"
Malam itu Alina bersama kamera mengamati keindahan malam kota Roma dari atas apartemennya. Gemerlap kota abadi itu menyilaukan mata yang terbiasa hanya memandangi kilau kunang-kunang di malam hari saat di Desa. Lirih ucapan takbir tak henti menghiasi mulut Alina karena sudah melihat sebagian daratan milik Allah yang luar biasa itu.
"Masya Allah, indah banget ya Allah," ucapnya
"Disini memang indah, tapi kamu harus tetap waspada bila besok berkelana," suara Wanda tiba-tiba mengagetkannya.
Ada teh hangat menyertai tangan sahabatnya itu. "Ini untuk kamu," kata Wanda.
"Kamu repot sekali, aku bisa buat ini sendiri," timpal Alina.
"Ya, aku sudah tinggal sendiri, bersyukur karena kamu ada, aku tidak kesepian lagi deh," ujar Wanda.
"Kamu besok kemana?" tanya Alina.
"Aku harus ke kantor kedutaan, ada rapat untuk perempuan yang kemarin sempat jadi kekerasan disini," jawab Wanda.
Saat itu ponsel Alina berdering sejenak. Ada pesan dari sosial media menyelinap, dengan sekali geseran, pesan itu terpampang dari pria yang sudah lama mengincarnya di sosial media. Alina menghela nafas, tidak seharusnya dia menggubris hingga dia jadikan buku diary pria yang berpangkat sebagai army itu.
"Siapa?" tanya Wanda.
"Bukan siapa-siapa, ini hanya sahabat pena yang menyukai novel-novelku," sahut Alina mengenyahkan keresahannya.
"Yang baca novel kamu banyak ya, pasti fans kamu kebanyakan orang luar 'kan?" tebak Wanda.
"Ya, sepertu itu. Tapi mereka hanya iseng saja," cetus Alina.
"Aku masuk ke kamar dulu, ada materi yang harus aku siapkan untuk esok," pamit Wanda.
Saat sahabatnya itu enyah, Alina kembali melihat layar ponselnya, rupanya pria itu tahu bahwa dia sedang ada di Italia.
'Orang ini kok bisa tahu ya,' gumam Alina.
Dia ingat bahwa Wanda sempat menandainya lokasi bersama, Alina menghela nafas berat lagi. Pria itu tetap saja mengirim pesan dimana letak keberadaannya di Italia, karena Alina sudah merasa risih, akun pria itu ia blokir. Ini cara ampuh agar dia tak di usik lagi oleh pria asing yang terbilang tampan itu.
Dia kembali menikmati pemandangan malam Roma yamg menakjubkan. Menggeliat lagi bayangan Aufar, mantan suaminya itu pasti sedang bahagia bersama Rin. Ah, tak dapat ia menampik bahwa hatinya masih cemburu.
"Alina, harus fokus!" Alina berucap tegas pada dirinya sendiri.
Matanya kembali mengarah pada langit malam yang berhiaskan bintang, dia mencari bintang yang ia ketahui paling terang selain aldebaran. Tetapi malam itu tak ada bintang sirius, Alina malah mencari setiap sisi langit hitam yang membentang, bintang yang palin terang dia seluruh alam semesta itu tak nampak malam ini.
"Apa karena tertutupi oleh awan," gumamnya.
Alina menyudahi aktivitas pencariannya, dan kembali masuk ke dalam kamarnya. Membuka laptop untuk menulis kisah cinta bintang sirius yang redup. Kisah yang di dari pria yang baru saja ia blokir dari sosial medianya.
Alina memeriksa semua pesan pria itu, ada banyak keluhan tengang kehidupan. Bagaimana kegelisahannya yang merasa kosong meski dia berada di keramaian. Merasa yang di dapat olehnya tak berarti apa-apa meski dirinya tenar sebagai selebgram.
"Sepertinya orang ini butuh hidayah, dia sudah merasa jenuh dengan alur hidupnya," gumam Alina membaca semua curhatan pria itu.
Alina membuka blokirnya sejenak, dia melihat foto dan video pria itu yang memang urakan bersama teman wanitanya. Alina berdecak, pria yang sangat tampan dan banyak di kagumi kaum hawa namun pola hidupnya membuat Alina geli.
"Pria ini memang kehidupannya memang parah!"
Alina kembali memblokir akun pria itu. Dia tak ingin bila ponselnya berdering hanya karena menerima setiap menit pesan darinya.
Tetapi ada yang menarik dari pria itu, dia ingin mengubah dirinya menjadi baik, itu kalimat terakhir dari isi pesannya. Alina cukup menghargai itu, dia kembali menulis catatan penting yang bisa di ambil dari sudut pandang pria Eropa seperti Foland.
"Kau cukup menarik di jadikan kisah, semoga saja cahaya hidayah segera kau sadari," ucap Alina seraya menuliskan kisah-kisah Foland yang bertahan dengan kejenuhannya.
*******
Di belahan kota Roma, ada sesosok pria duduk di balik dentingan musik di bar. Teman-temannya tak henti bersorak mengajak dia bergabung dengan perempuan seksi. Meski sudah mabuk, dia tetap berusaha menyelidik sosial media Alina yang lain.
"Foland, kamu tak apa?" tanya temannya dalam berbahasa Inggris.
Tapi pria itu hanya mengedipkan mata, jawaban yang cukup dingin ketika mabuk. Ada salah satu perempuan yang cantik datang memeluknya dari belakang. Tubuh kekarnya di raba mesra perempuan yang berprofesi sebagai model itu, mengecup pipi Foland dengan manja. Di tangannya membawa minuman untuk ia beri kepada pria tampan bak romeo di abad modern.
Meski di dalam lingkup kebebasan, Foland tetap merindukan suasana ketenangan, di usia yang ke dua puluh delapan tahun, dia amat bosan dengan kehidupan perempuan juga alkohol.
Terkadang dia merasa, mungkin tak seharusnya dia terlahir dari negara yang menjunjung kebebasan. Sebagai pria yang sudah terlanjur hedonis, dia ingin tetap mencari jalan untuk melihat cahaya dari dirinya. Luka pada dirinya terlalu banyak hingga membuatnya redup.
Berbagai warna tak dapat mencerahkan dirinya. Skala perempuan yang beriringan itu hanya jadi pelampiasan nafsu semata, bukan itu tujuan hidupnya, ada sesuatu yang ia cari di diri perempuan yang belum ia temukan.
"Bisakah kita menikmati malam ini lagi di rumahku?" tanya perempuan itu dengan berbahasa Inggris.
"Iya, kita akan melewati malam indah lagi," sahut Foland.
Foland meneguk minuman itu sampai habis, dia melampiaskan kemarahan kepada minuman karena Alina sudah memblokirnya tanpa sebab. Tiga bulan dia begitu penasaran dengan sosok penulis muda yang novelnya banyak berseliweran di aplikasi baca online. Karya-karya Alina yang sudah di terjemahkan dalam bahasa Inggris menyentuh hatinya, hingga Foland begitu penasaran dengan sosok perempuan cantik yang berhijab itu
Musik makin menggelegar, Foland bergoyang bebas dengan perempuan bernama Kesia itu. Sesekali mencium penuh nafsu seolah-olah dia membayangkan wajah Alina yang hanya ia lihat lewat sebatas foto saja.
"Minum, minum lagi," ujar temannya menyodorkan botol minuman itu pada Foland fan Kesia.
Karena mabuk berat, Foland terjatuh lemah di bawah lantai, bukan tak ada alsan di melemah diri, hanya saja dia lelah dengan hati yang kian hari gelisah. Meski dalam keadaan mabuk, Foland tetap saja tak bisa menghilangkan kegusaran hatinya.
"Foland, kau baik-baik saja?" tanya Kesia.
"Aku akan selalu baik-baik saja, tenang sayang .." sahutnya.
Salah satu temannya membopong dia ke sofa. Foland duduk dengan kancing kemeja terbuka. Kesia mencumbui dada bidang yang penuh bulu itu. Tato gambar kalajengking terhias menyeramkan di sisi dada kanannya. Sebagai pria normal, Foland menikmati sentuhan lembut Kesia, meski cinta pada model cantik itu telah pupus karena rasa bosan.
Note:
IG
alna.selviata
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
AdeOpie
ya ampun ini jodoh Alina pemain wanita, tidak ...
2021-11-20
0
Emi Wash
alina...prantara hidayah untuk foland....
rajin up ya athor zayank....😍😍
2021-11-19
0
Emi Wash
alina...prantara hidayah untuk foland....
rajin up ya athor zayank....😍😍
2021-11-19
0