Undangan...

Dan untuk yang ke 36 kalinya gue di tolak.

Sebenarnya, dalam posisi ini gue yang terlalu di butakan oleh cinta lagi.

Siang itu gue di ajak ke salah satu restoran sama wanita yang gue suka. Namanya Alina, gue baru kenal dia tiga bulan. Sesampainya di restoran itu, ternyata itu restoran yang dulu menyita pakaian dan sepeda motor gue.

"Loe yakin mesen makanan sebanyak ini, Na?"

"Iya, Ka. Sekarang kan hari jadi gue, gue mau ngerayain nya sambil makan bareng sama teman-teman gue,"

"Oh iya, gue lupa. Sekarang kan hari jadi loe ya, met ultah ya, Na. Gue belum nyiapin kadonya, nih,"

"Ga apa-apa, Ka. Oh ya, sebagai kadonya, loe mau gak jadi pacar gue?" Tanya Alina.

"Pacar?" Tanya gue balik.

"Iya, pacar,"

"Sudah pasti mau dong!" Jelas gue dan selang beberapa menit setelah si Alina nembak gue. Benar aja, teman-temannya mulai ada yang berdatangan. kurang lebih ada 15 orang.

"Banyak bener yang loe pesan, Na?" Tanya salah satu temannya.

"Sengaja gue mesen yang banyak, loe kan doyan makan, hehe," Jawab Alina.

"Dia siapa Na?" Tanya teman yang satunya.

"Dia teman gue, ya sudah makan, gue tahu kalian semua pasti sudah lapar," Jawab Alina, mendengar perkataannya gue jadi merasa ada yang aneh, perasaan tadi dia nembak gue, kenapa dia gak bilang kalau gue itu pacarnya.

30 menit berlalu, semua hidangan sudah habis dan semua temannya mulai pamit pulang satu persatu. Dan sekarang hanya tinggal gue berdua.

"Na, yang tadi itu teman loe semua?"

"Iya, Ka. Memang kenapa?"

"Mereka kayak belum makan seminggu aja,"

"Biasalah, teman gue memang begitu semua, termasuk gue juga, hehe," Karena ingin pipis, gue mutusin untuk pergi ke toilet.

Sesampainya di toilet, gue masih merasa ada yang aneh.

"Si Alina bilang cuma teman. Tapi tadi dia nembak gue, jangan-jangan," Gue pun langsung buru-buru untuk menghampiri si Alina. Dan benar aja dugaan gue, si Alina sudah gak ada.

"Ternyata benar, gue di kerjain sama si Alina. Mending gue cabut aja, ah," Baru gue mau membalikan badan, ternyata bodyguard restoran itu sudah ada di belakang gue.

"Kamu lagi-kamu lagi, semua pesanan totalnya 1 juta," Ucap bodyguard restoran itu.

"Maksudnya?"

"Jangan pura-pura bego, tadi wanita yang pesan makanan di meja ini, bilang yang bayarin itu pacarnya, pacarnya lagi ke toilet,"

"Maaf, om. Saya ga ada uang,"

"Sekarang apa yang mau kamu jaminkan, pakaian dan sepeda motor butut kamu aja masih belum kamu tebus,"

"Serius om, saya ga punya uang,"

"Kalau gitu, serahin handphone kamu sebagai jaminannya,"

"Tapi, om,"

"Gak ada tapi tapian!"

Dan untuk yang 37 kalinya gue ditolak.

Namanya Starla, gue baru kenal dia tiga bulan. Waktu itu gue lagi duduk santai di kantin sama si Bayu.

"Gimana, yu. Pacaran sama si Elisa?"

"Gue sudah putus, Ka,"

"Kenapa putus? Pasti loe yang di putusin?"

"Iya, gue di putusin, gara gara mabar ML, gue dapet coklat terus. Kata dia, gue itu beban,"

"Mangkanya kalau gak bisa main ML, jangan maksain,"

"Gue kan user Tank. Tiap Mabar sama dia gue di paksa pakai MM," Namun saat itu juga datang si Starla ke kantin seorang diri.

"Yu, si Starla cantik ya, mirip banget orang Korea,"

"Dia kan pemuja Korea, tontonan nya aja drama Korea, begitu juga lagu yang sering dia denger, lagu K-pop,"

"Coba gue bisa jadi pacarnya," celetuk gue.

"Tembak aja, Ka. Siapa tau loe hoki,"

"Kalau dekat loe, yang sial gue mulu, hokinya lari ke loe terus,"

"Kalau loe mau nembak dia. Nih, gue ada poster orang Korea, sudah gue bungkus kertas kado, loe kasih ke dia, loe pasti di terima jadi pacarnya,"

"Loe dapat dari mana posternya, cepat banget loe siapin, Yu,"

"Namanya juga komedi, hehe. Ya sudah, sekarang loe samperin dia, dari pada nanti dia jadi pacar gue,"

"Ya sudah sini posternya, mudah mudahan gue di terima," Gue pun langsung menghampiri si Starla dengan percaya diri.

"Sendiri aja, La?"

"Iya, Ka,"

"Lagi nonton apa, La. Serius banget?"

"Drama Korea terbaru, Ka,"

"Oh ya, La. Gue mau bicara sesuatu yang penting,"

"Ya sudah bicara aja, Ka," Ucap si Starla yang sedang fokus menonton drama Korea lewat handphone miliknya.

"Jujur, La. Gue suka sama loe, loe mau gak jadi pacar gue,"

"Gue gak salah denger?"

"Gue serius, La. Kita kan sudah kenal lama,"

"Gimana ya," Starla Bingung.

"Oh, ya. Gue punya sesuatu, loe kan suka sama dunia Korea, gue punya poster orang Korea, loe pasti suka," Gue pun langsung memberikan poster itu, setelah di buka, si Starla langsung cemberut.

"Gimana, La. Loe suka kan? Kalau loe suka, loe mau dong jadi pacar gue,"

"Najis, gue gak mau jadi pacar loe, ini poster kim jong un. Gimana sih, gak bisa bedain Korea Selatan sama Korea Utara,"

Si Starla pun langsung pergi ninggalin gue gitu aja.

"Sial, gue di kerjain sama si Bayu!" Celetuk gue

Dan untuk yang 38 kalinya gue di tolak.

Malam itu gue ngajak jalan wanita yang gue suka ke salah satu pasar malam, namanya Famela, gue baru kenal dia kurang lebih tiga bulan.

"Loe mau beli cemilan apa, La?"

"Gak usah, Ka. Gue masih kenyang,"

"Naik biang lala, yu?"

"Gak ah, Ka. Gue takut ketinggian,"

"Naik komedi putar?"

"Gak ah, Ka. Gue takut mual,"

"Coba yuk ke rumah hantu itu, kayaknya sepi pengunjung," Gue dan Famela pun mutusin untuk masuk wahana rumah hantu.

"Rumah hantu kok sepi ya, gak ada seram seramnya sama sekali," Ucap gue.

"Iya, Ka. Mirip di film agak Laen yang kemarin gue nonton, rumah hantunya ga seram," Jawab Famela.

Berhubung kondisi rumah hantu itu sepi, gue pun mulai memberanikan diri untuk menggenggam tangannya.

"La, berhenti dulu deh, gue mau bicara sesuatu,"

"Bicara aja, Ka?"

"Loe mau gak jadi pacar gue?"

"Pacar?"

"Iya, La. Gue mau hubungan kita serius,"

"Gimana ya, Ka," Namun saat itu juga dari jendela kecil muncul sosok kepala kuntilanak.

"Iya gue mau jadi pacar Loe," Ucap kuntilanak itu. Karena panik gue berdua pun langsung pergi tergesa-gesa keluar dari wahana rumah hantu itu.

"Sialan, bikin gue jantungan aja, oh ya, La. Gimana, loe mau jadi pacar gue?"

"Maaf ya, Ka. Gue belum bisa jadi pacar loe,"

"Ya sudah, kalau itu keputusan loe, gue bisa terima,"

"Jangan cemberut gitu dong, kita main lempar bola aja, yu" Ucap si Famela. Gue pun langsung menuju wahana lempar bola.

"Gue mau boneka beruang pink itu ya, Ka,"

"Tenang, La. Sekali lempar semua kaleng pasti langsung jatuh," Tapi, setelah gue coba berkali kali, bola yang gue lempar sama sekali gak ada yang tepat sasaran. Namun, saat itu juga datang seorang cowok yang mencoba bermain dan langsung tepat sasaran, semua kaleng terjatuh dalam sekali lemparan.

"Hadiahnya Boneka beruang yang warna pink itu ya, bang," Ucap cowok itu, setelah mendapatkan hadiahnya.

"Ini buat kamu," Ucap cowok itu sambil memberikan boneka itu ke si Famela.

"Terimakasih, ya,"

"Sama-sama, kenalin gue Dimas,"

"Gue Famela," Mereka berdua pun saling bersalaman.

"Oh ya. Loe mau gak jadi pacar gue?" Ucap cowok itu dengan percaya dirinya.

"Iya, gue mau,"Jawab Famela.

"Kita naik biang Lala, yu,"

"Lah, hayu," Jawab Famela dengan senyum manisnya. Mereka berdua pun langsung pergi ninggalin gue gitu aja.

"Sialan si Famela, giliran ada yang good looking langsung di terima," celetuk gue.

Dan untuk yang ke 39 kalinya gue di tolak.

Siang itu gue lagi duduk santai di lorong kampus. Si Bayu pun datang menghampiri gue.

"Gimana, Ka. Di terima jadi pacarnya si Starla?"

"Bangke loe, Yu. Bukannya ngasih poster kim soo hyun, malah ngasih poster kim jong un"

"Yang penting masih ada Kim Kim nya, hahahaha," Si Bayu tertawa lebar. Namun saat itu juga dari kejauhan gue melihat sosok wanita cantik, namanya Lala. Gue kenal dia kurang lebih baru tiga bulan.

"Si Lala sudah punya cowok belum ya?"

"Kayaknya sih sudah, Ka," jelas si Bayu.

"Siapa ya, Pacarnya?" Saat itu juga si Lala lewat tepat di hadapan gue berdua.

"Mau kemana, La?" Tanya gue.

"Gue mau ke perpus, Ka,"

"Kebetulan gue juga mau ke perpus, berangkat bareng dong,"

Sesampainya di perpustakaan.

"Tumben loe ke perpus, La?"

"Iya, Ka. Gue lagi ada tugas. Ada beberapa buku yang gue cari,"

"Sini gue pegangin bukunya," Gue kira cuma satu buku yang dia cari, ternyata lebih dari 30 buku, wajah cantiknya sampai gak bisa gue lihat.

"Berat ya, Ka?"

"Engga ko, enteng. Oh ya, La. Kalau gue jadi pacar loe, loe mau gak?" Tanya gue. Tapi saat itu hening, setelah gue miringkan kepala gue, ternyata si Lala sudah gak ada, dia sudah berada di sisi lain lemari perpustakaan.

"Sial," celetuk Gue. Gue pun langsung menghampirinya lagi.

"Masih banyak, La?"

"Enggak kok, tinggal satu buku lagi yang belum ada,"

"La, loe mau jadi pacar gue gak?"

"Pacar?"

"Iya, pacar,"

"Gimana ya, gue sudah punya pacar, Ka. Pacar gue lagi nunggu di depan perpustakaan,"

"Benar apa kata si Bayu, si Lala sudah punya pacar," Ucap hati gue.

"Ya sudah, Ka. Kayaknya buku yang gue cari gak ada. Gue juga baru dapat WA, tugas yang di kasih ke gue di batalin. Taruh aja semua bukunya di atas meja,"

"Sialan, gue di kerjain," Ucap hati gue lagi.

Setelah  keluar dari perpustakaan, ternyata si Bayu sudah menunggu kedatangan gue berdua.

"Ketemu ga yank, buku nya?" Tanya si Bayu.

"Gak ada yank. Oh ya, si Bayu itu pacar gue, Ka," Jelas si Lala. Mereka berdua pun langsung pergi ninggalin gue gitu aja.

"Makasih ya, Ka. Udah mau bantuin pacar gue,"

"Sialan loe, Yu!" celetuk gue.

Dan untuk yang ke 40 kalinya gue di tolak.

Namanya Raisa, sudah tiga bulan gue kenal dia. Kalau dia lagi ada masalah, gue orang yang pertama untuk di minta solusinya. Dan gue juga merasa dia memang jodoh gue.

Malam itu gue lagi rebah rebahan di atas ranjang tidur dan handphone gue pun berdering, setelah gue cek ternyata si Raisa nelepon gue.

"Tumben si Raisa nelepon jam 3 pagi," Tanya hati gue.

"Iya, Sa. Kenapa?"

"Lagi apa, Ka?"

"Biasa, gue lagi begadang. Oh ya, loe kok belum tidur, lagi punya masalah ya?"

"Engga, ko. Kabar loe gimana Ka?"

"Tumben nanyain kabar gue, kemarin  kan kita habis jalan bareng,"

"Gue kangen aja, Ka, hehe,"

"Loe bisa aja, Sa. Oh ya, sebenarnya selama ini gue mendam rasa sama loe, loe mau gak jadi pacar gue," Ucap gue spontan.

"Gimana ya, Ka. Sebenarnya gue juga punya rasa, tapi,"

"Tapi kenapa, Sa?"

"Gue bingung jelasinnya, besok loe kerumah gue aja ya," Pinta Raisa.

"Loe mau jawabnya besok, ya sudah besok gue kerumah loe ya?" Tapi saat itu juga telepon nya terputus.

"Sa, sa?"

Keesokan harinya gue pun mutusin untuk ke rumah si Raisa dengan tampilan yang menarik dan juga parfum yang sangat wangi.

Sesampainya di rumah si Raisa.

"Permisi," Ucap gue sambil mengetuk pintu. Selang beberapa menit seseorang keluar dari dalam rumah.

"Gimana, Sa. Perihal yang semalam, loe mau jadi pacar gue?" Si Raisa seperti nya bingung, dia hanya berdiam diri di depan pintu rumah.

"Kenapa, Sa?"

"Tunggu sebentar ya, Ka," Ucap si Raisa yang langsung masuk kedalam rumah, gue hanya bisa menunggunya di depan pintu dan gak lama kemudian si Raisa memberikan sesuatu yang bikin gue syok.

"Sorry ya, Ka. Gue belum bisa jadi pacar loe. Ini undangan buat loe, Minggu besok gue mau nikah," Setelah memberikan undangan itu, si Raisa pun langsung masuk kedalam rumah. Dan saat itu gue gak bisa berkata-kata lagi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!