"Karena masa lalu membelenggu aku, mengambil alih seluruh kehidupanku. Saat aku begitu mencintaimu, salahkah jika aku ingin sekali saja memastikan bahwa kau hidup bahagia setelah perpisahan kita?" ~Bram Trahwijaya.
.
.
.
Waktu sering kali tidak berpihak pada kita. Menyelami takdir, membuat manusia tanpa sadar lupa akan garis yang harus dia jalani dalam kehidupan ini. Persis sama seperti yang dirasakan oleh seseorang, saat dia tanpa sadar telah dibelenggu oleh perasaan bersalah yang datang tanpa akhir yang pasti.
Lelaki itu mencengkram pegangan kursi pesawat kelas bisnisnya dengan erat. Memandangi ke arah luar jendela, dia tampak sedang bergulat dengan pikirannya sendiri. Rahangnya terlihat tegas sempurna, dengan dagu lancip dan hidung yang tinggi. Manik kehitamannya memancarkan cahaya, namun dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak.
Menata rambutnya dengan baik kali ini, lelaki itu tampak begitu tampan meski dia tidak berusaha keras untuk terlihat seperti itu. Seolah-olah kharismanya memancar tanpa dia perlu bersusah payah, tidak jarang mengundang decak kagum atas visualnya yang begitu mendebarkan dada.
Tidak hanya memiliki wajah yang tampan dan rupawan, tetapi dia juga dikaruniai tubuh atletis berisi yang sesuai porsi, dengan dada bidang selebar bahu. Jika dia melebarkan kedua tangannya ke udara, maka bisa dipastikan banyak gadis akan berebut untuk masuk ke dalam pelukannya.
Belum lagi dengan pakaian dan aksesoris serba branded yang dia kenakan di sekujur tubuhnya, yang sudah pasti menandakan bahwa dia tidak berasal dari kalangan orang biasa. Terlahir sebagai pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di Indonesia, dirinya sudah terbiasa hidup dalam taraf kehidupan yang berlebih, meski dia tumbuh besar tanpa sosok seorang ibu.
Jika ada kata di dunia ini yang mampu menggambarkan dirinya, maka satu kata sempurna mungkin adalah kata yang paling tepat. Meski tampaknya dia sempurna dan istimewa di luar, tetapi nyatanya tidak begitu dengan keadaan yang dia coba sembunyikan rapat-rapat.
Hatinya remuk redam, meski tidak tampak begitu jelas melalui sorot matanya. Bukan, bukan karena dia tidak merasa sedih. Tetapi karena dia telah begitu lihai dalam menyembunyikan sesuatu, sebab waktu telah mengajarinya banyak hal.
Setiap detik yang dia telah lalui, kini muncul dan terangkai dalam banyak kepingan memori. Memuculkan kenangan indah, kenangan manis, kenangan menyedihkan, hingga air mata yang habis tidak bersisa.
Perceraian, kini adalah sebuah momok menakutkan bagi seorang pebisnis muda nan sukses, Bram Trahwijaya. Nyatanya piawai dalam mengurusi perusahaan dan memiliki hampir ribuan karyawan di bawah pimpinannya, tidak menjamin bahwa dia akan berhasil dalam membangun biduk rumah tangga.
Pernikahan yang terjadi atas landas bisnis, entah mengapa membawa Bram pada pusaran cinta yang menghanyutkan. Menolak pesona yang dipancarkan istrinya-- maksudnya mantan istrinya, lelaki itu justru jatuh semakin dalam dalam kubangan cinta seorang gadis muda bermanik kecoklatan.
Dia menyadari dengan baik, memahami dengan benar bahwa seharusnya pernikahan dengan kesepakatan di awal, tidak boleh melibatkan cinta di dalamnya. Seharusnya mereka berada dalam jalur yang benar, menyelesaikan kesepakatan yang telah ada di awal pernikahan hingga akhirnya berpisah setelah waktu yang ditentukan. Seharusnya semudah itu, seharusnya sesederhana itu.
Namun, lagi-lagi kau tidak memilih cinta, tetapi cinta yang telah memilihmu. Waktu yang menentukan, waktu yang menumbuhkan benih cinta di antara keduanya. Tidak menyadari gadis itu telah mencuri atensinya, memporakporandakan hatinya yang selama ini dia biarkan membeku. Meski wanita datang silih berganti menghangatkan ranjang, Bram belum pernah bertekuk lutut seperti ini pada seorang wanita sebelumnya.
Dia tahu dengan benar, tahu dengan sadar bahwa dia mencintai gadis itu, Diandra Lee.
Hanya saja, takdir telah memporakporandakan rumah tangga mereka, membawa mereka berakhir di meja hijau hingga harus berakhir dengan mendapati sebuah surat cerai yang sah. Surat yang memisahkan, surat yang memutuskan hubungan. Surat yang sekaligus membentang jarak, surat yang juga menghancurkan hatinya berkeping-keping tanpa dia sadari.
Setelah kepergian gadis itu, Bram sudah jelas kehilangan arah. Menyesali semua perbuatan yang dia lakukan pada mantan istrinya, berharap jika sekali saja dia punya kesempatan untuk merubah semuanya. Berharap dia bisa menjaga hati dan perasaan wanita itu, hingga dia punya waktu yang tepat untuk memulai semuanya dengan benar.
Namun apa daya. Waktu tidak lagi berpihak padanya sebab Diandra sudah memilih untuk pergi. Keputusan yang gadis itu ambil benar-benar menenggelamkan Bram dalam lautan rasa bersalah. Meninggalkan lelaki itu tanpa sepatah kata, saat lelaki itu sedang memupuk cintanya yang membara meski dia melakukan kesalahan fatal.
Kini, bahkan setelah setahun lebih berlalu, luka itu masih tetap menganga.
Meninggalkan bekas dengan sayatan yang masih terbuka lebar, menimbulkan denyutan di setiap degupan jantung seorang Bram Trahwijaya. Jangankan untuk melanjutkan hidup, bernapas saja terlalu sulit untuknya.
Bagaimana kabarmu, Diandra? Apa kau pernah sekali saja memikirkan aku? Apakah kau bahagia setelah pergi dari sisiku?
Menanggung kesepian saja sudah sulit untuk lelaki itu, ditambah lagi saat dia menerima kabar bahwa mantan istrinya kini telah menikah lagi. Terlebih, lelaki yang kini menggantikan posisinya adalah lelaki yang sejak dulu telah dia tidak sukai, meski Bram tidak pernah menaruh dendam pada pria berdarah Perancis itu. Mau tidak mau dia harus merelakan, bahwa gadis itu telah memiliki orang lain yang bisa melindunginya.
Ah, Diandra. Mengapa takdir begitu tidak memihakku? Mengapa tidak sekali pun aku punya kesempatan untuk menjelaskan semuanya padamu?
Masih termenung, Bram sayup-sayup mendengar sapaan dari petugas penerbangan yang kini berada tepat di depannya. Lelaki itu memalingkan wajah untuk melirik sekilas pada seorang wanita yang tampaknya berasal dari ras Eropa. Memperhatikan dengan seksama prosedur penyelamatan diri yang sedang diperagakan oleh pramugari cantik berambut pirang itu, Bram menyunggingkan sebuah senyuman kecil di sudut bibirnya.
Apa kau telah berubah, Diandra? Apa manik kecoklatanmu masih tampak sama? Apa kau memanjangkan rambutmu, atau kau memotongnya pendek? Apa kau masih menyukai keju atau cokelat?
Bram masih bergumam dalam hati saat terdengar suara gemuruh dari pesawat, menandakan armada besar itu siap untuk lepas landas. Meninggalkan Indonesia, meninggalkan semua kenangan antara Bram dan Diandra. Mungkin inilah satu kesempatan untuknya, kesempatan untuk dia bisa hidup dengan baik. Setidaknya dia harus memastikan, meyakinkan dirinya sendiri dan mengusir rasa bersalah yang telah terlalu lama bersemayam dalam hati.
Aku datang, Diandra. Kumohon sekali saja beri aku kesempatan.
Dia telah terlalu lama berdiam diri dalam pusara penyesalan, dan kini dia berniat untuk menuntaskan semuanya. Setelah terbelenggu begitu lama, kini Bram telah memilih jalannya. Penerbangannya akan membawanya ke Paris, dan dia hanya berharap dia punya satu saja kesempatan.
Tidak menaruh peduli atas apa yang akan dihadapinya nanti, dia hanya perlu bertemu. Menatap manik kecoklatan itu sekali lagi, mengucap maaf dengan benar untuk memecahkan batu yang selama ini memberatkan kedua pundaknya.
Suara sang pramugari masih terdengar sayup, saat Bram menyadari roda pesawat itu sudah tidak lagi berpijak di bumi pertiwi. Seiring dengan waktu yang berlalu, armada besar itu kini benar-benar membelah langit, membawa Bram pada cintanya yang belum selesai.
Menatap ke arah luar jendela saat lampu kabin itu diredupkan, Bram menghela napas dengan pelan. Mengisi rongga dadanya dengan cukup udara, mengumandangkan doa dalam hati agar penerbangannya kali ini akan tiba dengan sempurna.
Aku hanya ingin memeriksa keadaanmu dengan mataku sendiri. Setelah memastikan kau bahagia, mungkin aku bisa melanjutkan hidup. Diandra, kau mau menatap mataku sekali lagi?
~
.
.
.
🗼Bersambung🗼
~Terima kasih sudah mampir kakak... Bantu like dan komentar ya, vote juga boleh hehe.. terima kasih banyak 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
EndRu
kangen Bram.. baca yg i ke...... masih juga sukaaaa 😍😍😍
2022-06-26
0
¢ᖱ'D⃤ ̐🕊ᶜᵒᵐᵉˡ🐾
Mas Bram duren
2021-12-17
0
amex13 Rahayaan
thor bangke knp ke bram lg sih
macam tdk ada org baik aja sih
2021-12-11
0