Ngadu Nasib..

Dan untuk yang ke 41 kalinya gue di tolak.

Malam itu gue langi nongkrong di depan Indomaret 24 jam bareng si Bayu. Kira-kira malam itu gue sudah habis 5 batang rokok.

"Gimana yu, pacaran sama si Lala, enak?"

"Enak apanya, gue sudah lama putus,"

"Pasti loe yang di putusin," jelas gue.

"Hehe, iya gue yang di putusin,"

"Nasib loe miris banget sih, di putusin Mulu," ledek gue.

"Mending gue di putusin, nah loe di tolak terus," Jelas si Bayu.

"Ye, malah ngadu nasib," Ucap gue.

Saat itu juga datang satu wanita cantik dengan berjalan kaki. Namanya Irma, dia teman kuliah gue berdua, kurang lebih gue kenal dia tiga bulan.

"Loe berdua ngapain di sini, bukannya tidur, besok kuliah juga," Ujar si Irma.

"Gue berdua lagi gabut aja, Ir. Mangkanya nongkrong di sini," Jawab si Bayu.

"Ir, besok malem gue main lagi ya kerumah loe?"

"Kemarin sudah, Ka. Jangan sering-sering, nanti di grebek warga,"

"Ga apa-apa di grebek, kan langsung di nikahin hari itu juga,"

"Najis loe, sudah ah gue mau belanja dulu," gue pun langsung ikut masuk ke dalam Indomaret.

"Loe mau nyari apa, Ir?"

"Gue mau cemilan, hari ini teman-teman gue mau ngajakin gue puncak,"

"Gue ikut dong," Pinta gue.

"Boleh, tapi loe pegangin belanjaan gue ya,"  ternyata belanjaannya banyak juga.

"Oh ya, Ir. Kemarin malam sebenarnya gue mau bicara sesuatu yang penting sebelum balik dari rumah loe,"

"Mau bicara apa, Ka?"

"Loe mau gak jadi pacar gue?"

"Nanti ya jawabannya," 

Setelah yang di beli terasa cukup, gue berdua pun langsung membawanya ke kasir.

Sesampainya di kasir.

"Totalnya semuanya 150 ribu, Mbak,"

"Katanya loe mau jadi pacar gue, bayarin dong belanjaan gue,"

"Gampang itu mah, Ir,"

"Oh ya, Mbak, sutra rasa strawberry nya dong satu," Pinta si Irma.

Gue bingung kenapa si Irma membeli pengaman. Setelah membayar, Gue pun keluar dari Indomaret sambil membawa belanjaannya.

"Gimana, Ir, loe mau jadi pacar gue?"

"Sebentar ya," Ucapnya dan gue sama sekali gak curiga. Selang beberapa menit datang seseorang cowok yang menjemputnya.

"Sudah yank belanja cemilannya?"

Ucap cowok yang menjemputnya.

"Sudah yank. Oh ya, makasih ya kak, gue gak bisa jadi pacar loe. Itu pacar gue sudah jemput," Ucap si Irma yang langsung pergi ninggalin gue.

"Loe kenapa, Ka?" Tanya si Bayu.

"Rasa strawberry," Jawab gue.

Dan untuk yang ke 42 kalinya gue di tolak.

Namanya Aira, gue baru kenal dia tiga bulan.

Siang itu gue ngajak dia shopping ke salah satu mall, target gue di hari itu harus bisa nembak dia, karena selama ini sikapnya begitu sangat baik.

"Kayaknya sudah cukup deh yang di beli, nanti yang ada duit loe habis, Ka,"

"Ga apa-apa Ra, demi loe gue harus berkorban," Ucap gue, sebenarnya gue sangat bersyukur banget, karena di dompet gue hanya tinggal buat bayar parkir aja.

"Cari makan aja, yu,"

"Kirain mau balik, ternyata ngajakin makan, sama aja ngabisin duit juga," Ucap hati gue.

"Gimana, Ka?"

"Iya Ra, gue juga lapar,"

"Kalau makan di sana gimana, Ka?" Pinta si Aira. Dan ternyata itu restoran yang dulu nyita pakaian, motor dan handphone gue.

"Waduh, kalau gue gak bisa bayar, bisa-bisa gue berurusan sama bodyguard restoran itu lagi," Ucap hati gue.

"Jangan, Ra. Ga enak tempatnya, kita makan yang di sebelah nya aja,"

Setelah memesan makanan, gue dan si Aira pun langsung menyantap makanan yang di sajikan restoran itu sampai habis tak tersisa

"Gue sudah kenyang, Ka. Makasih ya, Ka,"

"Sama-sama, Ra. Oh ya, gue mau nanya, hubungan kita selama ini bisa kejenjang selanjutnya ga, Ra?"

"Maksud loe, kita pacaran?"

"Iya, Ra. Loe mau kan jadi pacar gue?" Tanya gue, saat itu juga datang pramusaji restoran itu.

"Mau nambah lagi mas?"

"Ganggu momen gue aja nih orang," Keluh hati gue.

"Gak, mas. Oh ya, total semuanya jadi berapa ya?"

"Totalnya 15 ribu mas,"

"Serius mas, makanan sebanyak ini 15 ribu?'' Gue pun langsung ngeluarin dompet.

"Bayarnya bukan ke saya mas, tapi ke kasir," Ucap pramusaji itu.

"Gue ke kasir dulu ya, Ra,"

"Iya, Ka. Gue juga mau ke toilet, gue kebelet,''

Sesampainya di kasir.

"Total pesanan meja nomor 4 berapa, Mbak?" Tanya gue.

"Sebentar ya," Jawab mbak kasir.

"Lama banget sih, mbak!" Keluh gue.

"Totalnya 150 ribu, Mas,"

"Tadi, kata pramusajinya 15 ribu, mbak"

"Oh, kalau pramusaji itu harga quick count nya, kalau saya harga real count nya,"

"Sialan, gue di kerjain si pramusaji," Ucap hati gue.

"Kok bisa ada quick count sama real count nya sih, Mbak, udah kayak pemilihan presiden aja?" Tanya gue heran.

"Namanya juga komedi," Jawab si Mbak kasir.

"Sebentar ya, Mbak," gue pun langsung balik kemeja di mana gue makan.

Gue benar-benar bingung, di dompet gue cuma tinggal 20 ribu, sedangkan si Aira belum balik juga dari toilet.

Gue teleponin gak di angkat-angkat, gue WA cuma ceklis 1. Sudah hampir 10 jam gue nunggu si Aira, tapi masih belum balik-balik juga.

"Gimana mas, restoran mau kami tutup,"

"Sebentar ya, mbak. Saya mau ke toilet dulu," baru gue bangun dari bangku, niat gue ke toilet untuk kabur. Tapi sial, gue berhadapan lagi sama bodyguard restoran itu.

"Kamu lagi, pasti gak bisa bayar," Ucap bodyguard itu.

"Kok, om disini?"

"Restoran ini masih satu management dengan restoran yang gak pernah kamu bayar makanannya,"

"Saya kebelet om,'

"Duduk!" Ucap bodyguard itu sambil megang pundak gue.

"Kali ini apa yang mau kamu jaminkan, yang kemarin aja belum kamu tebus,"

"Saya gak punya uang om,"

"Saya sudah bosan dengan kamu, sekarang ikut saya," Ternyata gue di ajak ke dapur restoran itu dan gur di suruh nyuci ratusan piring kotor.

Di saat gue lagi nyuci piring,

handphone gue berdering. Setelah gue lihat ternyata si Aira nelepon gue.

"Loe di mana, Ra?"

"Gue lagi di rumah. Oh ya, Ka. Maaf ya, gue belum bisa jadi pacar loe, gue mau fokus kuliah," Telepon pun mati.

Dan keesokan harinya, gue lagi duduk santai di kantin dan si Bayu pun datang menghampiri gue.

"Ka, kenalin nih cewek baru gue, namanya Aira," Ucap si Bayu.

Dan untuk yang 43 kalinya gue di tolak.

Malam itu perut gue lagi keroncongan, gue pun mutusin untuk membeli nasi goreng di pinggir jalan dan di tempat nasi  goreng itu pula gue berkenalan sama wanita yang lumayan cantik, namanya Erlina, setelah perkenalan itu gue pun sudah menjalin pertemanan dengannya kurang lebih tiga bulan.

Malam itu gue lagi makan nasi goreng berdua dengannya.

"Makasih ya, Ka. Loe sering banget ngajak gue makan malam,"

"Ga apa-apa kok, gue malah seneng, Na. Itu ada sisa nasi di bawah bibir loe, Na,"

"Serius, Ka?" Gue pun langsung ngambil tisu dan membersihkan nya, terlihat di situ si Erlina tersipu malu.

"Oh ya, Na. Selama kita menjalin pertemanan loe ngerasa gak, dengan apa yang gue rasa,"

"Maksudnya, Ka?"

"Gue suka sama loe, Na. Loe mau gak jadi pacar gue?"

"Gimana ya, Ka. Gue juga ada rasa, tapi gue belum bisa jadi pacar loe. Gue takut,"

"Takut kenapa, Na. Gue cowok yang bisa bertanggung jawab, kok,"

"Gue takut yang di rumah gue gak merestui hubungan kita,"

"Orang tua loe, mangkanya izinin gue main ke rumah loe. Setiap gue mau main kerumah loe, loe selalu ngelarang gue,"

"Jangan, Ka. Gue takut,"

"Gak perlu ada yang di takutkan, Na. Gue pasti bisa meyakinkan ke dua orang tua loe tentang hubungan kita ini,"

"Kalau memang serius, besok loe kerumah gue aja, Ka," Jelas si Erlina.

Dan keesokan harinya gue di ajak si Erlina main kerumahnya. Sesampai di rumahnya, ternyata dia tinggal di sebuah kontrakan kecil. Tepat di depan kontrakan itu, ada anak kecil yang sedang bermain dan langsung menghampirinya.

"Ibu sudah pulang, katanya kerja?" Ucap anak itu. Mendengar ucapan anak itu gue sangat heran.

Dan tepat di depan kontrakan itu juga terlihat satu cowok kekar, tinggi dan tubuhnya banyak di penuhi dengan tato sedang bermain barbel di kedua tangannya.

"Pah, ada yang mau ketemu, dia temen Lina. Katanya dia mau jadiin Lina pacarnya," Ucap si Erlina ke cowok itu.

Mendengar perkataan si Erlina. Seketika, kedua barbel yang sedang di mainkannya itu di jatuhkan. Cowok itu menghampiri gue dan langsung mencekik kerah baju gue dan mengangkat tubuh gue setinggi mungkin.

"Loe mau jadiin istri gue pacar?"

"Maaf om, saya gak tahu kalau dia istrinya situ,"

"Brengsek loe, gue kasih peringatan. Kalau loe masih ada main sama istri gue, gue cincang cincang tubuh loe," Gue pun langsung di banting ke lantai. Tanpa pikir panjang gue langsung pergi dengan tergesa-gesa.

"Sialan si Erlina, bilang atuh kalau sudah punya suami. Jangan kan dia, gue aja takut" Celetuk gue.

Dan untuk yang ke 44 kalinya gue di tolak, namanya Miya, gue baru kenal dia kurang lebih tiga bulan.

Siang itu gue lagi duduk santai di kantin sama si bayu dan kebetulan si Miya juga sedang berada di kantin, dia  sedang menikmati semangkuk bakso dan segelas es teh manis.

"Yu, kalau gue nembak si Miya, kira-kira di terima gak ya?"

"Gue berani taruhan, paling kayak yang sudah-sudah, Ka. Loe di tolak,"

"Oke, kalau gue di terima, loe bayar gue 200 ribu,"

"Oke, deal. Sebaliknya kalau di tolak loe bayar gue," Ucap si Bayu. Gue pun langsung memberanikan diri menghampiri si Miya.

"Siang, Ya. Gue boleh duduk ga?"

"Boleh, Ka,"

"Kalau gue minta baksonya, boleh,"

"Boleh, tapi loe sendiri yang bayar,"

"Hehe, bercanda. Makin hari gue perhatiin loe makin cantik aja, Ya,"

"Gombal, to the point' aja, loe mau ngapain,"

"Loe mau gak jadi pacar gue?"

"Iya, gue mau, Ka,"

"Serius, Ya?"

"Iya gue serius, selama tiga bulan ini loe selalu ada di saat gue kesepian dan gue sudah nyaman banget," Jelas si Miya.

Saat itu juga si Bayu datang di saat yang gak tepat dan duduk di samping gue.

"Gimana, di terima, Ka?"

"Di terima dong, iya kan Ya, sekarang kita sudah jadian?"

"Iya, Ka," Jawab si Miya.

"Nih 200 ribu,"

"Maksudnya apa, Yu?"

"Gue lagi taruhan sama si Dika, kalau dia nembak loe di terima, dia gue kasih 200 ribu. Dan sebaliknya, kalau dia di tolak gue dapat 200 ribu dari dia,"

"Jadi, gue cuma jadi bahan taruhan kalian berdua. Sialan loe, Ka. Mulai hari ini kita putus," Ucapnya yang langsung pergi. Namun, sebelum pergi, gue di siram dengan es teh miliknya.

"Sialan loe, Yu. Kenapa engga entar-entaran aja datangnya," Keluh gue. Namun, saat itu juga si Aira pacarnya si Bayu datang menghampiri gue berdua.

"Yu, sorry ya. Kita putus, gue sudah ada pengganti loe," Ucap si Aira sambil menggandeng cowok baru dan langsung pergi  gitu aja. Si Bayu yang syok langsung bersandar di bahu gue.

"Dari dulu begitulah cinta, deritanya tiada berakhir," Ucap si Bayu.

Dan untuk yang ke 45 kalinya gue di tolak. Tapi, kali ini gue bukan di tolak, gue kalah hoki lagi.

Siang itu gue baru selesai nonton bioskop sama wanita yang gue taksir, namanya Salsa, kurang lebih baru tiga bulan gue kenal dia.

Niat gue sesampainya di rumahnya, gue ingin nembak dia. Tapi, di dalam perjalanan pulang, gue ketimpa sial. Ban belakang motor gue bocor dan terpaksa gue harus dorong-dorong motor. Di saat gue lagi mendorong motor, tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri gue naik motor PCX dan ternyata itu si Bayu.

"Kenapa loe, Ka?"

"Ban gue bocor, Yu,"

"Mau gue stepin gak?"

"Ga usah, Yu. Dikit lagi ada tukang tambal ban,"

"Dia siapa, Ka?" Tanya si salsa.

"Dia teman kuliah gue,"

"Kenalin, gue Salsa," Si Bayu dan si salsa pun langsung kenalan dan saling bersalaman.

"Yu, loe sudah punya pacar?" Tanya si Salsa. Saat itu gue benar-benar heran sama sikap si Salsa.

"Belum, Sa. Kalau loe gimana?"

"Sama gue juga belum, loe mau gak jadi pacar gue?"

"Iya, gue mau,"

"Ya sudah sekarang kita jalan, Yu." Si Salsa pun langsung naik motornya si Bayu.

"Sorry ya, Ka. Rezeki anak Soleh," Jelas si Bayu. Mereka berdua pun langsung pergi ninggalin gue gitu aja.

"Sialan si Bayu. Gue yang berjuang kalah sama yang ber'uang,"

Dan untuk yang ke 45 kalinya gue di tolak.

Mungkin gue nya aja yang baper. Malam itu gue lagi rebahan merenungi nasib. Saat itu juga handphone gue berdering, setelah gue lihat ternyata yang menelepon gue si Elisa. Gue baru kenal dia kurang lebih tiga bulan.

"Lagi apa, Ka?"

"Gue lagi rebah-rebahan aja, Sa,"

"Oh ya, Ka. Loe tahu rumah nya si Bayu ga?"

"Tahu, memang kenapa?"

"Oh, gak kenapa Napa, Ka?"

"Sa, besok kita nonton yu?"

"Besok gue ada acara, Ka. Oh ya, Ka. Loe mau gak jadi pacar gue?"

"Iya, gue mau jadi pacar loe," karena saking gembiranya, telepon pun langsung gue matiin. Malam itu gue tidur sangat nyenyak.

Dan keesokan harinya. Gue melihat si Elisa sedang berduaan dengan si Bayu di kantin.

"Ceria banget, Ka. Oh ya. Kenalin nih, si Elisa sekarang jadi pacar baru gue?"

"Pacar?" Tanya gue heran.

"Iya, pacar!"

"Bukannya loe semalam nembak gue, Sa?"

"Semalem gue cuma tutorial, Ka. Sebenernya gue pengen nembak si Bayu, tapi malu. Gue coba belajar nembak Loe dulu, kebetulan Loe kan jomblo,"

"Gue tinggal dulu ya, Ka. Rezeki anak Soleh!"

"Sialan si Bayu, Hoki terus!" Celetuk gue.

Dan untuk yang ke 46 kalinya gue di tolak, mungkin bukan di tolak. Tapi, kena prank.

Wanita yang gue taksir namanya Viona, gue baru kenal kurang lebih tiga bulan. Saat itu gue di undang di hari ulang tahunnya tepat di tanggal 1 April. Gue gak mau kesalahan terulang kembali yang membuatnya kecewa dengan kata-kata April mop.

Malam itu gue datang dengan membawa seikat bunga mawar merah. Sesampainya di depan rumahnya gue pun sempat berpapasan dengan seorang cowok yang membawa bunga mawar merah juga, namun lebih banyak dari gue, dari setelan pakaiannya juga lebih kerenan dia dari pada gue. Gue hanya bisa saling berbagi senyum.

"Kenapa ga masuk, bro?" Tanya cowok itu.

"Gerbangnya masih di kunci," Gue pun inisiatif untuk menelepon si Viona, saat itu gue memakai hp Samsung j2 prime dan hasilnya nihil, gak di angkat sama sekali.

"Diangkat ga, bro?"

"Engga, mungkin dia lagi sibuk,"

"Ya sudah, biar gue aja yang nelepon," Cowok itu pun mengeluarkan handphone miliknya yang ternyata iPhone dan langsung menelepon si viona.

"Na, gue sudah di depan rumah Loe, tapi gerbangnya di kunci," Telepon pun mati.

"Sialan, giliran gue yang nelepon gak di angkat-angkat," Ucap hati gue.

Selang beberapa menit si viona pun datang untuk membukakan pintu gerbang.

"Sorry ya. Soalnya teman-teman gue sudah datang semua, mangkanya gerbangnya gue kunci," Ucap si Viona.

"Ga apa-apa, Na. Oh ya, gue bawain bunga buat Loe," Ucap cowok itu.

"Makasih ya, Vid," si viona nampaknya sangat senang.

"Oh ya, Gue juga bawain bunga buat Loe, Na," Tapi, saat menerima bunga dari gue, ekspresi wajahnya biasa aja.

"Ya sudah yu, masuk,"

Menit demi menit pun berlalu. Malam itu pesta ulang tahun si viona sangat ramai dengan hadirnya teman teman kuliahnya dan beberapa temannya pun gue kenal. Dengan mental baja gue langsung menghampiri si viona yang lagi asyik mengobrol dengan temannya.

"Na, punya waktu sebentar gak?"

"Kenapa, Ka?"

"Gue mau bicara sesuatu,"

"Bicara apa, Ka?"

"Loe mau ga?"

"Bentar-bentar," Saat itu si Viona langsung mengambil sebuah mikrofon.

"Pakai ini, Ka. Biar kedengaran,"

"Loe serius?"

"Teman-teman, si Dika mau bicara sesuatu, tolong jangan ada yang berisik ya," Ucap si Viona, seketika semua terasa hening.

"Loe mau gak jadi pacar gue?" Tanya gue gugup.

"Iya gue mau!"

"Loe serius, mau jadi pacar gue?"

"Iya, gue serius. Tapi,"

"Tapi apa, Na?"

"April moooop," Teriak si Viona.

"April mop?" Tanya gue heran.

"Gue gak mau jadi pacar Loe, lagi pula gue sudah punya pacar," Si Viona langsung memperkenalkan pacarnya.

"Buat teman-teman, gue mau ngenalin pacar baru gue, gue baru aja jadian 10 menit yang lalu, namanya David," Dan ternyata, cowok yang bernama David itu cowok yang datang sama gue tadi. Apes bener nasib gue.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!