Si Posi..

Malam itu, gue baru balik dari komplek sebelah dan lagi-lagi gue ketemu sama si Pocong cantik itu lagi.

“Kenapa sih, loe selalu ngikutin gue terus?”

"Gue mau kenalan," Namun, Saat itu juga si Poci datang dan ternyata Pocong cantik itu Adiknya.

“Cie berduaan, lagi pacaran ya?" Ucap si Poci.

“Gue habis dari komplek sebelah. Tapi, setiap gue lewat sini, si Pocong cantik ini selalu ngikutin gue, Ci,"

"Memangnya loe belum kenalan, Ka?"

"Belum!"

"Dia adik gue, Ka,"

"Adik loe, Ci. Coba bilang dari awal, cong,"

Gue pun langsung kenalan.

"Gue Posi," Si pocong cantik itu pun tersipu malu.

"Pulang sana, waktunya makan malam,"

“Iya, Ka," Pocong cantik itu pun langsung pergi ninggalin gue berdua.

“Kok, ada sih Pocong cewek, setahu gue kalau cewek pasti jadi Kuntilanak.”

“Gak selamanya Pocong itu cowok, Pocong juga perlu perubahan, emang sih image Pocong itu cowok semua"

"Oh ya, Ci. Loe kenal pocong Mumun?"

"Memang kenapa?"

"Engga, dulu gue sempat nonton sinetronnya di tv," Dan saat itu juga datang sesosok pocong menghampiri gue berdua.

"Siapa yang nanyain gue?" Ucap satu sosok pocong yang ternyata pocong Mumun.

"Nih, Ka. Kebetulan si pocong Mumun Datang,"

"Loe tadi nanyain gue, memang kenapa?"

"Ternyata benar ya, legenda pocong Mumun itu nyata," Ucap gue.

"Iya, lah. Pocong Mumun itu nyata. Yah, punya uang simpanan engga, Ibu mau beli kuota" tanya pocong Mumun ke si Poci.

"Ada di bawah kasur, ambil aja. Tapi jangan semuanya,"

"Ya sudah, mamah balik dulu, jangan lupa kalau keluyuran, inget waktu," Ucap si Pocong Mumun.

"Iya, Mah," Pocong Mumun pun pergi.

"Kenapa bengong, Ka?"

Malam berikutnya, gue dan si Poci mampir lagi ke rumah si Rahel. Namun, gue benar-benar heran. Sepertinya si Rahel dalam keadaan sedih.

"Seandainya loe tahu, gue ada di samping loe, Hel!"

“Kayaknya dia lagi sedih, Ka," Ujar si Poci.

Gue pun langsung duduk di sampingnya dan gue lihat dia sedang mengetik sesuatu di smartphonenya.

"Ka, met ultah ya. Sekarang dunia kita sudah berbeda. Gue yakin loe sudah tenang. Gak usah khawatir, gue baik-baik aja,"

P✓

P✓

P✓

"Loe sudah pacaran berapa lama sama si Rahel, Ka?"

"Gue belum pacaran ,Ci. Cuma sebatas teman aja. Tapi, sebelum gue mati, gue pernah nembak dia, Tapi"

"Di terima?"

"Kan gue keburu mati, gue belum tahu jawabannya,"

"Mungkin, itu alasannya loe gak jadi pocong saat pertama kali tiba di komplek pocong, Ka,"

"Bisa jadi, Ci. Gue malah jadi setan penasaran. Penasaran dengan jawaban cinta dari si Rahel"

"Setiap malam, gue selalu hadir di samping loe. Tapi, loe gak pernah mengatakan apa yg gue inginkan, hingga bertahun-tahun gue mati, loe masih menyembunyikan perasaan itu. Gue cuma butuh kata cinta yang pasti, di tolak atau di terima, itu aja kok biar gue bisa tenang, Hel."

Malam itu, gue lagi menyendiri. Gue jadi ingat saat pertama kali gue nembak si Rahel di tempat ini. Tapi sayang, sampai saat ini jawabannya masih belum pasti

“Hai, Ka?”

“Posi, pasti ngikutin gue lagi,"

“Iya, Ka, hehe. Loe lagi punya masalah ya!”

“Enggak"

“Mulut bisa bohong. Tapi, mata loe gak bisa bohong, Pocong bisa tahu segalanya,"

“Dulu, gue pernah nembak wanita yang benar-benar gue sayang dan cinta di tempat ini. Tapi, sebelum gue tahu jawabannya, gue terlanjur mati,"

"Di terima?"

"Kan gue keburu mati, engga Abang, engga Ade, sama aja,"

“Sabar ya, Ka," Ucap si Posi.

Dan sejak saat itu, si Posi menjadi Pocong kedua tempat gue curhat setelah kakaknya si Poci.

Lama kelamaan termakan waktu, gue pun semakin dekat sama si Posi. Tapi, gue menganggapnya hanya sebatas teman aja.

Sampai di suatu hari.

“Dari mana, Ka?” Tanya si Posi.

“Habis cari udara malam, loe habis dari mana?”

“Gue habis nakut-nakutin manusia, Ka,"

"Memangnya, jam segini masih ada manusia. Sekarang sudah jam 12 malam,"

"Ada, Ka. Tadi gue habis ngerjain ojol. Ojol nya gue bikin nyasar ke pemakaman, hehe,"

"Wah parah loe, Si. Kasian itu ojol, dia kan lagi cari nafkah. Malah loe kerjain. Oh ya, Si. Loe suka ya sama gue?” Pas gue tanya gitu, si Posi langsung salah tingkah.

“Gue memang suka sama loe, Ka. Loe mau gak jadi pacar gue?” Tanya si Posi.

“Kayaknya lebih baik kita berteman aja,"

"Memang kenapa, Ka? gue jelek ya?"

"Enggak, kok. Loe cantik dan juga baik. Hanya aja, gue masih ada perasaan sama si Rahel,"

"Manusia sama setan gak boleh saling jatuh cinta. Lagi pula, loe sudah beda dunia, Ka,"

"Meskipun beda dunia, gue akan selalu cinta, Si,"

"Jadi, loe gak mau nerima cinta gue?" Tanya si Posi kesal.

"Bukan gue gak mau. Waktunya belum tepat aja,"

Mendengar penjelasan gue, sepertinya si Posi benar-benar kecewa dan langsung pergi ninggalin gue gitu aja. Dan semenjak cintanya gue tolak, si Posi mulai menjauh.

“Eh, Pori. Loe lihat si Posi, gak?”

“Engga, memang kenapa?"

“Gak kenapa-napa, kalau ketemu si Posi, bilang aja, gue nyariin dia,”

“Oke, Bos,”

"Mungkin si Posi lagi ingin menyendiri, karena cintanya sudah gue tolak," Ucap hati gue. Tapi, tanpa sepengetahuan gue, si Posi pergi ketempat tongkrongan geng The Papoun.

“Tumben kesini?” Tanya si Poli.

"Posi, lagi sedih!"

"Sedih kenapa, Si?"

"Cinta Posi di tolak!"

"Di tolak. Sombong banget yang nolak cinta loe, Si. Memang siapa yang nolak cinta loe?" Tanya si Potty.

“Si Dika yang nolak cinta Posi,"

"Si setan penasaran itu?" Tanya si Poli.

“Iya, sekarang Posi benar-benar lagi sedih,"

“Kurang ajar, keponakan gue yang cantik hatinya di permainkan," Ujar si Poli.

“Terus, kenapa Posi kesini?”

“Posi mau minta bantuan Paman. Posi ingin meneror pujaan hatinya yang ada di dunia sana, sampai Posi puas. Posi sakit hati banget," Jelas si Posi.

“Tapi, jangan bilang si Poci ya,''

“Tenang aja, semua sudah Posi atur,"

Keesokan malam nya.

Saat itu si Rahel baru selesai mandi, dengan secara tiba-tiba si Posi dan si Poli muncul di di hadapannya. Alhasil, si Rahel pun langsung pingsan seketika.

Sudah hampir seminggu, setiap gue mampir ke rumah si Rahel, dia selalu tidur di mana aja. Kadang tidur di lantai, tidur di depan kamar mandi, tidur di ruang tv dan gue pun mulai merasa ada yang aneh.

Pepatah bilang, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan terjatuh juga.

"Ci, antar gue ke rumah si Rahel?"

"Loe enggak bosan, Ka. Tiap malam kerumah dia terus?"

"Bosan sih, soalnya dia gak bisa lihat gue. Hanya aja, malam ini firasat gue gak enak,"

Dan betul aja, gue memergoki si posi yang lagi tertawa bersama si Poli. Mereka berdua baru aja meneror si Rahel. Dan di situ gue lihat si Rahel sudah pingsan gak sadarkan diri di dapur rumahnya.

"Oh, jadi ini ulah loe berdua," Sumpah, gue marah banget, benar-benar marah.

Keesokan malam nya.

“Ka, Maafin gue, ya"

"Loe jahat, Si," Ucap gue kesal.

Gimana gue gak marah, si Posi benar-benar kelewatan. Seminggu lebih dia meneror si Rahel.

Sebenarnya gue gak mau maafin dia. Tapi, gue mandang Kakaknya yang sudah berjasa buat gue, jadi dia gue maafin.

"Gue janji, gak akan ngulangin lagi,"

“Iya, gue maafin,"

"Makasih ya, Ka. Kita jalan yuk,"

“Jalan kemana?”

Si Posi langsung ngajak gue pergi ke sesuatu tempat. Sesampainya di sana, ternyata itu pasar malam.

Sesampainya di pasar malam itu. Ternyata, banyak setan yang datang untuk mencari hiburan. Gue pun langsung bergegas masuk meninggalkan si posi.

“Tunggu, Ka," Teriak si Posi.

“Cepetan atuh, Si,"

“Gue kan Pocong, gak bisa jalan cepat,"

"Oh iya, Gue lupa, loe kan Pocong," Si Posi pun memejamkan matanya dan seketika berubah menjadi setan.

Saat pertama kali dia berubah menjadi wujud setan, gue terpesona banget melihat kecantikannya.

“Kenapa bengong, Ka?”

“Loe cantik banget, Si,"

“Makasih ya, Ka,''

“Kok, loe bisa berubah jadi kayak gue, Si?" Tanya gue heran.

“Itulah hebatnya Pocong, Pocong bisa jadi setan. Tapi, setan gak bisa jadi Pocong,"

Setelah berada di dalam pasar malam, Gue pun langsung mencoba satu permainan, lempar bola.

"Jatuhkan semuanya, Ka. Gue mau boneka beruang pink yang itu,"

"Tenang, gue pasti bisa jatuhkan kaleng itu dalam sekali lempar," Tapi, setelah gue mencoba berkali-kali, ga ada satu kaleng pun yang jatuh. Namun, datang satu setan cowok di antara gue berdua yang melempar bola itu dan kalengnya pun jatuh semua.

"Hadiahnya Boneka beruang pink itu, bang,'' Dan setan cowok itu langsung memberikan boneka beruang pink itu ke si posi.

"Nih buat loe, kenalin gue Dimas?" Gue pun langsung megang pundak setan cowok itu. Setelah menoleh, setan cowok itu gue kasih bogeman mentah.

"Cukup si Famela aja yang loe rebut," Ucap gue. Gue pun langsung ngajak si Posi pergi.

"Loe kenal dia, Ka?"

"Cuma masa lalau, Si,"

Malam semakin larut.

"Yuk, kita pulang," Ucap si Posi yang langsung berubah kembali menjadi pocong.

"Kok, jadi pocong lagi, Si. Loe cocoknya jadi setan. Cantiknya alami, hehe,"

"Gue kan pocong, bukan setan,"

Di saat gue lagi jalan mau arah pulang, gue pun di datengin sama setan pengemis.

"Aaa, kasian, Aaaa. Sudah tiga hari saya belum makan,"

"Gue kira, di dunia manusia aja ada pengemisnya. Ternyata, di dunia setan juga ada," Disaat gue mau ngasih beberapa kemenyan yang sempat gue beli di pasar malam tadi.

"Jangan di kasih, Ka,'

"Kenapa jangan di kasih, Si. Kasian dia belum makan,'

"Waktu jadi manusia. Dia itu gak pernah sedekah. Ketika dia mati, otomatis jadi setan pengemis. Tinggalin aja, Ka,'' Jelas si Posi. Namun, saat itu juga datang sebuah mobil yang langsung menghampiri si pengemis itu dan langsung membawanya.

“Kok, di bawa si pengemisnya nya?"

“Oh, itu Satpol PP, Ka. Biasa, razia pengemis. Gara-gara semasa hidupnya jarang sedekah, di dunia setan jadi banyak pengemisnya,"

Setelah satpol PP itu pergi, gue kepapasan sama beberapa sosok Pocong dan Kuntilanak sambil membawa spanduk bertuliskan Hapus Sistem kontrak.

“Mereka mau kemana, Si?”

"Mereka mau pada demo. Mereka itu organisasi SSP"

"SSP?"

"Iya, SSP singkatan dari Serikat Setan Pekerja. Mereka mau menuntut status setan kontrak di hapus dari Undang-Udang Persetanan. Gue juga anggota SSP, Ka,"

Gue benar-benar bingung sama dunia setan. Ternyata, sebelas dua belas dengan dunia manusia.

"Rata-rata, penghuni yang ada di setiap Komplek itu, masih kontrak, Ka,”

“Maksudnya?”

"Setiap manusia yang mati dan setibanya di dunia setan, mereka itu di ajukan kontrak selama satu tahun dan seterusnya sampai ke kontrak kedua. Setelah kontrak ke dua selesai, mereka di angkat sebagai setan tetap. Kecuali komplek khusus koruptor. Mereka gak ada kontrak. Tapi, di siksa selamanya sama pemilik komplek,"

“Jadi, yang pada demo itu menuntut sistem kontrak di hapus?"

"Betul, Ka,"

"Kalau di komplek pocong sama juga, Si?"

“Ya Iyalah. Semua sama, ada tahap-tahapnya. Kontrak ke satu, kontrak kedua. Kalau kata pemilik komplek layak, maka loe di angkat jadi pocong tetap dan sebaliknya, setelah kontrak kedua dan loe gak kayak, ya loe di kontrak lagi dari awal,'

"Keuntungan jadi pocong tetap apa, Si?"

"Banyak, Ka. Ada tunjangan hari tua, tunjangan transport, BPJS. Pokonya banyak deh,"

“Kalau loe, baru kontrak ke berapa?"

"Gue baru kontrak ke dua, Ka. Mangkanya gue sering jahil ke manusia. Karena, dari situ gue dapat poin buat kontrak gue dan nakutin manusia juga ada jadwalnya. Gak bisa sembarangan. Kalau gak sesuai jadwal, percuma. Gak dapat point,"

“Kalau si Poli?"

“Kalau dia sih, sudah Pocong tetap, Ka,"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!