Dimalam hari, di dalam kamar bernuansakan putih dengan penerangan cahaya lampu temaram. Indra duduk selonjor dengan bersenderkan headboard, jangan lupakan laptop di pangkuannya. Jemari tangan kanannya, (ingat! hanya tangan kanan karena tangan kirinya yang cacat sejak lahir, hanya bisa tertekuk tanpa bisa di gerakkan) menari dengan lihai di atas keyboard menyelesaikan pekerjaannya.
Pikirannya entah kemana, mencoba menerawang ke masa lalu, saat pertama kali berkenalan dengan gadis cantik, tinggi, (apalagi untuk usia abg zaman itu) dan kulitnya yang seputih susu. tanpa ia sadari senyum lolos begitu saja d bibirnya.
"Dimana kamu Ki... kenapa kamu harus hilang dari pantauanku. Apakah aku juga akan kehilangan dirimu. Hidup ini tiada artinya tanpa kehadiranmu, walaupun aku hanya bisa melihatmu dari jauh. Tapi aku merasa bahagia. Sejujurnya aku ingin menggapai kebahagiaan bersamamu, Tapi apalah daya diriku yang kurang sempurna ini. Aku gak rela kamu di hina hanya karna berteman dengan pria cacat sepertiku". Ujar Indra dalam hatinya.
Sesungguhnya ia merasakan sesak dan kesakitan pada hatinya, Saat ia hanya bisa melihat gadis yang ia cintai tertawa, tersenyum bahkan menangis dari kejauhan. Terkadang Indra sendiri tidak bisa mengendalikan dirinya, Ia ingin menghampiri Kia dan memeluknya di saat Kia terluka, Namun Indra selalu berhasil menahannya.
Indra menerawang kembali ke masa lampau, dimana dirinya dan Kia masih sama sama SMA. Indra ingat dengan jelas saat hari pertama masuk sekolah, Kia di hina dan di caci, habis habisan oleh teman temannya, karna mau berteman dengan pria cacat sepertinya. Sejak saat itu ia mulai menjauh dari Kia dan hanya menjadi penguntitnya saja.
Tok tok tok... suara pintu di ketuk dari luar membuyarkan lamunan Indra.
" Masuk." Sahut Indra dari dalam. Terbukalah pintu dengan lebar dan menampilkan Mama yang berjalan masuk mendekatinya. Indra segera menutul laptopnya dan meletakkannya di atas nakas samping tempat tidur. Mama Meri duduk di hadapan Indra.
" Indra sayang... Apa kamu sedang memikirkan sesuatu." Tanya Mama.
" Tidak Ma, Aku hanya sedang menyelesaikan pekerjaan kantor saja." Elak Indra. Jawaban Indra membuat Mama kecewa, Pasalnya Indra selalu saja memendam rahasia tentang gadis pujaan hatinya. Ia hanya akan bercerita kepada Rey sang Asisten sekaligus sahabatnya.
" Nak... Apa kamu tidak mau datang ke kantor sekali saja, Mama dengar Sekretaris barumu cantik, berpenampilan sederhana dan mampu membuat para karyawan terpesona." Pancing Mama, siapa tahu rasa keingintahuan Indra akan mengambang ke dasar sehingga Ia mau datang kekantor melihat siapa yang menjadi Sekretaris barunya.
" Tidak Ma, Aku tidak tertarik sama sekali." Jawab Indra lesu. Bagaimana tidak lesu, Ia jadi teringat pujaan hatinya yang selalu membayanginya, Bahkan setiap malam Indra tidak bisa tidur sebelum memandang foto Kia di ponselnya. Foto yang Indra ambil secara diam diam saat Kia melamun di Cafe tempatnya bekerja.
" Sayang.. usiamu sudah Dua puluh enam tahun nak, Apa kamu tidak kepikiran untuk mencari pasangan hidup." Tanya Mama dengan hati hati, Mama tidak mau membuat putranya tersinggung dengan ucapannya.
" Aku belum kepikiran sampai sana Ma, Lagian mana ada wanita yang mau menerima kondisiku yang seperti ini Ma. Mereka akan malu punya pasangan cacat sepertiku." Jelas Indra yang tidak percaya diri akan kekurangan fisiknya.
" Sayang... Mama selalu sedih dengan rasa tidak percayamu itu nak." Ujar mama sendu. Indra selalu merasa rendah hati dengan kekurangannya. Memang apa yang salah jika tangan kirinya cacat?. Toh dia masih bisa berjalan kan. Terkadang mama jadi merasa kesal sendiri.
" Maaf Ma bukan maksudku membuat Mama sedih." Indra menggenggam tangan Mama.
" Hanya saja...." Lanjutnya dengan ucapan yang menggantung.
" Hanya saja, kau menunggu seseorang yang kamu cintai, begitu." Selidik Mama menatap mata Indra.
" Aku... aku." jawab Indra gugup, Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah.
" Katakan sayang... Siapa dia, Mama akan segera melamarnya untukmu." Ucap Mama.
" Jangan Ma, Aku nggak mau terburu buru, Ini hanya perasaanku saja, Aku tidak tahu apa dia memiliki perasaan yang sama atau tidak." Ujar Indra.
" Apa yang kamu rasakan saat ini, Kamu mencintainya tapi kamu tidak mampu mengatakannya, Lalu bagaimana kamu bisa tahu tentang perasaannya padamu, Jika kamu benar mencintainya, perjuangkan cimtamu nak, Jangan kau pendam seperti ini, Ini akan sangat menyakitkan untukmu." Ucap Mama memberi nasehat kepada putranya.
Indra hanya diam tidak mampu berkata apa apa, Suaranya seperti tercekat di kerongkongan. Apakah Ia bisa membagi dukanya, yang selama ini Ia rasakan kepada Mamanya?. Indra khawatir Jika Ia berkeluh kesah kepada mamanya, Justru hanya akan menambah beban pikiran Mamanya. Ia tidak mau membuat orang yang Ia sayangi merasakan kesedihan seperti apa yang Ia rasakan saat ini.
Tanpa Indra tahu, bahwa Mamanya telah mengetahui semuanya sejak lama. Sadar akan perilaku putranya yang kadang bahagia, kadang tersenyum senyum sendiri bahkan hampir tiap malam mendengar putranya menangis di balkon kamar, Akhirnya mama Merina menyuruh seseorang untuk menyelidiki apa yang membuat putranya menjadi seperti itu. Terjawab sudah bahwa putranya jatuh cinta dalam keterbatasannya.
" Katakan pada mamamu ini, siapa gadis yang membuat putra mama tertarik padanya? sehingga membuatmu menunggu kehadirannya. hm.. Siapa yang membuatmu jatuh cinta hingga kau tidak tertarik dengan wanita lainnya, Mama yakin rasa cinta yang kamu miliki, pastilah sangat besar kepadanya, Gadis itu akan beruntung bisa mendapatkan putra Mama yang tampan, Setia, dan mempunyai sikap penyayang, Mama yakin jika kamu bisa mendapatkannya, Kamu akan bucin sebucin bucinnya."" Mama menangkup wajah Indra, Ia berharap kejujuran Indra padanya. Ia ingin putranya membagi kesedihan, duka serta luka yang di rasakannya.
Sebagai seorang ibu, Mama Merina merasa tidak berguna. Ia merasa tidak bisa menjadi ibu yang baik. Tak terasa air mata luruh ke pipi cantiknya, meresapi kesedihan sang putra tercintanya.
" Mama... Mama jangan menangis, Maafkan Indra Ma yang selalu membuat Mama sedih." Indra menghapus air mata di pipi Mamanya.
" Mama merasa tidak berguna menjadi seorang ibu, semua kesedihan yang kamu rasakan selalu kamu pendam sendiri nak, Mama sedih... Mama ingin kamu bahagia." Ujar Mama sambil menyeka air matanya.
" Suatu hari nanti aku akan mengatakannya pada Mama, Aku akan menguatkan hatiku dulu agar aku siap menerima penolakannya Ma, Karna aku yakin, yang akan aku terima hanya penolakan darinya." Ucap Indra, Ia merasa kalah sebelum berperang. Ibarat bunga Ia layu sebelum berkembang, Ibarat nyamuk Indra mati sebelum menghisap darah.
" Mama akan selalu berdoa untuk kebahagiaanmu Nak." Ucap Mama Meri masih menangis.
TBC....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 190 Episodes
Comments
Ayu
thor.. tk kirain indra cacat krn kecelakaan. kan bs oprasi. tk tau nya cacat dr lahir. apakah bs di sembuhkan ya thor. hanya author yg tau. smg indra dpt kan cinta sejati nya
2025-03-22
0
Mary70
lanjut thor
2022-06-27
0
Pecinta Halu
itu cacatnya kecelakaan ya thor
2022-02-12
1