Menit demi menit telah berlalu. Setelah membersihkan badannya, dengan perasaan cemas, Bella pun pergi kembali menuju dapur untuk menyeduh segelas teh hangat. Namun, Belum sampai di dalam dapur, lagi-lagi Bella merasakan keanehan. Bella mendengar seperti suara pecahan piring yang berjatuhan kelantai. Padahal, saat itu tak ada satu piring pun yang terjatuh ke lantai. Bella benar-benar ketakutan.
“Villa ini, benar-benar angker!” ucap Bella dalam hati. Bella pun langsung pergi meninggalkan dapur menuju kamar.
Sesampainya di kamar.
“ Loe kenapa, Bell?”
“Tadi, sebelum gue pergi ke kamar mandi, gue dengar ada suara yang meminta tolong dari kamar terlarang itu Sil,”
“Siapa yang minta tolong, Bell?”
“Gue juga gak tahu siapa yang minta tolong. Tapi, pas gue mau buka pintu kamar terlarang itu, tiba-tiba Pak Darso udah ada di belakang gue. Kayaknya ngelarang gue banget agar gak masuk ke kamar itu”
“Namanya juga kamar terlarang. Jadi, ya cuma khusus orang tertentu aja yang boleh masuk” ujar Silvi.
“Tapi, gue penasaran banget Sil sama kamar terlarang itu!”
“Oh ya, semalam si Rendi sama si Radit katanya ngalamin hal yang aneh, Bell”
“Aneh gimana?”
“Katanya, mereka melihat sebuah pesta tua di ruang tamu,”
“Loe serius, Sil?”
“Gue juga gak tahu, Bell. Yang pasti, villa ini angker deh,”
“Mungkin mereka lagi ngelindur, Sil!”
“Loe ingat gak apa kata Pak Darso, jangan pernah keluar tengah malam?”
“Inget! Emang kenapa?”
“Mungkin karena keanehan seperti yang di alami mereka berdua, mangkannya Pak Darso ngelarang kita untuk keluar malam-malam"
“Oh ya, Sil. Sewaktu gue lagi di dapur, gue juga ngerasain hal yanga aneh"
“Aneh?”
“Iya, Sil. Aneh. Gue kayak denger ada suara pecahan piring, tapi pas gue cari, ternyata gak ada piring yang ppeca”
“Jangan-jangan, villa ini memang angker, Bell!”
“Sejak pertama gue masuk ke villa ini. Firasat gue memang udah gak enak, Sil”
***
Malam pun tiba. Suara-suara aneh mulai terdengar dari setiap celah dinding yang sudah mulai usang. Apa lagi di padu dengan suara hujan yang mengguyur deras di luar. Hawa dingin pun menyebar di sisi ruangan. Tapi hal itu tidak menghentikan obrolan mereka berlima di ruang tamu.
“Gue punya ide biar liburan kita berkesan. Gimana setiap kita bercerita tentang kisah yang menyeramkan, Setuju?” usul Radit.
“Gak ah. Gue gak punya kisah-kisah gituan” terang Bella.
“Kalau gak mau cerita, berarti saat masuk kuliah nanti harus neraktir kita-kita makan sesuai yang kita mau. Gimana?” ucap Radit dengan santainya.
“Ya udah, biar gue yang cerita dulu. Ini kisah bukan sembarang kisah. Dulu di kampus kita pernah ada mahasiswi yang bunuh diri di kamar mandi dan arwahnya sampai saat ini masih gentayangan. Siapa saja yang malam-malam berani ke kamar mandi sambil membawa payung, maka arwah mahasiswi itu akan menampakan diri,” papar Rendi.
“Loe serius, Ren?” Tanya Bella penasaran.
“Gue serius. Kalian tahu gak kenapa Pak Sapto berhenti jadi satpam sekolah?”
“Memang kenapa, Ren?”
“Dengar-dengar, Pak Sapto pernah ketemu sama hantu perempuan itu. Karena takut, Pak Sapto mutusin berhenti"
“Ah, itu biasa! Ini kisah gue. Benar-benar gue alami. Gue pernah di datangin sama genderuwo"
“Serius loe, Dit?”
“Serius, Sil. Wajahnya seram banget, tubuhnya penuh bulu. Dia selalu ganggu tidur gue. Pas gue bangun tidur, gue nanya sama Ibu gue. Ternyata makhluk itu di sebut Genderuwo"
“Tunggu dulu deh. Loe bilang bangun tidur. Berarti, loe mimpi, bukan kisah nyata dong!” selidik Bella.
“Iya, Bell. Hehehe"
“Ah dasar, loe. Udah bikin bulu kuduk gue merinding, ternyata cuma mimpi!” sahut Silvi.
“Sekarang giliran gue yang cerita. Gue harap loe semua tenang. Dulu, di villa ini pernah terjadi pembunuhan sadis, yang di bunuh itu salah satu penghuni villa ini. Dia di bunuh karena di tuduh melakukan pesugihan”
“Serius loe, Vid?” potong Bella.
“Setahun setelah pembunuhan itu. Setiap malam jumat, perempuan itu menjelma menjadi sosok Kuntilanak dan mengganggu siapa saja yang mendatangi villa ini"
“Real atau hanya karangan belaka aja”
“Itu kisah turun-temurun yang di ceritain sama orang tua gue. Tapi jangan khawatir. Mbok Darsem pernah bilang, kalau Kuntilanak itu sekarang sudah di segel" jelas David.
“Paling itu cuma cerita buat nakut-nakutin anak aja, Vid. Biasanya kan orang zaman dulu mah gitu,” ucap Rendi.
“Oh ya, Vid. Sebenarnya di kamar terlarang itu ada apa, sih?” tanya Bella penasaran.
“Gue saranin, loe jangan pernah masuk ke kamar terlarang itu, Bell!”
“Emang di kamar terlarang itu isinya apaan, sih?” tanya Silvi.
“Mungkin Kuntilanak itu kali, Sil. Hehehe” Jawab David dengan santainya.
“Ah, loe bisanya nakutin aja, Vid" ucap Bella. Namun, tiba-tiba seluruh lampu ruangan padam. Hal itu membuat mereka panik. Di saat mereka sedang kebingungan, muncul Mbok Imah di hadapan mereka sambil membawa lampu lilin.
“Itu pasti setan. Gue yakin pasti setan” tegas Radit takut.
“Itu siapa, Vid?”
“Oh, itu Mbok Imah Bell, istrinya Pak Darso, kalian tenang saja”
“Maaf, Den! Di sini sering mati lampu!” jelas Mbok Imah. Tak lama setelah Mbok Imah menghampiri mereka, lampu pun kembali menyala dengan sendirinya.
Kini suasana villa menjadi berbeda semenjak David menceritakan kisah pembunuhan seorang perempuan di villa yang kini mereka tempati. Bahkan Bella ketakutan karenanya.
“Mau kemana loe, Bell?” Tanya Silvi.
“Gue kebelet, Sil!” jawab Bella.
“Bell, ke kamar mandinya jangan lama-lama ya?” ujar David.
Bella bergegas pergi ke lantai dua menuju kamar mandi.
Menit demi Menit pun berlalu.
Di saat Bella mau pergi meninggalkan kamar mandi, lagi-lagi keanehan pun mulai di rasakan nya. Bella mendengar suara perempuan yang sedang meminta tolong seperti yang kemarin dia dengar. Karena penasaran, Bella mencoba mencari asal suara itu. Dan ternyata suara itu berasal dari kamar terlarang itu.
Dengan menghiraukan saran dari Pak Darso. Bella menghampiri kamar terlarang itu. Dan secara tiba-tiba suara yang di dengarnya pun menghilang dengan sendirinya.
Bella semakin penasaran. Dia mencoba untuk membuka pintu kamar terlarang itu. Ternyata pintu kamar terlarang itu tidak terkunci.
"Kok gak di kunci, apa mungkin pak Darso lupa?" Tanya hati Bella.
Bella pun memberanikan diri untuk masuk ke dalam kamar terlarang itu. Sesampainya di dalam kamar. Bella mulai merasakan hal yang aneh. Seisi dalam kamar tercium wangi bunga melati dan dia juga melihat sebuah sesajen di depan cermin tua yang berdiri kokoh tepat di samping ranjang tidur. Namun, sebelum Bella pergi meninggalkan kamar terlarang itu, dia sempat mengambil sebuah buku aksara jawa kuno yang tergeletak di hadapan cermin tua itu.
“Buku apa ini ya?” ujar Bella.
Dengan perasaan takut, Bella langsung pergi tergesa-gesa meninggalkan kamar terlarang itu sambil membawa buku yang dia temukan. Namun baru saja Bella mau meninggalkan kamar terlarang itu, dia berpapasan dengan Pak Darso.
“Sedang apa kamu di kamar ini?” tanya Pak Darso.
“Sa-saya” jawab Bella gugup. Bella langsung meninggalkan Pak Darso tanpa memberi penjelasan sedikit pun. Tanpa ada rasa curiga Pak Darso langsung mengunci pintu kamar terlarang itu.
“Habis dari mana loe, Bell? Lama banget”
“Tadi sehabis dari kamar mandi, gue sempat masuk ke kamar terlarang itu, Vid"
“Nyari penyakit aja, loe Bell!” sahut Silvi.
“Loe gak dengerin perkataan Pak Darso kemarin apa?” ujar David.
“Habis gue penasaran, Vid. Tadi gue dengar ada suara minta tolong. Gue beraniin masuk ke dalam kamar itu. Pas di dalam kamar, gak ada siapa-siapa, yang ada hanya cermin tua aja. Gue juga nemuin sesuatu,”
“Nemuin apaan, Bell?” tanya Radit penasaran. Bella pun langsung memperlihatkan buku yang dia temukan di kamar terlarang itu.
“Tua banget bukunya!” ujar Silvi.
“Coba gue lihat” Rendi mulai melihat buku itu dengan teliti. Dalam buku itu banyak tulisan aksara jawa kuno yang membuatnya tidak mengerti. Dan dari beberapa halaman buku itu terdapat banyak gambar tentang kuntilanak.
“Kayaknya ini buku semacam untuk ritual, deh” ujar Rendi.
“Buku ginian di Tanah Abang juga banyak, Bell!” tegas Radit.
“Mending loe balikin lagi, Bell” seru David.
“Gak ah, Vid. Gue gak berani. Tadi sebelum gue pergi dari kamar terlarang itu, gue sempat kepapasan sama Pak Darso. Gue takut"!
“Kan dia pernah ngingetin kita, Bell. Jangan pernah masuk ke kamar terlarang itu!” tegas David.
“Coba, Sil. Loe lihat. Loe sama Bella kan ngerti bahasa bahasa kayak gini” Silvi pun mulai mengamati bahasa aksara jawa kuno itu.
“Kayaknya benar, dari tulisan yang gue ngerti. Ini semacam buku untuk ritual”
“Mungkin buku ini buat manggil Kuntilanak!” ujar Bella.
“Mana ada sih buku yang bisa manggil Kuntilanak?” papar Rendi.
“Gue setuju, Ren. Bohong banget tuh buku!” sahut Radit.
Rendi dan Radit sama sekali tidak percaya dengan buku yang di temukan oleh Bella. Keduanya menganggap buku itu hanya bualan semata.
“Ya udahlah, Bell. Lebih baik buku itu loe simpan aja,” ucap David.
Waktu semakin berlalu dan malam berikutnya pun tiba. Saat itu Bella dan Silvi sedang berbincang-bincang di dalam kamar
“Loe ngerti gak, maksud dari buku ini, Bell?” tanya Silvi.
“Sedikit, Sil. Jangan-jangan, Kuntilanak yang di maksud buku ini. Kuntilanak yang pernah di ceritakan sama si David?” tebak Bella.
“Masa sih, Bell"
Di saat Bella mau membuka buku misterius itu, tiba-tiba angin kencang datang di sekitar mereka. Bahkan, sempat terdengar suara pecahan piring.
“Itu suara apa, Bell?” tanya Silvi heran.
“Gue juga gak tahu, Sil. Tapi suaranya persis seperti yang gue dengar sewaktu gue lagi di dapur kemarin,” jawab Bella. Seketika terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Keduanya terlihat terkejut. Tetapi, Bella memberanikan diri untuk membuka pintu. Ternyata Mbok Imah sudah berdiri di depan pintu kamar sambil membawa obat nyamuk bakar.
“Mbok Imah, kiarain siapa, Mbok!” ujar Bella. Setelah memberikan obat nyamuk bakar, Mbok Imah bergegas pergi.
Di tempat lain.
“Gue masih benar-benar gak nyangka, Si Bella berani banget masuk ke kamar terlarang itu" ujar Radit.
“Emang ada apa sih dengan kamar itu, Vid. Kok kayaknya di larang banget?”
“Gue juga belum tahu pasti, Ren. Tapi kata Pak Darso, dulu kamar itu bekas tempat bersemayamnya Kuntilanak penghuni villa ini"
“Jadi, kisah yang pernah loe ceritain itu benar-benar kisah nyata dong?”
“Gue juga belum tahu kebenarannya, Dit”
“Udahlah. Itu cuma mitos!”
“Benar kata si Rendi. Lagi pula itu di zaman modern, mana ada sih Kuntilanak” tegas Radit.
“Oh ya, Vid. Gue yakin loe pasti tahu tentang buku yang di temuin Si Bella!”
“Maksud loe buku aksara jawa kuno itu?”
“Iya, Vid”
“Gue benar-benar gak tahu soal buku itu, Dit,” jelas David.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments