Setelah mendapatkan kunci kamarnya masing-masing, mereka langsung bergegas ke lantai dua menuju kamar yang telah di siapkan oleh Pak Darso.
“Loe tidur di kamar ini aja Bell sama Silvi. Biar gue bertiga tidur di kamar sebelahnya. Kalau mau ke kamar mandi di ujung sana ada kamar mandi Deket kamar terlarang itu" ujar David.
“Pak Darso, kamarnya di mana, Vid?”
“Kalau Pak Darso kamarnya di bawah, Bell”
Mereka pun masuk ke dalam kamarnya masing-masing.
Setibanya di dalam kamar.
“Ini kamar kayak gak pernah keurus aja”
“Iya, Bell. Berantakan banget” ujar Silvi. Mereka pun mulai merapikan kamar yang terlihat berantakan itu.
“Kok bisa ya, Si David punya villa kayak gini?” Tanya Bella sambil menaruh pakaiannya ke dalam lemari.
“Ini sih bukan villa, Bell. Tapi, sarang kuntilanak”
“Kalau ngomong sembarangan aja loe. Oh ya, kira-kira, kenapa ya Pak Darso ngelarang kita masuk ke kamar itu?”
“Gak tahu deh. Mungkin di kamar itu tempat ritual kali, Bell”
“Jangan-jangan kamar terlarang itu, kamar pesugihan, Sil” ujar Silvi.
“Loe dari tadi ngomongnya ngelantur terus, Sil”
Di sisi lain.
Rendi dan Radit tampak cemas memikirkan villa yang saat ini mereka tempati, karena tempatnya tak sesuai dengan harapan mereka.
“Udah berapa lama umur villa ini, Vid?” Tanya Rendi.
“Udah lama banget Ren. Kalau gak salah, villa ini udah ada dari tahun 1920”
“Gila! Berarti, villa ini udah tua banget. Kenapa gak di jual aja, Vid? Kalau gak, loe sewain biar jadi duit?” papar Radit.
“Pesan dari almarhum bokap gue, villa ini jangan pernah di jual!”
“Emang kenapa, Vid?” tanya Rendi heran.
“Gue juga gak tahu, Ren. Dulu Mbok Darsem pernah cerita, kira-kira tahun ’70-an pernah ada keluarga gue mau menjual villa ini, sebelum villa ini terjual. Keluarga gue yang mau ngejual villa ini tewas secara misterius”
“Kok bisa, Vid? Jangan-jangan villa ini udah di kutuk?”
“Mungkin! Sebenarnya gue juga penasaran Dit sama villa peninggalan keluarga gue ini"
“Udahlah. Gak usah bahas yang gitu-gituan. Mending kita nonton video anget aja"
“Benar tuh, Ren. Dari pada ngomongin yang gak jelas mending nonton yang lebih jelas. Jelas hangatnya!” ujar Radit. Rendi pun segera mengeluarkan laptop miliknya dari dalam tas.
“Ah, pikiran loe berdua dari dulu gak jauh dari begituan!” tegas David. Di saat mereka sedang berbincang-bincang, terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.
“Pasti si Silvi yang ingin di temenin. Kebetulan banget. Gue ajakin bareng nonton film anget, ah" ujar Radit dengan santainya.
Radit pun beranjak dari ranjang tidur menghampiri pintu kamar dan membukanya.
“Setaaaaaan!” teriak Radit kaget. Saking terkejutnya, dia langsung berlari menghampiri David dan Rendi. David dan Rendi tampak heran melihat tingkah lakunya.
“Kenapa loe, Dit?” Tanya David.
“Ada se-setan, Vid!” jawab Radit gemetaran.
“Setan? Yang benar loe?” Tanya Rendi tak percaya.
“Gue serius, Ren!” jelas Radit. Tiba-tiba pintu kamar yang sudah tertutup rapat langsung terbuka dengan sendirinya, dan terlihat jelas sesosok Nenek tua masuk ke dalam kamar mereka sambil membawa tiga gelas susu hangat untuk mereka.
“Oh, itu bukan setan. Dia Mbok Imah, istrinya Pak Darso!”
“Ini Den, susu hangat”
“Taruh aja di atas meja, Mbok!” ujar David. Setelah menaruh susu di atas meja, Mbok Imah segera pergi meninggalkan mereka.
“Katanya mau di ajakin nonton video anget, kok malah ketakutan?” ledek Rendi.
“Sumpah, Vid! Kalau gue tinggal seminggu di villa ini, gue pasti udah kena serangan jantung!” tegas Radit.
Malam semakin larut. David dan Radit sudah tertidur pulas
“Dit, antar gue yuk ke kamar mandi! Gue kebelet nih!” ujar Rendi. Dalam keadaan setengah sadar, Radit pun mencoba membuka matanya.
“Loe gak inget pesan dari Pak Darso, Ren?”
“Tapi gue kebelet, Dit,” Dengan terpaksa Radit pun mengantarkannya ke kamar mandi. Namun sebelum mereka sampai di kamar mandi, mereka mulai merasakan hal ganjil. Saat itu mereka mendengar suara bising dari arah ruang tamu. Karena penasaran, mereka pun turun tangga menuju ruang tamu dengan hati penuh tanda tanya.
“Loe mau kemana, Ren?” tanya Radit.
“Gue mau ke ruang tamu, Dit?”
“Nekat banget! Loe gak inget perkataan Pak Darso?”
“Ngapain sih dengerin perkataan orang tua yang belum tentu benarnya”
“Tapi, Ren!”
“Loe gak dengar, ada suara keramaian di rumah tamu?”
Saking penasarannya, mereka terus melangkah menuju ruang tamu. Rendi yakin suara itu berasal dari ruang tamu. Sesampainya mereka di ruang tamu, keanehan mulai mereka rasakan.
Tiba-tiba, mereka seperti berada di sebuah pesta tua tahun’80-an.
“Jangan-jangan yang di maksud Pak Darso keanehan seperti ini?” tebak Radit.
Di saat keduanya memperhatikan keanehan di ruang tamu itu, secara tiba-tiba seluruh orang yang berada di pesta itu tampak pusing dan seketika itu juga darah segar langsung keluar dari lubang hidung mereka. Radit dan Rendi tercengang heran. Di saat keduanya tampak kebingungan, tiba-tiba pundak Rendi di pegang oleh seseorang. Dia pun terkejut.
“Sedang apa kalian di sini?” Tanya Pak Darso. Mereka bertambah terkejut ketika Pak Darso sudah ada di belakang mereka.
“Pak Darso? Maaf Pak Darso, tadi saya melihat ada pesta di ruang tamu!” jawab Rendi.
“Pesta? Di sini gak ada pesta. Udah malam, lebih baik kalian tidur,” tegas Pak Darso.
“Benar Pak Darso, di sini ada pesta!” Radit membenarkan.
“Di sini gak ada pesta. Lebih baik kalian pergi ke kamar dan langsung tidur” perintah Pak Darso. Saat Rendi dan Radit mencoba menoleh kearah ruang tamu, mereka pun terkejut bukan main. Karena, keadaan di ruang tamu tampak sepi. Tak ada pesta mewah di sana.
***
Pagi pun tiba. Suasana dingin mulai terasa menusuk kulit. Bella yang sudah bangun terlebih dahulu memutuskan untuk pergi ke dapur.
Namun, dia tidak sengaja melihat Silvi sedang duduk termenung di ruang tamu.
“Ngapain di ruang tamu sendirian, Sil?” tanya Bella.
“Pergi! Pergi ! Tinggalkan villa ini!” ucap Silvi merintih. Bella benar-benar merasa heran dan terus memperhatikan sahabatnya itu. Namun di saat Bella sedang memperhatikan tingkah laku aneh Silvi. Tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk pundaknya dari arah belakang.
“Silvi?” ujar Bella terkejut. Bagaimana bisa Silvi berpindah tempat begitu cepat. Padahal dia tadi masih duduk di sofa.
“Loe kenapa, Bell?” tanya Silvi.
“Gak kenapa-napa, Sil” jawab Bella heran.
Dengan tergesa-gesa, Bella langsung pergi ke lantai dua menuju kamar mandi. Namun, disaat Bella mau melewati kamar yang di larang olek Pak Darso, sekilas dia mendengar suara seperti perempuan yang sedang meminta tolong. Karena rasa penasaran, Bella pun mencoba menghampiri kamar terlarang itu. Namun, di saat dia mau membuka pintu kamar itu, tiba-tiba seseorang menarik tangannya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?” tanya Pak Darso si penjaga villa.
“Maaf Pak! Tadi saya mendengar ada suara perempuan minta tolong dari dalam kamar ini” jawab Bella gugup.
“Lebih baik jangan kamu dengarkan!” tegas Pak Darso. Karena ketakutan, Bella pun pergi meninggalkan Pak Darso dengan tergesa-gesa menuju kamar mandi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Shella Saelani
jeng jeng jeng
2022-12-03
1