bersama. Kenzi kembali menatap ke depan dan merapikan jasnya yang sedikit berantakan.
Tak butuh waktu lama untuk mereka sampai ke apartemen yang sangat luas, dengan persediaan makanan, taman bermain untuk keponakannya, dan juga menyediakan home schooling.
"Wow, walaupun di sini sangat kecil dari mansion utama, tapi lumayan," komentar Alex.
"Tidak buruk," tutur Niko yang langsung berlari dan melompat-lompat ke sofa dengan girang, di ikuti oleh Alex dan juga Niki. Sedangkan Lexa dan Lexi lebih tertarik dengan lemari es yang berisi begitu banyak makanan di sana, "ini baru nyaman," ucap Lexa yang memakan brownies di kulkas tanpa menghiraukan sang Paman.
"Kalian di sini saja, ada beberapa pelayan yang akan memenuhi kebutuhan kalian. Paman ingin ke kamar dulu untuk membersihkan tubuh," ucap Kenzi dengan tegas.
"Baik Paman," jawab mereka serempak tanpa menoleh.
Kenzi menghela nafas dengan kasar, berjalan menuju kamarnya seraya membersihkan diri yang sedari tadi terasa lengket. Selesai dengan aktivitas nya, Kenzi mendengar ponselnya berdering dan mengangkat panggilan masuk itu.
"Hem."
"Ada masalah dengan markas Black Wolf, tuan."
"Katakan."
"Persenjataan yang akan di kirim ke Rusia di hadang oleh beberapa anak buah dari Black Mamba."
"Hem, kirimkan lokasinya. Aku akan segera meluncur, jaga apartemenku dari musuh terutama kelima keponakanku. Jangan sampai mereka terluka walau segores saja."
"Baik Tuan."
Kenzi melempar ponselnya sembarang arah karena kesal dengan permasalahan yang muncul dari aliansi Mafianya yang sekarang berpindah tangan kepadanya, karena El hiatus dalam dunia gelap dan fokus mengurus perusahaan Wijaya.
Kenzi merasakan pergerakan dari luar kamarnya, dia berjalan untuk membuka pintu yang hanya menggunakan handuk penutup bagian sensitifnya, "tidak baik mendengarkan pembicaraan orang dewasa," tuturnya tanpa ekspresi.
"Yah, ketahuan."
"Kenapa kalian ada di kamar ku? pergilah ke kamar kalian masing-masing," tukas Kenzi dengan tegas.
"Belikan kami ponsel dan juga laptop Paman," Pinta Alex dengan wajah yang polos.
"Bukankah kalian mempunyainya?" sahut Kenzi yang mengerutkan dahinya.
"Sudah di sita oleh orang tua kami," jawab Niki.
"Baiklah, sebentar lagi asistenku yang bernama Amar akan mengantarkannya ke kamar kalian." Kelima anak-anak itu sangat senang dan memeluk Kenzi dengan sangat erat dan berlari dengan cepat untuk masuk ke kamar mereka. Kenzi sangat heran dengan tingkah laku keponakannya yang sangat aneh, "kenapa mereka terburu-buru masuk ke kamar?" gumamnya.
Baru saja dia berjalan beberapa langkah, pemandangan di seluruh ruangan apartemennya sangatlah berbeda. Bagaimana tidak, dia yang pecinta kebersihan dan kerapian itu sangat terkejut dengan kondisi apartemen yang sangat berantakan seperti kapal pecah.
"Dasar anak nakal, keluar kalian!" pekik Kenzi dengan suara yang menggelegar, sedangkan para pelakunya hanya menutup kedua telinga layaknya menunggu petasan meletus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Asih Ningsih
haha bru sehari udh bikin apartemen kyk kpl pecah gimana selanjutnya apa kenzi sanggup atau menyerah ya.
2022-11-14
0
A.0122
br hari pertama udh kesal setengah mati
2022-04-17
0
nur imamah
lucu kk
2022-03-16
0