SEEKOR TEMAN

Matahari pagi menusuk ke mataku yang masih terpejam, dan aku masih berada di tempat asing ini. Haruskah aku ke danau itu lagi agar bisa kembali, ada baiknya aku coba. Aku mulai melangkah keluar dari rumah kayu itu untuk pergi ke danau lagi.

"Meow.." aah iyaa aku lupa, aku kemarin bersama seekor kucing.

"Ayo ikut ke danau.." Ajakku, seolah dia mengerti dan mengikuti langkahku.

Ini danau tempat ku tenggelam kemarin ternyata terlihat sangat indah, airnya sangat jernih, banyak tumbuh-tumbuhan dan bunga, ditengah danau terdapat beberapa batu yang tinggi.

'mungkin aku bisa menyegarkan diri sebentar' batinku dan menanggalkan pakaian yang ku kenakan.

"AAhhhh segarnya...." Aku menenggelamkan kepalaku ke dalam air dan mengeluarkannya dari dalam air.

Seperti mempunyai kolam pribadi di dalam hutan ternyata tidak terlalu buruk juga.

"meow!! meoow!" terdengar suara poko yang lebih seperti orang yang sedang berteriak memperingatkan adanya bahaya. Sesaat kemudian terdengar langkah kaki mendekati danau, aku langsung menyembunyikan diriku di balik batu yang tinggi ditengah danau.

'Sial! Pakaianku aku letakkan di pinggir danau, bagaimana cara aku mengambilnya.'

Aku memberanikan diri melihat dari balik batu siapa sebenarnya yang datang. Aku terpaku melihat seorang pria yang mengenakan pakaian aneh seperti kimono dengan wajah yang tampan dan rambut hitam panjang. Menatap termenung ke arah danau, matanya berwarna cokelat kehitaman dengan pancaran sinar matahari membuat mata itu terlihat indah.

'aah gawat!!' sepertinya dia sadar sedang diawasi. Aku berdiam diri seperti patung tanpa sehelai benang di tubuh mulai memikirkan bagaimana cara agar dia pergi. Aku mengambil batu kerikil dan melemparkan ke pohon "treaakk" terdengar batu yang aku lempar tepat mengenai ranting pohon. Dia mulai bersikap siaga dan memperhatikan pohon-pohon.

"Yang Mulia!! Yang Mulia!!" terdengar samar-samar teriakan dari beberapa orang.

'Gawat!! Jika terlalu banyak orang yang datang bagaimana jika aku ketahuan dan melihat tubuhku?!! Arrgh pacarku saja tidak ku perbolehkan melihat tubuh ku apalagi orang asing!!' batinku mulai kesal. Aku menoleh lagi ke arah si tampan yang masih memperhatikan sekitarnya dan mulai meninggalkan tempatnya berpijak menuju asal teriakan.

'Aaahh, akhirnya dia pergi juga' aku keluar dari air dan mengenakan kembali pakaian ku. 'apa mereka berteriak memanggil dia? apa dia seorang pangeran? Kalo aku tau dia seorang pangeran sebaiknya aku keluar menunjukkan diri dan memperlihatkan tubuhku, siapa tau aku bisa dijadikan putri dan di bawah ke istana jadi kehidupanku tidak luntang lantung seperti ini' pikiran kotor mulai merasuki ku.

"Meow?" Poko mengeluarkan suara dengan memiringkan sedikit kepalanya seperti berkata kenapa kamu memukul pipimu dengan kedua tangan bersamaan apa kamu baik-baik saja manusia. Jika kalian bertanya kemana Poko saat si Tampan tadi berdiri di sekitar danau, ku kira Poko kucing yang pintar. Dia sama sekali tidak menunjukkan dirinya dan bersembunyi.

"AAhh, Apa kamu lapar Poko?" Ayo kita cari makanan.

Aku dan seekor teman berjalan menelusuri hutan berharap menemukan sesuatu yang dapat mengganjal rasa lapar kami. Siaal! Sinar matahari ini sangat menyilaukan susah sekali melihat ke atas untuk melihat apakah ada buah yang dapat ku petik.

"Bruukk!"

Aku menghentikan langkahku ketika mendengar suara benda yang jatuh. Aku memandangi Poko dan seolah berkata 'Ayo kita lihat!'. Aku berharap yang jatuh sesuatu yang bisa kami makan.

Tapi memang kenyataan tidak selamanya sesuai dengan ekspetasi. Aku melihat seekor beruang berukuran tidak terlalu besar terjebak dalam perangkap yang dibuat pemburu. Aku memberanikan diri mendekatinya yaa aku berani karena kenyataannya dia sang beruang terjebak dan tidak dapat keluar apalagi menerkamku.

"Hey.. Aaahh Lucunya!!!" Teriakku senang saat melihat beruang itu menatapku dengan tatapan memelas seolah berkata, "hey putri tolong lepaskan aku, aku mohon.."

"Poko apa kita harus melepaskannya?" tanyaku menatap kebawah. "Meow" ya Tuhan apa aku mulai gila.

Ku tatap lagi sang beruang, aah dia makin terlihat imut. Oke aku kalah, keimutan mengalahkan segalanya dan aku memang termasuk orang yang lemah saat melihat sesuatu yang menurutku lucu dan menggemaskan. Aku memutuskan untuk menolong beruang yang menggemaskan ini.

Terdengar suara langkah kaki beberapa orang menuju ke lokasi jebakan. "Poko bantu aku menyingkirkan jebakan sialan ini" perintahku kepada Poko yang seolah mengerti dengan apa yang ku katakan.

"Groowl.." beruang itupun lepas dari jebakan mencoba nerkam kami, reflek saja kami langsung berlari dengan seekor beruang di belakang kami. 'Sial! Apa beruang ini tidak tau terima kasih! Apa dia berniat memakan orang yang telah menolongnya!' batinku mengerutu kesal.

"Meow!!" suara Poko yang berarti peringatan. Ya aku mulai mengerti bahasa seekor kucing ku pikir memang aku sudah gila. Di depan kami terlihat tebing yang tinggi. 'Aish ini jalan buntu!'

"Growl.." beruang itu menghadang di belakang kami. 'Sial! Seandainya aku tidak lemah dengan keimutan aku tidak akan membantumu lepas dari jebakan sialan itu!'

"Meooowww!!!" Poko berdiri di depanku seolah sedang melindungi ku dari amukan beruang.

"Growl.." beruang itu mulai mendekat ke arahku. Sedangkan Poko berusaha memperingatkannya, kyaa!! Lucunya dia benar-benar menggemaskan. Poko mencoba mencakar kaki beruang yang semakin mendekatiku, semakin dekat, sangat dekat, dekat sekali, aku terpojok di bawah tebing dengan beruang yang terus mendekat, aku langsung memejamkan mata berharap terbangun disaat aku melihat si tampan.

'egh? Tunggu dulu kenapa aku memikirkan pria asing dan kenapa seperti ada mantel bulu di tubuhku." Aku membuka mataku perlahan dan bingung dengan apa yang terjadi, ku arahkan pandanganku kearah Poko yang sama bingungnya "Meow?" ucapnya dengan sedikit memiringkan kepala.

Kegilaan apalagi ini? Sang beruang yang mengejar kami seakan mau menerkam tadi kemana perginya? Kenapa ada makhluk berbulu tebal mengelus-eluskan kepalanya ke tubuhku. "Meow..."

"Growl.." suara beruang terdengar sangat dekat, aku mengawasi sekitarku. "Hey Poko apa kamu dengar suara erangan beruang? Suara terdengar sangat dekat namun bersahabat" aku mencoba berdiri menyingkirkan makhluk berbulu yang terus menempel ke tubuhku.

"Ahhhhh!!!!!" Teriakku di sambut teriakan Poko yang kaget "MEEOOWW!!!!"

Aku melihat sang beruang berusaha mengelus-eluskan kepalanya ke tubuhku, ku alihkan padanganku ke Poko, dia dengan santainya menjilati tubuhnya seolah berkata "Hey manusia, dari tadi beruang itu ada di dekatmu kenapa kau masih bertanya dia dan berteriak mengaketkanku."

Aku mendorong sang beruang jauh dari tubuhku sampai dia duduk di hadapanku. Apa benar beruang ini yang mengejar kami tadi dan ingin menerkam, kyaa... kenapa matanya begitu lucu mukanya pun menggemaskan, tanpa sadar aku peluk sang beruang bulunya begitu nyaman untuk jadi tempat tidurku.

"Growl.." sang beruang bersuara. "Maafkan aku" jawabku seolah mengerti yang dia katakan. "Aku kira kamu bakalan menerkam kami karena kamu tiba-tiba bersuara dan berlari ke arahku, tapi ternyata kamu beruang yang baik" sambungku sambil mengelus kepalanya dengan tanganku dia memejamkan matanya seolah mengerti perkataanku.

"Meow..." Poko berusaha mendekatinya. "Kemarilah" ucapku menggendong Poko. "Perkenalkan ini teman ku, namanya Poko.." "Dan kamu? Sepertinya kamu belum mempunyai nama" "Growl..." jawabnya.

"Baiklah aku akan memberimu nama Bear!" jawabku di sambut ekspresi terkejut dari sang beruang dan mendekati kepalanya ke tubuhku lagi. Sudah berapa kali ku katakan bukan, baru berapa hari aku sudah mulai benar-benar gila.

*****

"Hey Bear.. aku lapar, apa kamu tau dimana aku bisa mengisi perutku?" tanyaku mengelus dengan mengelus wajah Bear.

"Growl.." jawabnya yang aku sendiripun tidak tau apa artinya. Aku baru bertemu dengannya hari ini jadi belum segila itu untuk mengerti yang dia katakan.

Seolah mengerti Bear menyuruh kami mengikutinya. Baru sebentar berjalan kakiku sudah lemas, aku belum mengisi perutku dari bangun tidur dan sudah mengerahkan hampir seluruh tenagaku untuk berlari tadi. 'haahh' aku duduk di bawah pohon rindang untuk beristirahat sebentar.

"Growl.." ucapnya

"Aku ingin beristirahat sebentar, tenagaku hampir habis untuk berjalan. Kamu pikir gara-gara siapa membuatku lari pontang-panting tadi?" ucapku menebak perkataanya.

'Aaahh' tubuhku berasa melayang tidak lagi menginjak tanah digantikan dengan landasan berbulu yang mungkin akan menjadi tempat favorit ku untuk tidur. Bear mengangkatku ke atas tubuhnya dan melanjutkan perjalanan.

Terdengar samar-samar suara air yang mengalir 'sungai..' batinku.

Bear menurunkanku di pinggiran sungai jernih.. 'Haus' itu yang ku rasakan. Biasanya aku meminum air yang di rebus dahulu, ibu tidak memperbolehkan anaknya minum air tanpa dimasak meskipun itu dari sumber mata air langsung, tapi sekarang siapa yang peduli. Aku meminum air sungai yang jernih itu 'segarnya', ku pandangi pantulan diriku di air.

'Lihat lah dirimu, bukannya ini yang kamu inginkan? Melupakan semua rasa sakit hati dan berpindah ke tempat asing yang kamu tidak tau tanpa seorang teman, teman? Ku rasa aku tidak sendirian aku memiliki dua ekor teman setidaknya' batinku menatap dua ekor binatang yang sedang asik berburu ikan. Ternyata hari mulai sore dan aku sudah berpuasa lebih dari setengah hari.

"Growl.. Meow.." ucap mereka membawakanku beberapa ikan. Bear menyantap ikan langsung, sedangkan aku dan Poko hanya melihatnya.

Yah walaupun tadinya aku menyebutkan siapa yang peduli jika aku meminum air tanpa dimasak tapi kalau ikan, aku peduli dengan diriku sendiri. Membayangkan aku menyantap ikan seperti yang dilakukan Bear membuatku mual. 'aku harus mencari kayu bakar' batinku beranjak untuk mencari beberapa ranting pohon dan daun kering.

"Meow.." Poko membawakan beberapa ranting pohon seolah tau apa yang sedang ku butuhkan.

Oke, sekarang mari kita berfikir bagaimana menghasilkan api. Jika di rumahku, kami hanya perlu memutar kompor atau menyiram kayu menggunakan minyak tanah dan menggesekkan korek ke pembungkusnya.

'Sial! Aku menyesal tidak mengikuti kegiatan pramuka selama sekolah!' gerutuku kesal.

Coba fikirkan, aku pernah melihat orang menggesakkan kedua batu dan jadilah api, tapi aku tidak tau batu mana yang cepat menghasilkan api. Atau mereka menggosokkan kayu dengan kayu dan menghasilakan asap sumber api.

Baiklah mari kita coba lakukan cara kedua. Ku coba menggesekan kedua kayu dengan sangat cepat dan hasilnya hanya ada bau asap diantaranya tanpa menghasilkan api. 'Aaah, mereka membohongiku' gerutuku sangat kesal dengan perut yang tidak henti-hentinya meminta tumbal. Ku gosokkan lagi kayu tersebut dengan kesal, dan tidak ada api sama sekali.

Kesal! dengan semua amarah langsung ku letakkan kayu yang sudah berulang kali ku gosok dan hanya menghasilkan bau asap ke daun-daun dan ranting yang sudah dikumpulkan. Aku beranjak dari tempatku duduk, dan bau asap tercium dari ranti dan daun yang kering, cahaya merah terlihat.

'yeaay tidak kah kamu lihat itu? Itu api amarahku yang sudah meledak!' batinku kegirangan.

Aku mulai membakar ikan-ikan hasil tangkapan teman-teman ku tadi. 'akhirnya aku bisa memberikan tumbal ke dalam perutku'.

Terlalu jauh untuk kami kembali ke pondok akhirnya memutuskan untuk menetap di tepian sungai. Tidak buruk juga jika di bandingkan tidur di pondok dengan beralaskan tikar tipis disini aku bisa tidur dengan bantal berbulu yang hangat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!