Kunti Merah..

Seminggu telah berlalu.

Malam itu gue lagi duduk santai di taman komplek. 

"Ternyata lelah juga jadi pocong. Seandainya gue masuk ke pintu yang tulisannya jadi Presiden, mungkin gue gak akan jadi pocong," Namun, tiba-tiba muncul kepala dari arah belakang gue.

"Sendiri aja, Cong?"

"Sue, ngagetin gue aja loe," Ternyata, yang menegur gue sesosok Kunti merah. Baru kali ini gue melihat Kunti merah, cantik lagi. Kunti merah itu langsung duduk di samping gue.

"Iya, Kun. Gue lagi banyak pikiran, jadi lagi ingin menyendiri,"

"Memang, apa yang lagi loe pikirkan?"

"Banyak, sih. Tapi sulit untuk di ungkapkan dengan kata-kata,"

"Kenalin, Cong. Gue Amel," Ucap si Kunti merah menjulurkan tangannya.

"Eh, gue lupa, tangan loe kan di bungkus, Cong," gue langsung memejamkan mata dan seketika berubah menjadi setan.

"Gue Dika," Gue langsung menjabat tangan si Kunti merah. Ternyata, tangan si kunti merah lembut juga. 

"Kalau loe berpenampilan kayak gini kan terlihat tampan," Ujar si Kunti merah.

"Oh ya, baru kali ini gue melihat Kunti merah, cantik lagi," 

"Ah, loe bisa aja, Ka," Si Kunti merah tersipu malu.

"Serius, loe Kunti tercantik yang pernah gue lihat selama gue ada di dunia setan,"

"Memangnya, Kunti yang lain gak ada yang cantik?"

"Cantik sih, tapi loe yang paling cantik,"

"Dasar gombal. Oh ya, Ka. Loe tinggal dimana,?"

"Gue penghuni komplek pocong, Mel. Bisa di bilang gue masih penghuni baru lah,"

"Kapan-kapan mampir dong, ke komplek Kunti,"

"Kalau ada loe di sana, gue pasti mampir,"

"Benar ya. Oh ya, kita cari makan yu," Ajak si Amel dan Kebetulan banget saat itu ada tukang Bakso lewat dan yang berjualan manusia.

"Makan bakso itu aja, yu,"

"Itu kan, manusia Mel. Cari bakso yang jualan sejenis sama kita aja, Mel,'

"Bakso buatan setan kurang enak, Ka,''

Ucap si Amel yang langsung berubah menjadi setan, melihat perubahannya, gue pun semakin terpesona akan kecantikannya. 

"Loe cantik banget, Mel. Sumpah, deh,"

"Makasih, Ka. Ya sudah kita makan bakso manusia aja," Gue dan si Amel pun menghampiri tukang bakso itu dan benar aja, tukang bakso itu menganggap gue dan si Amel manusia.

"Bang, baksonya dua mangkuk, ya,"

"Siap, neng. Di tunggu ya," Tanpa gue sadari, dari kejauhan si Posi memperhatikan gue berdua, sepertinya dia cemburu.

Setelah pesanan bakso habis di makan.

"Berapa bang semuanya?"

"30 ribu, neng,"

"Gede amat neng, 100ribu. Gak ada uang kecil?"

"Ambil aja bang kembaliannya,"

"Alhamdulillah, rejeki anak Soleh," Tukang bakso itu pun langsung pergi untuk mencari pelanggan berikut nya.

"Ka, gue tinggal dulu ya,'

"Loe mau kemana, Mel?"

"Gue ada urusan. Oh ya, besok kita cari makan lagi ya," Sebelum pergi si Amel pun mencium pipi gue. Gue hanya bisa terdiam kegirangan. Tapi, tidak dengan si Posi, dia semakin cemburu.

Disisi lain.

"Bu, beli rokok super dong, sebungkus," Setelah mendapatkan rokok yang di belinya, tukang bakso itu pun langsung membayarnya dengan uang yang di dapat dari si Kunti merah.

"Bang, kalau bayar yang benar dong, masa bayarnya pakai daun kering," 

Keesokan harinya. 

Gue lagi duduk santai di taman komplek, berharap si Kunti merah cantik datang lagi. Tapi, yang datang malam itu malah si Posi.

"Lagi ngapain, Ka?"

"Gue lagi menikmati suasana malam, Si," si Posi pun langsung duduk sambil menyandarkan kepalanya ke pundak gue.

"Ka, kita jalan, yu?"

"Gue lagi malas kemana-mana, Si,' Jawab gue dan yang gue nanti pun datang juga, Si Kunti merah.

"Hai, Ka, kita jalan yu," Tanya si kunti merah.

"Lah, hayu," Gue Langsung bangun dan si Posi pun terjungkal.

"Ih, sebel." Keluh si Posi.

Waktu semakin cepat berlalu dan gak terasa gue sudah dua minggu lebih menjalin kebersamaan dengan Amel si Kunti merah.

"Kok, nasi gorengnya gak di habisin, Ka?"

"Gue kenyang banget, Mel. Habis, sebelum makan nasi goreng, loe terakhir gue makan bakso, makan sate, makan bubur. Oh ya, kapan-kapan gue mau mampir ke komplek loe, Mel,"

"Mau ngapain, Ka?"

"Ya mau ke rumah loe, lah. Katanya kapan-kapan gue di suruh mampir ke komplek Kunti,"

"Gak usah repot-repot, Ka. Biar gue aja yang mampir ke sini,"

"Atau?"

"Atau apa, Ka?"

"Loe sudah punya cowok ya di komplek Kunti, jadi gue gak boleh mampir,"

"Bukan itu, Ka. Oh ya, gue tinggal dulu ya, Ka,"

"Mau kemana, Mel?"

"Gue ada urusan sebentar sama seseorang,"

"Sama pacar loe ya?"

"Gue belum punya pacar, Ka. Ya sudah gue tinggal dulu ya," Setelah membayar semua pesanan nasi goreng itu, si Amel pun langsung pergi ninggalin gue. Tapi, sebelum pergi, seperti biasa, dia mencium pipi gue dan gue merasa benar-benar sangat senang.

Sedangkan di sisi lain. Si Posi benar-benar penasaran dengan si Kunti merah.

"Gue sudah puluhan tahun tinggal di sini. Tapi, gue gak pernah melihat si Kunti merah,' Ujar si Posi.

Malam itu si Posi pun mampir ke komplek Kunti untuk mencari tahu identitas asli si Kunti merah. Dia yakin kalau Kunti merah itu memang bukan berasal dari komplek Kunti.

Sesampai di komplek Kunti, dia berpapasan dengan temannya yang bernama Sarah.

"Sarah, gue mau nanya dong?"

"Mau nanya apa, Si?"

"Di komplek loe, memangnya ada Kunti merah ya?"

"Kunti merah?"

"Iya, Kunti merah,"

"Enggak ada, Si,"

"Serius, belakangan ini ada satu sosok Kunti merah sering main ke komplek gue,'

"Beneran, Si. Di sini gak ada yang namanya Kunti merah,"

"Oh, ya sudah. Makasih ya untuk informasi nya," Si Posi langsung pergi.

Keesokan malamnya.

Malam itu si Posi sedang menunggu kedatangan si Kunti merah di depan komplek pocong.

"Hey, Kunti. Sini loe,"

"Gue?"

"Iya, siapa lagi,"

"Loe aja sini, kan loe yang perlu sama gue." Si Posi Langsung menghampiri si Kunti merah.

"Gue mau nanya, loe itu siapa?"

"Gue Amel,"

"Bukan itu, loe siapanya si Dika,"

"Oh, si Dika. Gue bukan siapa siapa dia, lagi pula, gue baru kenal dia dua minggu yang lalu,"

"Oh, syukur deh. Gue kira loe pacarnya. Terus, loe ngapain ngedeketin si Dika?"

"Kepo loe, mau tahu urusan orang aja,'' Si kunti merah langsung pergi. Karena kesal, si Posi berubah wujud menjadi setan dan langsung menjambak rambut si Kunti merah. Si Kuti merah meronta kesakitan.

"Lepasin rambut gue!"

"Jawab dengan jujur, loe siapa? Gue sudah puluhan tahun di tinggal di sini. Tapi, gue gak pernah lihat loe dan loe juga bukan penghuni komplek Kunti, iya kan?" Si Posi benar-benar marah.

"Iy, iya gue jawab. Tapi, lepasin rambut gue dulu, sakit," Si Posi pun langsung melepaskan jambakannya itu.

"Jawab yang jujur!"

"Loe benar, gue sebenarnya bukan penghuni komplek Kunti,'

"Terus, tujuan Loe apa datang ke komplek pocong?"

"Gue di suruh sama majikan gue, untuk mencari si Dika,"

"Jadi, loe itu Kunti peliharaan?"

"Iya, gue Kunti peliharaan,"

"Tujuan loe apa ngedeketin si dika?"

"Tujuan gue agar si Dika lupa sama si Rahel. Karena pelanggan dari tuan gue, mengeluh habis di teror pocong dan pocong itu si Dika."

"Oh jadi itu alasannya," Si Posi sempat mikir di dalam hatinya.

"Ada baiknya juga apa yang di lakukan sama si Kunti merah, si Dika jadi lupa sama si Rahel. Tapi, kalau terus terusan dekat sama si Kunti merah, yang ada dia pacaran beneran sama si dika, gue gak mau," Ucap hati Posi.

"Mulai sekarang, gue gak mau loe ada di sini lagi. Kalau enggak, loe berurusan sama gue lagi, sekarang loe pergi," Gertak si Posi.

"Iya, gue pergi,'' Si Kunti merah itu pun langsung pergi.

Teror ke-7 

Waktu itu gue lagi nunggu kehadiran si Kunti merah di taman komplek. Karena, sudah tiga hari gue gak melihat dia lagi. Biasanya, si Kunti merah tiap hari mampir ke komplek pocong.

"Loe kemana, Mel?" Tanya hati gue. Gue pun mutusin untuk mampir ke komplek Kunti untuk mencari nya. Sesampai di sana, gue mampir sejenak ke sebuah warung kopi. Gue mutusin berubah menjadi setan.

"Mbak Kun, kopinya dong satu,"

"Siap, Mas!" Sambil menunggu kopi selesai di buat, gue mulai membuka pembicaraan dengan pemilik karung.

"Mbak, Kun. Saya mau nanya, yang tinggal di komplek ini ada yang namanya Amel, gak?"

"Amel?" Tanya Mbak Kun sambil memberikan segelas kopi.

"Iya, Mbak Kun. Dia Kunti merah,'

"Si mas, yang enggak-enggak aja, rata-rata penghuni disini itu gaun putih semua, Mas," Gue sangat bingung dengan penjelasan si pemilik warung. Setelah kopi habis, gue mutusin pergi dari komplek Kunti. Dalam perjalanan pulang gue ketemu sama si Posi.

"Habis dari mana, Ka?"

"Gue habis dari komplek Kunti, Si,"

"Ngapain ke komplek Kunti?" Tanya si Posi. Namun, saat itu juga si Potty datang menghampiri gue berdua.

"Gawat, Ka. Gawat!"

"Gawat kenapa?" Tanya gue penasaran.

"Si Rahel lagi jalan sama cowok,"

"Astaga naga, kenapa gue jadi lupa. Sudah dua minggu lebih gue gak tahu keadaannya. Sekarang mereka lagi dimana?"

"Mereka lagi jalan pulang, Ka,"

"Kita tunggu di rumah si Rahel, Ty,"

Gue dan si Potty langsung pergi ninggalin si Posi.

"Ih, sebel," Ujar si Posi.

Sesampai gue di rumah si Rahel, benar aja. Ternyata cowok yang mengantarkannya itu yang dulu pernah gue teror di bioskop.

"Mimpi indah ya, Hel."

"Ternyata cowok itu lagi, gak ada kapok-kapoknya dia," Setelah si Rahel masuk ke dalam rumah, gue dan si Potty langsung menghampirinya.

"Heh, kemarin gue sudah bilang putusin si Rahel."

"Eh, loe lagi, Cong,"

"Iya, nih. Loe gak ada kapok kapoknya," Ujar si Potty.

"Tapi, Cong. Gue cinta dia," Mendengar perkataannya gue sangat kesal.

"Aaaaaaaaaaaah" Teriak gue kesal.

"Waktu itu, loe sudah gue peringatkan dan sekarang terima konsekuensinya. Loe harus jadi tumbal pesugihan,"

"Gue gak takut sama loe, gue punya jimat dari Mbah dukun," Cowoknya si Rahel langsung mengeluarkan jimat yang berupa kalung hitam. Dan seketika sesosok makhluk muncul dari belakang cowoknya si rahel, si Kunti merah.

"Amel? Loe ngapain di sini?" Gue langsung berubah jadi setan dan langsung menariknya, sambil menggenggam kedua tangannya.

"Loe kemana aja, Mel. Gue nyariin loe. Tiap malam gue nunggu loe di taman komplek. Tapi, loe gak pernah datang-datang lagi,"

"Maaf, Ka. Sebenernya gue bukan penghuni komplek Kunti. Gue ini peliharaan seorang dukun?"

"Dukun?"

"Iya, dukun. Gue di bayar sama cowok itu agar loe itu gak mengganggu dia dan loe bisa melupakan si Rahel,'

"Kok, loe setega itu sama gue,'

"Semua ini bukan kehendak gue. Waktu gue gak lama, Ka. Gue sudah terikat kontrak, gue gak bisa berada di sini lama-lama,"

"Tapi, Mel,"

"Maafin gue ya, Ka," Kunti merah itu menghampiri cowoknya si Rahel dan langsung menamparnya.

"Gue ingetin loe ya, putusin si Rahel. Kalau loe masih berani ngedeketin dia lagi. Loe berurusan sama gue," Ujar si Kunti merah.

"Iy, iya gue bakalan mutusin si Rahel,"

"Sekarang, loe telepon si Rahel dan loe putusin dia, cepat!" Gertak si Kunti merah.

Setelah cowoknya si Rahel mutusin lewat telepon. Seketika, Kunti merah itu pun pamit pergi sambil melambaikan tangannya. 

"Loe mau apa lagi Cong?" Tanya cowoknya si Rahel. Si Potty memejamkan matanya dan cowoknya si Rahel pun berubah menjadi pocong.

"Ampun, Cong. Gue gak mau jadi pocong,"

"Loe bakal jadi manusia lagi setelah 24 jam," Ucap si Potty.

"Makasih, Mel. Jasa loe akan selalu gue kenang," Ucap hati gue.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!