Setelah makan siang. Bintang mengajak Aurora mengobrol seputar dunia bisnis. Aurora sangat senang ketika tahu kalau ternyata Bintang adalah anak dari teman bisnis papa nya. Mereka berdua bercanda ria, sejenak Aurora melupakan rasa sesak di dadanya karena terhibur dengan kepribadian Bintang yang humoris.
Tak terasa hari sudah mulai senja. Petang sudah mulai datang, mata hari juga sudah terbenam. Aurora meminta izin pamit pada Bintang karena ingin segera pulang.
"Aku pulang dulu ya, Bin. Karena hari sudah malam!" Aurora berkata sembari berdiri memegang tas selempang miliknya.
"Aku antar ya!" Tawar Bintang yang tidak tega melihat Aurora pulang sendiri.
"Tidak usah. Aku bisa pulang sendiri kok!" Balas Aurora tersenyum manis membuat hati Bintang bergetar.
Senyumannya sangat manis batin Bintang.
"Izinkan aku mengantarmu karena hari sudah malam! Anggap saja ini bonus pertemanan kita!" Bujuk Bintang menatap Aurora penuh harap membuat hati Aurora tak tega.
"Ya sudah. Ayo antar aku pulang sekarang saja!"
"Tapi mobil kamu?" Aurora bertanya heran karena baru ingat kalau Bintang tadinya membawa mobil.
"Nanti ada sopir yang mengikuti kita dari belakang. Jadi setelah aku mengantarmu aku bisa pulang bersama supir ku!" Jelas Bintang santai membuat Aurora mengerti.
Akhirnya Aurora pulang di hantarkan oleh Bintang. Sepanjang jalan keduanya membahas seputar hobi mereka yang ternyata banyak memiliki kesamaan.
"Pilih gunung atau pantai?" Tanya Bintang semangat.
1
2
3
"Gunung!!" Aurora dan Bintang menjawab serempak membuat keduanya saling tertawa lepas.
"Hahahaha .. aku tidak menyangka kalau ternyata kita berdua memiliki banyak kesamaan." Ungkap Bintang tertawa senang.
"Heum .. ngomong-ngomong kenapa pilih gunung dari pantai?" Aurora bertanya penasaran pada jawaban Langit.
"Karena kalau gunung itu bawaannya adem dan tentram. Berbeda dengan pantai ya walaupun di sana juga adem tapi berbeda rasanya dengan gunung. Apalagi kalau mendakinya bersama teman-teman terdekat." Jelas Bintang membuat Aurora mengangguk kepalanya.
"Kalau kamu suka mendaki?"
"Suka."
"Kenapa?" Bintang bertanya penasaran karena tak biasanya perempuan suka mendaki.
"Karena disaat kita mendaki itu kita bisa tahu siapa teman yang egois, setia, suka mengeluh dan juga tulus. Mereka yang egois akan berjalan tanpa memperdulikan temannya yang kelelahan. Mereka yang setia akan selalu menunggu dan menemani teman-teman nya yang berada di bawah agar mereka bisa mendaki bersama. Teman yang mengeluh mereka akan memilih beristirahat sebelum kelelahan. Dan teman yang tulus mereka orang-orang yang memiliki pemikiran luas dan kesabaran besar karena mereka mau mengerti akan segala kesusahan yang di alami oleh teman-temannya yang terkadang kesusahan dalam mendaki!" Jelas Aurora panjang lebar membuat Bintang kagum dengan pola pikir Aurora yang luas.
Kamu sangat menarik batin Bintang kagum.
Tak terasa keduanya telah sampai di apartemen Aurora.
"Terima kasih! Dan maaf aku tidak bisa mengajakmu karena tidak ada siapapun di apartemen." Bohong Aurora, sebenarnya ia takut bila ada Langit di apartemen nya.
Bintang menganggukkan kepalanya bertanda mengerti. Laki-laki tampan itu segera meminta pamit lalu masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Aurora yang melambaikan tangan ke arahnya.
Aurora tersenyum-senyum sendiri mengingat obrolan dirinya bersama dengan Bintang. Bahkan saat masuk ke apartemen pun Aurora masih tersenyum.
Mata Aurora berbinar saat melihat Langit duduk bersandar di sofa menatap dingin ke arahnya. Saking senangnya Aurora berlari memeluk erat tubuh suami tercintanya yang sudah seminggu ini tidak pulang ke apartemen nya.
"I miss you!" Ucap Aurora tersenyum menghirup aroma maskulin tubuh Langit. Namun tanpa di duga oleh Aurora, Langit malah mendorong tubuh Aurora hingga terjungkal ke belakang tak sengaja punggung nya terbentur ujung meja membuat Aurora meringis kesakitan.
"Sstt .. kenapa kamu mendorongku, Sayang?" Aurora bertanya dengan mata yang berkaca-kaca.
"Darimana saja kamu? Suami pulang kamu tidak ada dirumah?" Langit bertanya dengan nada tinggi membuat tubuh Aurora bergetar ketakutan.
"Aku tadi habis makan siang sama temen!" Jelas Aurora jujur menggenggam tangan Langit namun langsung di tepis oleh Langit.
"Temen apa selingkuhan kamu, huh!" Sentak Langit membuat Aurora menggelengkan kepalanya cepat.
"Temen aku bukan selingkuhan, Lang! Kamu tahu sendiri 'kan kalau aku tidak pernah dekat dengan laki-laki lain bahkan nomor kontak saja aku tidak punya. Di ponsel ku cuma ada nomor kamu dan juga papa!" Jelas Aurora ingin memeluk tubuh Langit namun lagi-lagi Langit mendorong kasar tubuh nya.
Langit melempar foto Aurora yang tak sengaja di peluk oleh Bintang saat jatuh tadi.
Salah paham! Langit telah salah paham!
"Lang! Dengarkan aku bahwa ini salah paham! Aku tadi hampir--"
"Halah .. tidak usah mengelak lagi, kalau nyatanya memang begitu. Apa kamu kekurangan belaian, huh?! Padahal baru seminggu aku tidak menyentuhmu tapi kamu sudah kegatelan! Dasar gadis murahan?!" Bentak Langit menatap jijik Aurora.
Degg
Tubuh Aurora bergetar, tangannya terkepal erat. Hatinya marah, kecewa dan tak terima dengan tuduhan tak berdasar Langit.
Plak.
Tamparan keras di layangkan pada pipi Langit oleh Aurora. Tangan Aurora bergetar karena tak percaya apa yang baru saja dilakukan oleh nya. Kemarahan Aurora membuat dirinya bersikap berani menampar pria yang sangat dicintainya itu.
Langit memegang pipinya yang terasa sedikit perih akibat tamparan Aurora. Darahnya mendidih, tangannya terkepal erat. Matanya menatap tajam Aurora seolah-olah ingin menelan Aurora hidup-hidup.
Aurora memundurkan langkahnya saat Langit melangkah mendekatinya dengan wajah yang memerah membuat Aurora ketakutan.
"Maaf! Hiks .. hiks .. aku tidak sengaja, Sayang! Maafkan aku?!" Tangis Aurora pecah menangkup kedua tangannya memohon maaf pada Langit berharap suaminya itu mau memaafkan dirinya.
"Sudah mulai berani kamu menamparku, hemm?! Baru sehari kamu bertemu dengan pria sialan itu tapi kamu sudah berani menamparku?! Apa yang telah diberikan oleh pria itu padamu, huh?! Belaian?!" Teriak Langit menggelegar membuat Aurora tak dapat menahan kakinya untuk menopang tubuhnya.
Aurora terjatuh duduk menyembunyikan wajahnya di kedua lututnya. Tubuhnya bergetar ketakutan, karena seumur hidup baru kali ini dirinya di bentak bahkan orang tuanya saja tidak pernah membentak dirinya.
"Aku salah .. hiks! Maafkan aku karena tdlah menampar mu! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi .. hiks! Tapi jangan membentakku, Lang! Hiks .. huwaa!" Tangis Aurora pecah seperti anak kecil yang dimarahi oleh ibunya.
Namun karena rasa marah yang menyelimuti di jati Langit tak dapat mentolerir perbuatan Aurora yang menurutnya sangat kurang ajar.
Langit memaksa Aurora berdiri kemudian menyeret kasar tubuh Aurora masuk ke dalam kamar.
Bugh.
Aurora di lemparkan atas ranjang oleh Langit.
"Kamu harus di hukum?!" Sentak Langit dingin membuka tali pinggang nya.
**Bersambung.
Halo kakak author balik lagi nih 🥰🥰🥰
Mohon like coment vote dan beri rating 5 yah kakak 🥰🥰🙏
Jangan lupa like coment vote dan beri rating 5
Salem Aneuk Nanggroe Aceh ❤️🙏🥰**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
amalia gati subagio
jgn marah dobg, kan sukarela ngerangkaki ranjangnya sedia jd jalang ngangkang asik gratisan beuhhhh 👊👊awas nyalahin taqdir apalah, pilihan sadar toh 😈slamat jd jalang dungu, tunggu tropi penghargaan eksistensi sudramu
2022-06-24
0
amalia gati subagio
perempuan dungu suka banget dijadikan jalang iq blh tinggi, eq es jongkok jesian
2022-06-24
0
Lusiana_Oct13
adeeehhhh bodoh aja si aurora mau di perlakuan begitu suami sebatas agama doank!!
2022-06-15
0